Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Sesi Talkshow dan Meditasi dengan tema 'Memecahkan Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja' oleh Yayasan Cahaya Cinta Kasih pada Jumat (29/11/24). (IDN Times/Dina Salma)

Kesehatan mental di ruang kerja masih kerap diabaikan. Pasalnya, permasalahan ini belum mendapat perhatian serius baik oleh pekerja maupun pihak berkepentingan lainnya. Padahal, isu kesehatan mental di ruang kerja memiliki dampak serius bagi keselamatan jiwa dan produktivitas. 

Sesi Talkshow dan Meditasi dengan tema 'Memecahkan Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja' memberikan pemaparan terkait hal tersebut. Berikut adalah penjelasan terkait kesehatan mental di dunia kerja dalam sesi talkshow dan meditasi special for journalist yang diselenggarakan oleh Yayasan Cahaya Cinta Kasih pada Jumat (29/11/24). 

1. Depresi rentan dialami individu mulai dari usia remaja ada pula pikiran untuk mengakhiri hidup

Sesi Talkshow dan Meditasi dengan tema 'Memecahkan Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja' oleh Yayasan Cahaya Cinta Kasih pada Jumat (29/11/24). (IDN Times/Dina Salma)

Depresi menjadi tantangan serius dalam isu kesehatan mental. Individu berusia di atas 15 tahun ternyata juga rentan mengalami depresi. Ironisnya, hanya 13 persen dari presentase tersebut yang mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan mental yang memadai. Angka tersebut menunjukkan perhatian terhadap kesehatan mental masih kerap diabaikan. 

"Ternyata 1,4 persen penduduk usia lebih dari 15 tahun itu mengalami depresi. Dan yang menurut saya ini cukup bahaya, gak sampai 13 persen yang berobat. Jadi, mereka mengalami depresi, tapi dipendam sendiri, tidak mencari bantuan," ujar Imran Prambudi selaku Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI. 

Tingginya angka kesehatan mental yang dialami oleh individu mulai dari usia remaja ternyata memiliki akibat serius seperti keinginan untuk mengakhiri hidup. Menurut data Kementerian Kesehatan RI yang dipaparkan Imran dalam kesempatan serupa, setidaknya 2 persen penduduk berusia di atas 15 tahun memiliki masalah kesehatan mental dan 0,25 persen di antaranya memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup. 

"Jadi, bunuh diri kita diestimasikan setahun ada sekitar 4.400 (kasus), estimasi. Tetapi yang tercatat di polisi, itu hanya 1.350 (kasus). Jadi, cukup banyak kasus-kasus bunuh diri yang gak terlaporkan dan gak tercatat," lanjut Imran. 

2. Karyawan swasta lebih rentan alami depresi daripada ASN karena tuntutan pekerjaan dan beban kerja tinggi

Sesi Talkshow dan Meditasi dengan tema 'Memecahkan Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja' oleh Yayasan Cahaya Cinta Kasih pada Jumat (29/11/24). (IDN Times/Dina Salma)

Secara spesifik, isu kesehatan mental di ruang kerja juga tak menunjukkan data yang baik. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI), secara nasional masalah kesehatan jiwa pada pekerja tampak memiliki perbedaan yang cukup signifikan antara karyawan swasta dan pekerja di sektor pemerintahan. 

Setidaknya 1,2 persen karyawan swasta mengalami masalah kesehatan jiwa, angka ini berbeda dengan pekerja di sektor pemerintahan (PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD) yang hanya menunjukkan presentase sebesar 0,7 persen. Karyawan swasta yang mengalami depresi juga terbukti lebih tinggi yakni sebesar 1 persen dibandingkan ASN yang hanya 0,3 persen. 

Alasan tingginya depresi dan masalah kesehatan jiwa disebabkan oleh beragam faktor. Beberapa di antaranya, yakni tuntutan pekerjaan yang tinggi, fasilitas kurang memadai, serta permasalahan beban kerja. 

"Tentu saja, kalau kita bicara masalah kesehatan di tempat kerja, itu tidak bisa hanya tanggung jawab dari manajer, tetapi juga dari pekerjanya," ujar Imran. 

3. Dampak serius yang dialami pekerja dengan masalah kesehatan jiwa, mulai dari depresi hingga penyakit akibat banyak pikiran

Sesi Talkshow dan Meditasi dengan tema 'Memecahkan Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja' oleh Yayasan Cahaya Cinta Kasih pada Jumat (29/11/24). (IDN Times/Dina Salma)

Tentunya masalah kesehatan jiwa yang dialami pekerja akan menimbulkan dampak serius bagi individu maupun tempat kerja itu sendiri. Efeknya pun cukup luas, dapat berimbas pada kesehatan fisik hingga performa di lingkungan kerja. 

"Dampak stres berat pada pekerja ada 4 golongan, mulai psikologis, medis, perilaku, performa. Jadi kalau gangguan psikologis ini ya, mulai dari depresi kemudian psikosomatis. Psikosomatis itu adalah penyakit yang disebabkan karena banyak pikiran," ujar Imran. 

Perusahaan juga bisa terkena imbas dari masalahan kesehatan jiwa yang dialami karyawannya. Dampak ini dapat menjadi masalah besar di kemudian hari tanpa perhatian khusus dan penanganan tepat. Sebagaimana dijelaskan Imran melalui sejumlah contoh.

"Dampak stres pada performa organisasi, mulai dari produktifitas turun, sampai dengan yang paling bawah itu adalah masalah biaya pengeluarannya.Jadi, itu kalau dihitung-hitung, perusahaan yang pekerjaannya banyak stres, itu pasti asuransinya banyak karena mengobati pekerja. Belum lagi kalau hubungannya dengan kecelakaan kerja," 

4. Upaya penanggulangan masalah kesehatan jiwa di tempat kerja

Sesi Talkshow dan Meditasi dengan tema 'Memecahkan Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja' oleh Yayasan Cahaya Cinta Kasih pada Jumat (29/11/24). (IDN Times/Dina Salma)

Panganggulangan isu kesehatan jiwa di tempat kerja dilakukan secara preventif, promotif, dan kuratif. Imran menerangkan, upaya pencegahan dilakukan dengan dua langkah, pertama pengasuhan positif kepada orangtua atau para pengasuh.

Kedua adalah P3LP atau Pertolongan Pertama pada Luka Psikologis, yakni langkah pertolongan pertama pada individu yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Preventif dilakukan dengan deteksi dini dan pencegahan bunuh diri.

Sementara kuratif fokus pada penyediaan pelayanan kesehatan jiwa masyarakat. Langkah tersebut menjadi bagian dari upaya untuk menangani kesehatan jiwa di tempat kerja. 

5. Teknik mengelola dan menjaga stabilitas emosi

Sesi Talkshow dan Meditasi dengan tema 'Memecahkan Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja' oleh Yayasan Cahaya Cinta Kasih pada Jumat (29/11/24). (IDN Times/Dina Salma)

Isu kesehatan mental di tempat kerja sudah seharusnya menjadi masalah dan fokus bersama. Namun sebagai individu, beberapa teknik mengelola dan menjaga stabilitas emosi yang dipaparkan oleh Imran dapat dilakukan sebagai upaya mengurangi stres di tempat kerja. 

"Jadi, kita ini ada beberapa teknik-teknik untuk memulai mengelola emosi. Pertama ada relaksasi, kemudian kedua adalah mindfulness, di mana kalau relaksasi dengan pernafasan, segala macam. Kemudian kalau mindfulness, meluangkan waktu untuk posisi yang nyaman dan lain-lain."

Terakhir, untuk menekan emosi yang meningkat, dapat dengan melakukan journaling. Menuliskan perasaan dengan mencurahkannya dalam sebuah buku atau selembar kertas ternyata terbukti bisa membantu menjaga emosi. 

Selain beberapa teknik di atas, Imran juga menyarankan untuk melakukan teknik stabilitas emosi, "Teknik stabilisasi emosi, jadi ada butterfly hug dengan memeluk diri sendiri dan melatih pernafasan, tujuannya untuk stabilitaskan emosi."

Selain melakukan butterfly hug, individu juga bisa melakukan metode grounding. Grounding bisa dilakukan dengan duduk tenang, melakukan latihan nafas yang teratur sambil mengamati benda sekitar dan mencium aroma yang menenangkan.

Editorial Team