Tanyakan 5 Hal Ini pada Diri sebelum Meniru Gaya Orang Lain
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gaya yang bisa disontek dari orang lain tak cuma soal penampilan. Gaya berbicara, gaya menulis, gaya kepemimpinan, bahkan gaya hidup orang juga dapat ditiru. Biasanya, keinginan meniru muncul karena kita berpikir gaya itu keren.
Masalahnya, semua gaya orang lain dapat terlihat lebih menarik ketimbang gaya asli diri sendiri bila kita kurang percaya diri. Nah, supaya kita gak salah menyontek gaya, pikirkan dulu jawaban untuk lima pertanyaan berikut ini.
1. Apakah itu sesuatu yang baik?
Contohnya, gaya hidup yang melampaui kemampuan kita. Gaya hidup tersebut sebenarnya bukan masalah untuk orang yang kemampuan finansialnya tinggi. Namun jika kita asal menirunya, kondisi keuangan kita bakal kacau balau.
Gaya lainnya yang kurang baik untuk ditiru misalnya memanggil orang yang lebih tua langsung dengan namanya. Dalam budaya Timur seperti di masyarakat kita, hal tersebut tentu dianggap sangat tidak sopan.
2. Apakah kita merasa nyaman dengan gaya tersebut?
Munculnya rasa tidak nyaman saat meniru gaya orang lain hanya berarti dua hal. Pertama, gaya tersebut memang kurang baik. Kedua, gaya itu tidak sesuai dengan kepribadian kita.
Misalnya, gaya dalam berdandan dan berbusana. Kita yang berkarakter kalem pasti merasa tidak nyaman bila harus berbedak tebal dan menggunakan pewarna bibir merah menyala.
Gaya berpakaian pun demikian. Semenarik apa pun gaya berpakaian orang lain, belum tentu cocok untuk kita. Padahal apabila suatu gaya tak mewakili kepribadian kita, itu justru berpengaruh buruk pada kepercayaan diri.
Baca Juga: Dibebankan Ekspektasi Tinggi, 5 Penyebab Stres Kehidupan Anak Bungsu
3. Apakah situasinya tepat?
Editor’s picks
Gaya santai seorang kawan barangkali menginspirasi kita untuk menjadi seperti dirinya. Rasanya, kehidupannya menjadi jauh lebih tenang daripada kebanyakan orang berkat gaya santai yang diterapkannya.
Akan tetapi, kalau gaya ini diaplikasikan dalam situasi yang menuntut keseriusan tinggi atau sedang ada sesuatu yang urgen, kita justru bakal membuat orang-orang kesal. Kita terkesan menyepelekan urusan dan dikira pemalas.
4. Apakah perbedaan gaya menimbulkan efek yang lain pula?
Jika kita mengubah gaya maupun tidak juga tak berpengaruh apa-apa terhadap sesuatu, berarti perubahan tersebut gak ada urgensinya. Atau perubahan tersebut malah memberikan efek negatif?
Kalau iya, berarti suatu gaya harus dihindari. Bahkan meski suatu gaya tak mengakibatkan efek negatif, perubahan gaya selalu menuntut adaptasi baik dari diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita.
Oleh karena itu, bila tak ada manfaat atau tujuan yang jelas, perubahan gaya sebaiknya tidak dilakukan. Soalnya, kegagalan siapa pun dalam beradaptasi terhadap gaya yang baru diterapkan juga berakibat kurang baik.
5. Apakah seseorang tidak keberatan gayanya disontek?
Di satu sisi, meniru gaya orang di sekitar kita bisa membuatnya merasa tersanjung. Dia seperti menjadi teladan bagi kita. Akan tetapi, ada pula yang justru merasa tidak nyaman.
Apalagi jika kita mencoba meniru gayanya sampai ke hal-hal terkecil. Lama-kelamaan, ia malah dapat mengira kita hanya sedang mengolok-oloknya. Sekalipun kita berhak tetap meniru gayanya, mending cari referensi gaya yang lain atau jadi diri sendiri saja, ya!
Terkadang, kita memang perlu meniru gaya orang lain. Misalnya, saat gaya komunikasi kita gak efektif dan kerap menimbulkan kesalahpahaman dengan orang lain. Kita harus belajar dari gaya komunikasi teman yang lebih baik.
Namun, apabila keinginan kita untuk meniru dilatarbelakangi rasa kurang percaya diri, seharusnya kepercayaan diri itulah yang kudu ditambah. Sebab meniru gaya apa pun bukan solusi atas krisis kepercayaan diri yang dialami. Cabut dulu akar masalahnya, yaitu pada diri sendiri.
Baca Juga: 5 Alasan Kamu Sering Meniru Tingkah Laku Orang Lain
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.