Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Yuk Tukoni, Inkubator Bisnis Penggerak UMKM Kuliner Yogyakarta

Yuk Tukoni, platform jualan kuliner lokal Yogyakarta
Yuk Tukoni, platform jualan kuliner lokal Yogyakarta (instagram.com/yuktukoni)

Seluruh dunia mengamini bahwa ketika pandemi COVID-19 berlangsung, berbagai sektor kehidupan seakan mati suri. Salah satu yang terdampak adalah dunia usaha FnB. Mulai dari skala besar, menengah, kecil, hingga mikro; usaha kuliner tersebut merasakan efek pahit dari pandemi akibat menurunnya daya beli masyarakat. Sebab, kala itu perilaku belanja dan konsumsi kuliner tak lagi menjadi prioritas masyarakat.

Selain itu, pembatasan mobilitas, penurunan daya beli, dan gangguan rantai pasok bahan baku membuat banyak usaha kuliner kecil kehilangan pelanggan setia sehingga mereka kesulitan menjaga arus kas tetap stabil. Tidak sedikit UMKM kuliner yang terpaksa mengurangi operasional, merumahkan karyawan, bahkan menutup usaha sementara. Pandemi membawa perubahan besar bagi pelaku UMKM kuliner di Indonesia, memaksa mereka menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Namun, di tengah situasi pelik tersebut, muncul ide dari Eri Kuncoro dan Revo Suladasha untuk terus memberdayakan UMKM kuliner melalui gerakan bernama Yuk Tukoni. Duo sahabat dari Yogyakarta ini berpendapat bahwa pelaku UMKM kuliner perlu beradaptasi dengan keadaan yang ada melalui digitalisasi, inovasi produk, dan strategi pemasaran baru sehingga nantinya akan membuka peluang bertahan dan bisa bangkit kembali.

Dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif Astra 2025 bersama IDN Times yang dilaksanakan pada Rabu (8/10/2025), Eri Kuncoro membagikan cerita tentang gerakan Yuk Tukoni tersebut.


1. Curhatan penjual mi ayam langganan lahirkan ide Yuk Tukoni

gerobak penjual mi ayam
gerobak penjual mi ayam (commons.wikimedia.org/Wiwik P)

Pandemi memberikan tekanan besar bagi banyak pelaku UMKM, terutama di sektor kuliner yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian lokal. Di Yogyakarta, kota yang biasanya ramai wisatawan dan mahasiswa, suasana berubah drastis ketika pembatasan sosial diberlakukan. Banyak pelaku usaha kuliner yang biasanya dijejali aliran pelanggan harus menghadapi kondisi sepi, bahkan pada jam-jam yang biasanya penuh antrean. Pendapatan menurun tajam, sementara biaya operasional seperti bahan baku dan sewa tempat tetap berjalan.

Eri Kuncoro bercerita bahwa keprihatinan yang sama juga dirasakan oleh tukang mi ayam langganannya di Baciro, Yogyakarta yang bernama Pak Amin. Saat itu Pak Amin “pamit” pulang kampung kepada Eri karena tidak bisa berjualan mi ayam lagi karena adanya pembatasan sosial. Lokasi jualan mi ayam Pak Amin yang terletak dalam perumahan membuat pelanggan tak bisa mengunjunginya. 

“Karena orang aja masuk gak bisa, apalagi jualan. Jadi, saya gak ngerti lagi ini mesti ngapain, gitu. Mesti, pulang pun juga ngapain,” cerita Eri menirukan keluh kesah Pak Amin.

Tergelitik dengan kegelisahan tersebut, maka Eri mencoba mengarahkan Pak Amin untuk menjual dagangannya dalam bentuk frozen agar konsumen bisa mengolahnya sendiri di rumah dan tentunya produk yang dijual bisa tahan lama. Eri meminta Pak Amin mengemas mi, bumbu, dan topping mi ayam dalam packaging yang aman.

“Mi ayam ini kita packing ulang, kita frozen, kita kasih packing, kita kasih cara buatnya, dan waktu itu kita bagikan ke banyak orang untuk mencoba mi ayam sendiri dibuat dari di rumah.”

Setelah melakukan tes pasar dan mengundang banyak peminat, kemudian Eri memotret dagangan mi ayam frozen Pak Amin dan menjualnya secara online yakni melalui akun media sosial Instagram @yuktukoni. Perlahan namun pasti, cara berjualan ini efektif mendatangkan banyak pembeli sehingga jualan mi ayam Pak Amin tak perlu gulung tikar. 


2. Yuk Tukoni: aksi nyata gotong royong untuk menggerakkan ekonomi lokal

Eri Kuncoro dan Revo Suladasha, founder Yuk Tukoni
Eri Kuncoro dan Revo Suladasha, founder Yuk Tukoni (instagram.com/yuktukoni)

Sukses dengan menjual dagangan mi ayam Pak Amin, membuat Eri Kuncoro dan Revo Suladasha merambah dagangan-dagangan dari UMKM lainnya untuk dipasarkan sehingga makin mengukuhkan keberadaan Yuk Tukoni. 

Yuk Tukoni berasal dari bahasa Jawa yang secara harfiah berarti ayo beli. Nama ini dipilih Eri Kuncoro dan Revo Suladasha karena mereka ingin masyarakat bergotong-royong menggerakkan roda perekonomian di skala lokal dengan cara membeli barang dagangan teman atau UMKM kuliner di sekitar. Selain itu, UMKM juga sering memanfaatkan sumber daya dan bahan baku dari lingkungan sekitar sehingga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

“Kami kumpulkanlah produk-produk UMKM ke satu tempat, kita foto ulang, kita siapkan brand dan packing untuk mereka-mereka yang memang pada saat itu belum punya packing-nya,” kenang Eri. “Kita siapkan fotonya, kita siapin packing-nya, kemudian kita publikasikan melalui Instagram. Dan setelah itu kita bantu push penjualan melalui WhatsApp supaya masyarakat tetap bisa beli dengan mudah, bahkan pada saat itu kita punya free radio 10 km itu pengantaran gratis.”

Lebih lanjut, Eri menambahkan bahwa proses membuat Yuk Tukoni terbilang singkat yakni 12 hari sebelum akhirnya benar-benar launching pada tanggal 12 April 2020. 

“Tukoni lahir bukan sebagai bisnis awalnya, tapi sebagai gerakan sosial penyambung napas UMKM.”


produk kuliner UMKM Yogyakarta di Yuk Tukoni
produk kuliner UMKM Yogyakarta di Yuk Tukoni (instagram.com/yuktukoni)

Bak gayung bersambut, masyarakat terutama masyarakat luar kota yang sudah kangen dengan makanan khas Yogyakarta begitu antusias berbelanja di Yuk Tukoni. Sebab, mereka bisa menikmati makanan atau minuman lokal Yogyakarta tanpa perlu datang ke Kota Pelajar tersebut karena keadaan masa pandemi kala itu yang tidak memungkinkan. Tak hanya melalui akun Instagram Yuk Tukoni, masyarakat juga bisa berbelanja melalui marketplace lokal seperti Tokopedia, Shopee, dan PaxelMarket. Alhasil, pesanan pun membludak hingga membuat storage dan freezer pinjaman tak lagi mampu menampung produk kuliner UMKM yang dijual melalui Yuk Tukoni. 

Tentu saja hal tersebut menjadi keberkahan lainnya bagi Yuk Tukoni. Sebab untuk menjaga kepuasan pelanggan, Yuk Tukoni pun membuka lapangan pekerjaan baru karena mereka membutuhkan tenaga admin, pekerja packing, hingga kurir dalam menjalankan usahanya.


3. Seleksi ketat Yuk Tukoni dalam setiap produk yang dijual

produk kuliner UMKM Yogyakarta di Yuk Tukoni (instagram.com/yuktukoni)
produk kuliner UMKM Yogyakarta di Yuk Tukoni (instagram.com/yuktukoni)

Meski berawal dari ide sederhana untuk kembali membangkitkan UMKM kuliner lokal dan dibuat dalam waktu singkat, Yuk Tukoni berkomitmen penuh untuk menjaga kualitas produk yang dijual agar bisa memuaskan pelanggan. Untuk itu, Yuk Tukoni menerapkan seleksi ketat dari setiap produk kuliner yang masuk.

Hal pertama yang diperhatikan oleh Yuk Tukoni adalah tentang kebersihan produk yang dijual karena Yuk Tukoni lahir ketika masa pandemi. Oleh karena itu setiap produk kuliner dikemas dalam kemasan steril. Kedua adalah produk harus layak konsumsi ketika sampai di tangan konsumen sehingga itulah alasan kenapa produk Yuk Tukoni dijual dalam kemasan frozen. Sebab, bentuk frozen meminimalkan terjadinya perubahan rasa, tekstur, dan bentuk makanan yang bisa terjadi dalam proses pengiriman.

Selain hal-hal tersebut, kurasi Yuk Tukoni juga berkaitan dengan sisi brand sebuah produk. Jika branding produk tersebut dinilai masih kurang menjual bagi Yuk Tukoni, maka mereka akan langsung memberikan masukan pada produsen hingga produk mereka bisa siap jual.

“Sebenarnya prosesnya (kurasi) adalah mereka mengirimkan produk atau kami akan membeli produknya. Kami akan memberi masukan kalau memang dari sisi packaging dan dari sisi brand ternyata masih kurang. Kita akan memberi masukan mereka. Kemudian setelah itu lolos kurasi, kita akan melakukan pemotretan foto dan menjual,” terang Eri. 


4. Dampak Yuk Tukoni bagi UMKM kuliner hingga berhasil menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Tahun 2020 Bidang Kewirausahaan

Eri Kuncoro, salah satu founder Yuk Tukoni
Eri Kuncoro, salah satu founder Yuk Tukoni (instagram.com/yuktukoni)

Yuk Tukoni hadir sebagai solusi inovatif bagi UMKM kuliner Yogyakarta yang selama pandemi kesulitan berjualan. Berawal dari semangat untuk memperkuat ekonomi lokal, platform ini memfasilitasi pelaku usaha kuliner rumahan agar dapat memasarkan produk mereka secara digital dengan lebih efektif dan bisa menjangkau pasar lebih luas. Melalui kurasi produk, pendampingan, serta penyediaan kanal pemasaran yang dilakukan Yuk Tukoni, UMKM kuliner dapat bertahan.

Dampak positif Yuk Tukoni tidak hanya terasa pada peningkatan penjualan, tetapi juga pada tumbuhnya rasa percaya diri para pelaku UMKM. Banyak usaha rumahan yang awalnya hanya melayani pesanan kecil kini mampu berkembang dan memperoleh pelanggan tetap. 

“Ada satu makanan khas di Jogja namanya Mie Ayam Tumini. Itu dulu permintaannya sehari hampir 100-200an porsi lho pada saat pandemi.” 

Selain Mie Ayam Tumini, Yuk Tukoni juga menggandeng usaha kuliner lokal Yogyakarta lainnya seperti Mangut Lele Mbah Marto, Gudeg Wijilan Bu Lies, Sate Bakoh Klatak, hingga Jadah Tempe Mbah Carik. 

Kontribusi Yuk Tukoni dalam memberdayakan UMKM kuliner inilah yang membuatnya layak menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards Tahun 2020 Bidang Kewirausahaan. Penghargaan tersebut menjadi pengakuan bahwa upaya nyata dalam mendorong pelaku usaha kecil dapat memberikan dampak besar bagi perekonomian lokal. Dengan terus mendorong inovasi, kolaborasi, dan pemberdayaan, Yuk Tukoni membuktikan bahwa platform yang dibangun dari kepedulian sosial mampu menjadi pendorong perubahan positif bagi UMKM kuliner di Indonesia.

“Buat saya ini bukan soal penghargaan ya, tapi bentuk pengakuan bahwa gotong royong masih relevan dan sangat kuat di masa krisis bahkan hingga saat ini,” ujar Eri Kuncoro.


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Cara Menata Kamar Tidur Mungil yang Banyak Barangnya

18 Nov 2025, 23:44 WIBLife