Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 MBTI yang Paling Sering Overthinking, Kamu Salah Satunya?

(pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
(pexels/KATRIN BOLOVTSOVA)
Intinya sih...
  • INFP - Si perasa yang terlalu dalam, sulit membedakan mana yang perlu direnungkan dan dilepaskan
  • INFJ - Si pemikir diam-diam, menyusun skenario dan keinginan menyenangkan orang lain
  • INTP - Si analitis yang sulit berhenti mikir, senang menganalisis segala hal dan energi mental terkuras

Pernah merasa susah tidur karena terlalu banyak mikir? Bisa jadi kamu termasuk tipe MBTI yang mudah overthinking. Beberapa tipe kepribadian memang cenderung memproses segala hal secara mendalam, bahkan hal-hal yang sebenarnya sepele.

Overthinking itu wajar, tapi kalau terus-menerus bisa bikin mental lelah. Yuk, cari tahu apakah MBTI-mu termasuk dalam daftar ini. Siapa tahu kamu jadi lebih paham cara mengelola pikiran biar hidup terasa lebih ringan.

1. INFP - Si perasa yang terlalu dalam

(pexels/Mizuno K)
(pexels/Mizuno K)

INFP dikenal sebagai pribadi yang peka dan punya dunia batin yang kaya. Mereka cenderung menganalisis emosi dan kejadian dengan sangat dalam. Sayangnya, kebiasaan ini bisa bikin mereka sulit membedakan mana yang perlu direnungkan dan mana yang sebaiknya dilepaskan.

Mereka bisa memikirkan satu ucapan atau tindakan berulang kali sambil mempertanyakan, “Apa aku terlalu kasar?”, “Kenapa dia jawabnya gitu, ya?”. Bagi INFP, overthinking adalah bagian dari cara memahami diri sendiri dan orang lain, tapi sering kali jadi beban.

2. INFJ - Si pemikir diam-diam

(pexels/Ketut Subiyanto)
(pexels/Ketut Subiyanto)

Dari luar, INFJ terlihat tenang dan kalem, tapi pikirannya jarang berhenti bekerja. Mereka terbiasa menyusun berbagai skenario dalam kepala, lengkap dengan semua kemungkinan terbaik dan terburuk.

Keinginan mereka untuk menyenangkan orang lain dan menghindari konflik juga bikin INFJ cenderung mikir terlalu banyak sebelum bertindak. Mereka bisa overthinking berhari-hari hanya karena ingin memastikan keputusan yang mereka ambil tidak menyakiti siapa pun.

3. INTP - Si analitis yang sulit berhenti mikir

(pexels/Andrea Piacquadio)
(pexels/Andrea Piacquadio)

INTP dikenal sebagai pemikir logis dan suka menganalisis segalanya. Mereka senang mengurai konsep, ide, bahkan emosi dengan cara yang kompleks. Tapi kebiasaan berpikir dalam ini sering berubah jadi lingkaran pikiran yang sulit diakhiri.

INTP bisa terus mempertanyakan sesuatu seperti, “Kenapa bisa begini?”, “Apa yang sebenarnya terjadi?”. Buat mereka, overthinking sering terasa seperti rutinitas, bukan masalah. Tapi tetap saja, energi mental bisa terkuras kalau tidak dikendalikan.

4. ISFJ - Si penjaga yang terlalu peduli

tangan yang saling berjabat sebagai ilustrasi peduli (pexels/cottonbro studio)
tangan yang saling berjabat sebagai ilustrasi peduli (pexels/cottonbro studio)

ISFJ adalah tipe yang penuh perhatian dan sangat peduli pada kenyamanan orang lain. Tapi justru karena rasa tanggung jawab itu, mereka jadi sering memikirkan hal-hal kecil yang sebenarnya engga perlu terlalu dibesar-besarkan.

Mereka bisa merasa bersalah atas hal yang bahkan orang lain sudah lupakan. Ketika khawatir mengecewakan orang atau membuat kesalahan, ISFJ bisa overthinking diam-diam sampai emosinya terkuras habis.

5. ENFP - Si optimis yang suka bertanya-tanya

(pexels/Jopwell)
(pexels/Jopwell)

Meskipun dikenal ceria dan spontan, ENFP juga punya sisi sensitif yang mudah overthinking. Mereka sering mempertanyakan keputusan sendiri, perasaan orang lain, hingga makna dari percakapan biasa.

Kebiasaan membayangkan berbagai kemungkinan membuat ENFP rentan terjebak dalam kekhawatiran. Mereka sering bingung, “Aku ambil keputusan yang benar nggak, ya?”, atau “Jangan-jangan aku nyakitin dia tanpa sadar?”. Kalau tidak diarahkan dengan baik, semangat tinggi mereka bisa berubah jadi kecemasan.

Overthinking bisa menyerang siapa saja, tapi lima tipe MBTI ini memang cenderung lebih rawan karena cara mereka memproses dunia di sekitarnya. Kabar baiknya, mengenali kebiasaan berpikir berlebihan bisa jadi langkah awal buat mengelolanya. Kadang, hal yang kamu pikirkan terlalu jauh itu nyatanya engga seburuk yang dibayangkan, kok.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us