Kisah Eri 'Tukoni', From Bantu Gerobak Mi Ayam To Berdayakan Ribuan UMKM

Pada saat pandemik COVID-19 menyerang Indonesia lima tahunan lalu, tentu kita tak lupa atas beragam kesusahan ekonomi yang sempat dialami seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari gelombang lay-off hingga sepinya roda perputaran ekonomi.
Salah satu yang paling merasakan dampaknya pada saat lesunya ekonomi saat itu adalah pedagang-pedagang kecil alias pemilik UMKM. Ada yang harus terpaksa tutup, hingga rugi dan alami kredit macet.
Eri Kuncoro, salah satu penerima Satu Indonesia Awards 2020 lewat platform Tukoni berbagi pengalamannya kepada peserta workshop Bincang Inspirasi bersama Astra saat harus melihat pengusaha kecil mi ayam langganan dekat rumahnya harus sepi pembeli dan terancam tutup alias gulung tikar di era pandemik COVID-19.
1. Awal Tukoni: Eri bantu pedagang mi ayam langganan dekat rumah

Sebelum membangun Tukoni bersama rekannya Revo Suladasha, Eri mengatakan bahwa ia tergerak membantu UMKM atau pedagang kecil di sekitar rumahnya yang kebetulan sangat terdampak badai COVID-19. Pedagang mi ayam di dekat rumahnya, Pak Amin, yang sudah menjadi langgannya kebetulan mengalami kesusahan.
Karena pandemik dan peraturan dari pemerintah yang tidak menyarankan masyarakat keluar rumah dan berkerumun, membuat dagangan mi ayam Pak Amin sepi pembeli. Kondisi itu, membuat Pak Amin sempat berencana menutup usahanya.
Mengetahui hal tersebut, Eri yang sudah berlangganan cukup lama pun akhirnya berinisiatif membantu ngelarisi dagangan mi ayam langgannya tersebut melalui platform media sosial alias online.
Alhamdulilah-nya, berkat bantuan Eri, rencana awal pak Amin yang hendak menutup lapak mi ayamnya pun urung dilakukan. Pak Amin yang tadinya sudah menyerah dan buntu, merasa tercerahkan dan memiliki semangat untuk berjualan. Karena setelah dibantu Eri dan rekan-rekan untuk mempromosikan dagangan lewat Instagram maupun WhatsApp, pesanan kembali ramai.
2. Langkah sederhana, awali Tukoni bantu ribuan UMKM kuliner di Jogja

Keberhasilan dirinya dan rekan-rekan membantu Pak Amin ternyata kian membulatkan tekad Eri untuk memberdayakan banyak UMKM yang mungkin sedang struggling di masa-masa sulit pandemik COVID-19. Tukoni pun lahir dengan keterbatasan. Semangat Tukoni membara untuk menyambung nafas para UMKM.
"Kalau kita mengingat 5 tahun yang lalu, benar-benar situasi yang sangat tidak menggembirakan. Waktu itu saya cuma berpikir, kalau kita diam saja, gimana ya nasibnya teman-teman. Karena hal itulah, Tukoni pun akhirnya lahir sebagai gerakan sosial penyambung nafas UMKM,” ujar Eri dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra 2025 pada Rabu (8/10/25).
Di awal inisiasinya, Eri mengatakan bahwa alur kerja Tukoni sangatlah sederhana. Memanfaatkan Instagram dan WhatsApp, ia dan rekan-rekan di platform gerakan sosial tersebut mulai mempertemukan penjual dan pembeli yang gak bisa secara langsung berinteraksi karena peraturan pembatasan di masa COVID-19.
“Dulu tampilan Instagram kami acak-acakan, fotonya pun sederhana. Tapi yang penting UMKM bisa tetap berjualan,” kata Eri sembari mengingat masa awal dirinya membangun Tukoni.
Eri dan Tukoni mulai dengan menghubungi dan menampung para pengusaha kecil dan UMKM di Yogyakarta yang membutuhkan sarana promosi. Produk di foto sendiri, diunggah di Story WhatsApp dan Instagram, membalas langsung jika ada pesan atau komentar yang memesan produk.
Dari langkah kecil itu, Tukoni pun hidup. Makin banyak pengusaha kecil dan UMKM seantero Yogyakarta yang tertarik untuk nitipke alias menitipkan produknya. Pesanan mulai berdatangan, yang awalnya banyak usaha lesu, jadi ada saluran untuk mendapatkan pesanan dari warga Jogja yang kala itu banyak di rumah saja.
Eri dan Tukoni pun terus berinovasi. Kala itu, Tukoni menawarkan layanan delivery gratis hingga 10 km. Hasilnya, makin bertambahlah konsumen yang tertarik njajan tapi gak bisa keluar rumah karena pembatasan.
3. Inovasi terus untuk bantu UMKM sambung nafas

Kian ramai peminat, Eri pun mulai meningkatkan sistem pemasaran platformnya. Gak lagi di WhatsApp atau Instagram, Tukoni mulai menjajaki sistem marketplace, dimana calon pembeli bisa mengakses semua produk UMKM Yogyakarta dengan lebih luas dan mudah.
Dari yang awalnya antar warga Jogja saja, Tukoni pun bertransformasi menjadi platform yang memungkinkan orang di luar Jogja menikmati produk kuliner UMKM kota berjuluk Pelajar itu.
Menjaring Shopee, Tokopedia hingga Paxel menjadi salah satu inovasi yang dijajaki Tukoni untuk mempeomoaikan produk UMKM Yogyakarta ke kancah yang lebih luas. Selain itu, Tukoni juga menjajal untuk menjual produk kuliner khas Yogyakarta ke versi frozen.
Langkah ini diambil agar memudahkan pembeli yang lokasinya jauh atau gak bisa dateng langsung, menikmati makanan-makanan khas Jogja di rumahnya. Menurut penuturan Eri, usaha kuliner seperti Mi Ayam Bu Tumini, Mangut Lele Mbah Marto, Gudeg Wijilan Bu Lies adalah beberapa contoh kuliner khas Jogja yang berhasil ia ajak untuk mempromosikan produknya di Tukoni dalam bentuk frozen.
Gak main-main, konsep produk frozen yang diajukan Tukoni pada pengusaha kuliner khas Jogja itu berhasil meningkatkan penjualan, terutama di masa pandemik dan after pandemik.
"Dulu permintaan dalam sehari bisa 100-200 porsi selama pandemik. Karena orang mau datang kan gak mungkin, dilarang," ucap Eri.
Untuk memastikan produk-produk kuliner khas ini tetap aman bagi konsumen Tukoni, maka ada standar yang tinggi diterapkan Eri. Ia menjelaskan bahwa standar ketahanan produk dan packaging dibuat sehigienis dan seaman mungkin.
Ia mengatakan, produk-produk tersebut wajib bisa bertahan hingga 8 jam di suhu ruang dan 3 hari di suhu lemari pendingin serta sebulanan saat di freezer. Dengan standar yang ditetapkan setinggi itu, Tukoni berharap pemesan dari luar kota bisa menikmati dengan aman dan senang.
Tukoni dan langkah Eri Kuncoro di masa pandemik menjadi bukti nyata bahwa gerakan kecil bisa berakibat besar. Mungkin bukan bagi diri sendiri saja, tapi bagi hajat hidup orang lain.
Dari membantu pengusaha mi ayam langganan dekat rumah, Eri dan Tukoni kini masih konsisten membantu pengusaha UMKM, terutama di Yogyakarta dan sekitarnya untuk terus maju dan memasuki era digital.
Gak hanya menyambung nafas di kala masa pandemik COVID-19, kini Tukoni jadi gerakan terobosan kecil berdampak besar untuk pengusaha kuliner level UMKM untuk terus bertahan di era digital.
Tak heran jika Tukoni, gerakan yang diinisiasi oleh Eri Kuncoro dan Revo Suladasha ini dianugerahi Satu Indonesia Awards pada 2020 lalu. Sekali bergerak, selamanya menginspirasi!



















