Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Kunci Konten Viral, Hook Kuat hingga Storyline Matang

VS--YouTube-MiniCampNarasiBergerakMembawaEsaikeLayarbersamaRaudhahNasution-14’57”.jpg
Sesi "Narasi Bergerak: Membawa Esai ke Layar" dalam Mini Camp Mading Xplore IDN Times 2025. (youtube.com/IDN Times))
Intinya sih...
  • Tentukan tujuan supaya bisa memasukkan emosi ke dalam video
    • Penting menentukan tujuan dari karya yang ingin dibuat untuk membuatnya lebih "bernyawa".
    • Pahami dulu isu yang ingin disampaikan agar karya tersebut memiliki emosi di dalamnya.
    • Tentukan konsep moodboard dari awal
      • Moodboard membantu dalam menentukan proses produksi suatu karya visual.
      • Hero shot juga perlu ditentukan dari awal untuk menampilkan detail paling bagus dari keseluruhan inti video.
      • Buat storyline agar inti video tersampaikan

Jakarta, IDN Times - Kompetisi Mading IDN Times Xplore 2025 menjadi bagian dari serangkaian perayaan ulang tahun IDN Times ke-11. Ajang kompetisi ini menghadirkan mini camp untuk memfasilitasi para peserta agar mereka mendapatkan insight baru dari diskusi-diskusi menarik dengan ahli di bidangnya masing-masing.

Mengusung tema Eco-Warrior Mode: ON!, IDN Times mengajak pelajar SMA/SMK/MA/Sederajat di Indonesia untuk membuat esai tematik. Dari esai tersebut, nantinya peserta akan membuat reels atau video dengan tema yang sama. Sesi yang berlangsung pada Kamis (17/7/2025) ini menghadirkan konten kreator Raudhah Nasution yang banyak memberi tips bagaimana menerjemahkan tulisan menjadi suatu karya visual yang hidup.

Mungkin kamu juga penasaran bagaimana caranya menarik banyak audiens lewat suatu video, kan? Di artikel ini, Raudhah juga mengenalkan hal-hal apa saja dalam proses produksi video yang bisa meningkatkan engagement video. Simak langsung, yuk!

1. Tentukan tujuan supaya bisa memasukkan emosi ke dalam video

VS--YouTube-MiniCampNarasiBergerakMembawaEsaikeLayarbersamaRaudhahNasution-20’02”.jpg
Sesi "Narasi Bergerak: Membawa Esai ke Layar" dalam Mini Camp Mading Xplore IDN Times 2025. (youtube.com/IDN Times)

Ada banyak macam tipe konten dan penyampaiannya. Begitu pula dengan platform di mana konten tersebut diunggah. Maka, sebelum membuat video, Raudhah menyarankan agar tahu video seperti apa yang akan dibuat. Apakah suatu karya visual tentang produk, edukasi, komedi, atau yang lainnya?

Banyak tujuan yang bisa disampaikan dari konten seperti pemahaman terhadap suatu hal, memberi penghiburan, atau sekadar ingin dikenal di media sosial. Untuk itu, penting menentukan tujuan dari karya yang ingin kita buat supaya lebih “bernyawa”. Apalagi karya tersebut berangkat dari tulisan, maka pahami dulu isu yang ingin disampaikan.

Raudhah dikenal sebagai konten kreator yang suka membuat konten-konten behind the scene. Lewat konten itu, ia berhasil menggaet jutaan audiens. Raudhah menjadikan itu signature kontennya karena bisa mengajak audiens masuk ke dalam ‘dunianya’.

“Video itu bernyawa kalau ada emosi di dalamnya. Di dalam videoku, aku bekerja keras membuat video maksimal. Aku menyalurkan emosi ke penonton supaya mereka ikut merasakan mengerjakan behind the scene bersamaku,” ujarnya.

2. Tentukan konsep moodboard dari awal

VS--YouTube-MiniCampNarasiBergerakMembawaEsaikeLayarbersamaRaudhahNasution-68’16”.jpg
Sesi "Narasi Bergerak: Membawa Esai ke Layar" dalam Mini Camp Mading Xplore IDN Times 2025. (youtube.com/IDN Times)

Sebuah karya visual yang menarik harus memiliki konsep yang baik sebelum eksekusi. Penting bagi konten kreator untuk menuangkan isi pikiran mereka ke dalam sebuah moodboard. Raudhah mengatakan bahwa moodboard membantu dalam menentukan proses produksi suatu karya visual.

Moodboard itu sebelum teman-tema bikin video. Cari referensi dulu dari palet warnanya, isinya referensi. Semua dikonsepin dari awal,” ucapnya.

Selain moodboard, hero shot juga perlu ditentukan dari awal. Raudhah menjelaskan bahwa hero shot salah satu bagian dari video yang sekiranya menampilkan detail paling bagus dari keseluruhan inti video.

“Misalnya membuat video daur ulang sampah, pesannya apa yang paling ingin ditekankan? Bikin itu jadi hero shot-nya, misal mendaur ulang sampah bersama teman-teman, atau tempat, atau bantuan dari orang lain. Atau, diubah jadi transisi misalnya botol minuman jadi sebuah karya,” terang Raudhah.

3. Buat storyline agar inti video tersampaikan

VS--YouTube-MiniCampNarasiBergerakMembawaEsaikeLayarbersamaRaudhahNasution-23’37”.jpg
Sesi "Narasi Bergerak: Membawa Esai ke Layar" dalam Mini Camp Mading Xplore IDN Times 2025. (youtube.com/IDN Times)

Menerjemahkan tulisan menjadi karya visual tetap membutuhkan storyline. Lewat mini camp ini, Raudhah memperkenalkan storyboard dan storyline. Namun, apa beda keduanya?

Storyboard lebih ke gambar. Storyline lebih ke narasi. Biasanya orang-orang kalau mau bikin video, dia berpikir mau menyampaikan apa saja. Aku menekankan, tipsnya kita harus memikirkan secara audio visual? Visual yang enak ditonton itu seperti apa? Karena jarang orang mau mendengarkan kita yapping, tapi gimana video bisa memanjakan mata kita,” jelasnya.

Ketika membuat storyline, perhatikan apa yang mau disampaikan pada detik pertama hingga ketiga. Apa yang ada di dalam storyline juga seharusnya sudah mencakup teknik-teknik yang mau digunakan, misalnya angle dan jenis-jenis shot.

4. Sesuaikan teknik dengan kebutuhanmu

VS--YouTube-MiniCampNarasiBergerakMembawaEsaikeLayarbersamaRaudhahNasution-31’26”.jpg
Sesi "Narasi Bergerak: Membawa Esai ke Layar" dalam Mini Camp Mading Xplore IDN Times 2025. (youtube.com/IDN Times)

Pengambilan gambar merupakan salah satu hal terpenting dalam menciptakan suatu karya visual. Visualisasi suatu cerita menjadi adegan bisa dipermanis dengan beberapa hal dari angle, jenis pengambilan gambar, pergerakan kamera, hingga background music yang dipilih.

Untuk angle video, Raudhah menyarankan agar memanfaatkan grid yang ada di kamera. Penempatan di tengah cocok untuk shooting sebuah produk karena kecenderungan orang akan menangkap gambar di tengah.

Pilihan angle wide juga perlu disesuaikan dengan tipe video yang ingin kamu buat. Misalnya, eye level untuk sudut yang paling umum dan natural, low angle untuk objek yang lebih dominan dan besar, high angle untuk membuat objek lebih kecil.

“Ada (angle) POV. Kalau pernah nonton film, kameranya itu seolah-olah mata kita yang nonton. Misalnya, orang lagi lihat kanan, kameranya ikut lihat kanan. Jadi, kita merasakan apa yang orang rasakan di video itu,” katanya.

5. Buat hook yang bisa menggaet perhatian audiens

VS--YouTube-MiniCampNarasiBergerakMembawaEsaikeLayarbersamaRaudhahNasution-69’13”.jpg
Sesi "Narasi Bergerak: Membawa Esai ke Layar" dalam Mini Camp Mading Xplore IDN Times 2025. (youtube.com/IDN Times)

Daya pikat seseorang untuk lanjut melihat suatu video, terletak di detik-detik awal. Maka dari itu, hook perlu diaplikasikan guna memancing orang lain mau menonton video tersebut.

Raudhah mengatakan, ”Hook itu elemen penting di video yang gak boleh dilupain. Walaupun video itu menurut teman-teman bagus, tapi orang-orang bisa saja gak mau nonton karena hook-nya gak ditentukan dari awal.”

Ada beberapa macam hook yang dijelaskan oleh Raudhah. Pertama, The Questioning Hook. Cari sesuatu yang relate dengan masalah kebanyakan orang dengan kata-kata yang mudah dimengerti.

Raudhah memberi contoh, “Sering gagal bikin rendang? Hmm, mungkin kamu salah di langkah ini. Jadi, orang-orang yang lagi pengen masak rendang bakal nonton videonya sampai habis.”

Kedua, The Myth Breaking Hook. Hook yang kontroversial dan berani, termasuk hook yang memecahkan mitos atau bertentangan dengan kepercayaan kita.

Ia melanjutkan, “Biar orang-orang yang menonton video dari 3 detik pertama itu mikir, hah emang iya? Kok bisa sih? Contohnya, jus itu sebenernya gak sesehat yang kamu kira. Kan orang-orang mikir jus itu sehat. Nah, kita matahin mitos itu jus sebenernya gak sesehat yang kamu kira. Ini orang kenapa ngomong jus gak sehat. Jadi dipikirin dulu dari awal bikin hook seperti apa.”

Terakhir adalah Visual Hook. Hook ini menekankan sisi visual daripada kata-kata.

Di akhir sesi, Raudhah menyampaikan, "Jadi diri sendiri aja. Videonya dibikin seunik mungkin. Kalau mau ikut tren, boleh banget tapi tetap ada unsur keunikannya. Apa yang ditonjolkan di dalamnya gak hilang. Percaya diri aja sih mau ikut tren atau gak, yang penting videonya tetap unik."

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriyanti Revitasari
EditorFebriyanti Revitasari
Follow Us