8 Pandangan Negatif pada Orang yang Betah Melajang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Orang yang tak juga menikah di usia lebih dari 30 tahun kerap menjadi sorotan di lingkungannya. Kemudian muncul berbagai pandangan negatif yang tidak memiliki dasar kuat. Padahal, anggapan yang keliru itu dapat sangat menyakiti perasaannya.
Kita harus belajar lebih menghargai ranah pribadi dalam kehidupan seseorang. Hindari mencampuri kehidupan siapa pun, tak terkecuali dalam memandang seseorang yang betah melajang di usia matang. Tahan diri dari pemikiran sebagai berikut:
1. Gak ada yang tertarik padanya
Jangan salah, yang punya banyak penggemar bukan cuma orang yang cepat menikah atau memiliki banyak mantan, lho. Orang yang awet melajang juga dapat disukai oleh banyak orang. Namun belum tentu dirinya punya perasaan yang sama.
Ia menolak cinta dari sejumlah orang yang menembak. Sedang sebagian penggemarnya cuma mengagumi dalam diam. Jadi, kita gak usah sok tahu dan berpikir dia gak laku. Itu sama saja dengan merendahkan orang lain dan merasa diri sendiri lebih menarik.
2. Dia terlalu pemilih, sih
Mencari pasangan hidup gak sama dengan membeli barang yang masih bisa dikembalikan kalau tidak cocok. Sembarangan menikah justru dapat menghancurkan kehidupan seseorang berikut anak-anaknya. Siapa pun perlu selektif dan tak tergesa-gesa menikah cuma karena dikejar umur.
Pun hasil dari sifat pemilihnya tidak berdampak pada kehidupan kita. Dia menikah sekarang, suatu saat berkeluarga, atau malah selamanya hidup sendiri juga tak memengaruhi kehidupan kita. Bebaskan dia saja, hendak seselektif apa dalam mencari pasangan.
3. Pasti ia tak punya sifat keibuan atau kebapakan
Sifat keibuan atau kebapakan memang seringnya muncul setelah seseorang menjadi orangtua. Akan tetapi, ini bukan berarti orang yang melajang gak punya sifat tersebut sedikit pun. Nyatanya banyak juga jomblo yang begitu sayang dan disayangi oleh keponakan-keponakannya.
Mereka dapat menjaga anak termasuk mengajaknya bermain serta belajar. Kadang anak-anak itu justrtu lebih dekat dengan om atau tante ketimbang dengan orangtua. Skill-nya dalam mengurus kebutuhan sehari-hari anak mungkin belum tinggi. Akan tetapi sifat keibuan serta kebapakan gak cuma muncul setelah seseorang punya anak, kok.
4. Pasti lebih suka gaya hidup bebas
Bisa saja orang yang betah melajang memang menyukai kebebasan. Mereka ragu untuk terikat dalam perkawinan. Namun kebebasan yang dimaksud bukanlah seks bebas atau berganti-ganti pasangan.
Kebebasan yang disukai boleh jadi berkaitan dengan keleluasaannya membuat berbagai keputusan dalam hidup. Seorang lajang tak perlu membicarakan keputusan yang akan diambilnya dengan pasamgan lalu berdebat jika pasangan gak setuju.
Editor’s picks
Baca Juga: Jangan Dicap Aneh, 5 Alasan Seseorang Masih Melajang pada Usia 30-an
5. Ada masalah dengan orientasi seksualnya
Jangan bikin orang lajang bingung dalam berteman. Bila dia berkawan dekat dengan sejumlah teman lawan jenis, orang mengira ia menganut gaya hidup bebas. Akan tetapi kalau ia kerap pergi bersama sesama teman perempuan atau sesama kawan pria, malah dicurigai soal orientasi seksualnya.
Lalu dia harus bagaimana? Sedang selalu sendirian pun akan dipandang aneh oleh orang lain. Gak usah sibuk memikirkan orientasi seksual seseorang. Selain privasi, orang yang menikah berkali-kali dengan lawan jenis pun bukan jaminan ia sama sekali tak punya ketertarikan lebih pada teman sejenis.
6. Sering iri pada pasangan-pasangan di luar sana
Dia yang iri pada kita yang telah berpasangan atau malah sebetulnya kita yang ingin kembali melajang? Alasannya, orang yang iri biasanya ribut sendiri. Sedang ia tenang-tenang saja dan tak pernah mengganggu kedamaian pasangan mana pun.
Maka dari itu, lebih baik kita melihat ke dalam diri. Jangan-jangan kita lagi capek dengan hubungan sendiri sehingga mulai sibuk menyorot kehidupan teman yang masih single. Kita mungkin sebenarnya rindu akan masa-masa sebelum menjadi istri atau suami.
7. Egois dan hanya mengejar kesenangan sendiri
Namanya masih melajang, lumrah kalau dia tampak lebih memanjakan dirinya. Kita yang telah menikah dan punya lebih banyak tanggungan tak perlu berpikir terlalu jauh mengenai sifat aslinya.
Siapa tahu di balik kesukaannya memanjakan diri, dia juga punya kepedulian sosial yang tinggi dan belum tentu kita miliki. Misalnya, ia sering menyantuni anak-anak yatim dan orang yang membutuhkan tanpa sepengetahuan kita.
8. Kesepian jadi makanannya sehari-hari
Bahkan seorang lajang yang kerap terlihat sendirian bukan berarti dia pasti kesepian. Kepribadiannya yang introver malah menjadikannya menikmati kesendirian itu. Pun hidup yang meriah tak cuma disebabkan adanya pasangan.
Orang dengan banyak kegiatan yang seru serta bermanfaat akan jarang sekali merasa kesepian. Tiadanya pasangan juga bukan berarti tak adanya teman. Bahkan kita yang sudah berkeluarga pun dapat sewaktu-waktu merasa kesepian. Ini bisa lebih berbahaya bila menandakan adanya ketidakpuasan dalam hubungan.
Awetnya seseorang melajang gak merugikan kita. Tak perlu kita sibuk mengurus kehidupan pribadi mereka ketika mereka sendiri enjoy dengan keadaan tersebut. Lebih baik kita memusatkan pikiran pada keluarga agar tidak berprasangka terkait kehidupan para lajang.
Baca Juga: Siapkan 6 Hal Ini bila Ingin Hidup Melajang dan Tinggal Sendirian
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.