6 Alasan Lawan Debat Diam Tak Berarti Kamu Menang

- Kamu bicara terus dan gak kasih kesempatan padanya
- Dirimu mulai emosi, kalau ditanggapi bakal lebih buruk
- Kamu memperdebatkan hal yang tidak penting
Baru-baru ini kamu berdebat soal apa dengan orang lain? Kalau dirimu gemar berdebat, jangan-jangan sampai tidak ingat apa yang diperselisihkan. Kamu gampang bersilang pendapat dengan orang lain. Namun, dirimu juga mudah melupakannya.
Termasuk emosimu yang waktu itu meluap-luap seakan-akan tidak pernah terjadi. Apa pun itu, jangan buru-buru kamu merasa telah memenangkan perdebatan hanya karena lawanmu diam. Kata-kata tak harus dibalas dengan kata-kata pula.
Apalagi sampai berkepanjangan. Lawan debat diam tak berarti kamu menang, jangan sampai salah mengartikan sebagai kekalahan karena justru bisa menjadi tanda kelemahanmu. Malah dia yang boleh jadi lebih unggul darimu. Pilihannya berdiam diri dapat disebabkan oleh enam hal berikut.
1. Kamu bicara terus dan gak kasih kesempatan padanya

Memang semangatmu dapat membara ketika berusaha menyatakan argumen. Terlebih jika niatmu memang mematahkan pendapat orang lain. Dirimu berbicara seperti air bah. Ucapanmu panjang sekali seakan-akan tak bakal berhenti.
Kamu bahkan seolah-olah tidak perlu mengambil napas. Atau, dirimu takut kasih jeda sebentar saja akan seketika dimanfaatkan lawan buat gantian mendebatmu. Akibatnya jelas, ia tidak berkesempatan buat menanggapi. Tidak semua orang suka menyela.
Dia menunggumu selesai bicara, tapi itu gak kunjung terjadi. Bila kamu ingin mendengar sanggahannya, diam dulu dong. Toh, perdebatan memang bukan tentang bicara terus-menerus. Perdebatan terjadi karenanya adanya perbedaan pandangan. Ini bisa dikemukakan dengan cukup santun melalui kesempatan bicara yang adil.
2. Dirimu mulai emosi, kalau ditanggapi bakal lebih buruk

Orang yang memilih untuk tidak menanggapi emosimu, tak bermakna gak berani. Dia hanya menjaga akal sehatnya tetap bekerja. Ia tidak mau hal-hal yang lebih buruk terjadi. Seperti dia sendiri gak bisa menahan kekesalan.
Nanti ucapannya yang keras juga makin membakar emosimu. Perdebatan berubah menjadi pertengkaran sengit. Bisa-bisa kalian malah berkelahi di tempat. Sikapnya ini sangat dewasa dan harus dihargai.
Bukan malah kamu merasa lebih hebat darinya. Tanpa sadar justru kelemahanmu telah tampak, yaitu mudah terbawa emosi. Seandainya dirimu dapat berdebat tanpa gampang panas, lawan bicara pasti berbicara lebih banyak.
3. Kamu memperdebatkan hal yang tidak penting

Saking senangnya berdebat, kamu tidak lagi fokus pada apa yang betul-betul penting. Bagimu, segalanya menarik untuk dijadikan bahan berbantah dengan orang lain. Namun, bagi mereka itu cuma buang-buang waktu dan energi.
Sesuatu yang hendak diperdebatkan olehmu terlalu sepele buat mereka. Atau, sesuatu itu sudah sangat jelas serta tidak dapat diubah lagi. Contohnya, keputusan rapat kemarin. Kalau kamu hendak mendebat mati-matian seharusnya kemarin ketika rapat.
Bukan sekarang baru atau masih saja meributkannya. Baik dia maupun peserta rapat yang lain sudah tutup buku. Sekarang tinggal pelaksanaan keputusan rapat. Kamu mau ikut, silakan. Tidak pun, mereka ogah meladeni perdebatan yang coba diciptakan olehmu.
4. Dia akan melawanmu dengan bukti, bukan kata-kata

Hati-hati saat orang akhirnya diam atau memang sedari tadi gak menjawab argumenmu. Tidak ada kepastian dia kalah sampai kamu tahu apa yang dilakukannya kemudian. Boleh jadi berbantah memang bukan keahlian atau kesenangannya.
Akan tetapi, bukan maknanya dia gak bakal berbuat apa-apa. Ia tidak hendak pasrah saja dengan cecaranmu. Dia akan melawan semua argumenmu hari ini dengan bukti. Bukti tersebut barangkali cuma satu. Namun, kekuatan bukti dapat mematahkan seluruh perkataanmu. Hindari bersikap terlalu percaya diri jika kamu bahkan gak punya satu pun bukti. Sementara itu, orang yang diam bisa amat tekun mengumpulkan bukti.
5. Malu sama orang lain

Lokasi perdebatan juga menjadi pertimbangan orang hendak menanggapi perkataanmu atau tidak. Bila kalian berdebat di ruang terbuka, sikapnya membisu sudah tepat. Suaramu saja telah menarik perhatian orang.
Lebih-lebih apabila dia ikut meramaikan suasana. Kalian akan menjadi tontonan seru. Buatnya yang masih tahu malu, itu sangat tidak pantas. Beberapa orang mungkin senang mendapati hiburan gratis. Namun, banyak pula orang yang merasa terganggu andai itu terjadi. Jika kamu sadar bahwa diamnya juga upaya untuk menjagamu dari mempermalukan diri sendiri, segeralah berhenti. Kalian bisa membahasnya kembali di ruang yang lebih privat.
6. Berprinsip orang yang menang justru yang diam atau pergi

Ada perbedaan arti memenangkan perdebatan di antara kalian. Menurutmu, pemenang dalam debat ialah orang yang bisa membungkam pihak lain. Maka caramu ialah terus berbicara dan menekannya sampai dia tak bisa mengatakan apa-apa lagi.
Namun, kemenangan menurut orang lain malah kebalikannya. Justru siapa yang mampu tetap diam atau pergi sekalian bakal keluar sebagai pemenang. Sekilas, ia memang terlihat tidak berhasil mengalahkanmu dalam perdebatan itu.
Akan tetapi, kemenangannya sebetulnya lebih besar. Yaitu, dia mampu mengalahkan dorongan dalam diri buat berbantah denganmu. Ia kuat bersabar dalam menghadapimu. Dia tidak membiarkan dirinya terpancing oleh setiap perkataanmu.
Walau seperti tak berkutik, lawan debat diam tak berarti kamu menang, ya! Tidak ada menang atau kalah kecuali dalam kompetisi debat. Di luar itu, diamnya lawan bicara sama sekali gak bisa diartikan sebagai kekalahan. Malah sebaiknya perdebatan dihindari karena bisa menciptakan permusuhan.