5 Cara Hentikan Rasa Membandingkan Diri dengan Orang Lain di Medsos 

Kalau melihat unggahan teman cenderung membuatmu merasa iri atau tak mampu. Ingat, bahwa apa yang mereka tampilkan di media sosial hanya sebagian kecil dari kehidupan mereka sesungguhnya. Hal yang perlu diperlihatkan dalam media sosial hanyalah yang ingin mereka perlihatkan saja. Bisa jadi, itu bukan mereka sesungguhnya.

Meski kamu tahu media sosial bukanlah kehidupan yang nyata, tak jarang otak terprogram untuk membandingkan diri dengan orang lain secara tak sadar. Jadi, setiap kali ada unggahan yang membuatmu ingin membandingkan diri, segera ingat kembali bahwa tampilan di media sosial itu hasil editan atau sudah direncanakan. Jadi, lebih realistis, ya!

Walau kamu ingin menghilangkan emosi negatif dalam diri dan menolak untuk membandingkan diri, tapi perasaan negatif yang tersisa tak bisa langsung lenyap. Cara paling ampuh untuk mengurangi emosi negatif adalah dengan mengakui perasaan tersebut, lalu mencari tahu apa yang membuatmu merasakannya.

Sebagai contoh, kamu merespon biasa saja ketika temanmu mengunggah tentang harta yang mereka miliki. Di sisi lain, kamu merasa iri begitu temanmu unggahan tentang kehangatan keluarga mereka. 

Dari contoh tersebut, kamu jadi tahu bahwa emosi negatif ini muncul saat melihat keharmonisan keluarga. Kamu mengakui bahwa ada kecemburuan karena hal itu.

Setelah mengakuinya, kamu bisa mulai mencari penyebab kenapa dirimu bisa iri dengan mereka yang mempunyai keluarga harmonis. Tulislah dalam buku atau gawai sepuas hatimu. Kemudian, maafkan setiap perasaan yang kamu tulis dan katakan dalam dirimu. Jangan lupa untuk berterima kasih karena telah jujur dengan diri sendiri. Lakukan cara ini setiap kali emosi negatif itu muncul, ya.

Buatlah jurnal untuk mencatat kebiasaanmu dalam menggunakan media sosial. Catat pada jurnal kapan kamu merasa ingin membandingkan dirimu pada orang lain. Dengan ini, kamu jadi bisa memantau perasaan hatimu. Selalu ingat untuk tidak menghakimi dirimu.

Perhatikan juga kapan kamu melihat media sosial dan rasa apa yang dialami. Catat dengan rinci pola dari kebiasaanmu di media sosial.

Ethan Kross, PhD, seorang profesor psikologi di University of Michigan dan penulis Chatter: The Voice in Our Head, Why It Matters, dan How to Harness It, mengatakan kepada SELF, jika penelitian memperlihatkan semakin banyak waktu yang dihabiskan untuk melihat media sosial akan makin sering pula keinginan untuk membandingkan diri.

Jika kamu menyadari melihat media sosial selama 15 menit tidak akan membuatmu down, lakukanlah. Namun, jangan sampai berlebih-lebihan hingga kamu sibuk membandingkan diri dengan orang lain.

Ketika bertemu di dunia nyata, informasi yang diperoleh bisa dicerna dengan baik dan minim menimbulkan kesalahpahaman. Kamu bisa secara aktif terlibat dalam obrolan sehingga rasa iri yang berlebihan dapat diredam seiring dengan fakta yang didapatkan sesaat bertemu secara langsung.  

Itulah sebabnya persahabatan di dunia nyata terasa lebih nyaman dan damai. Hubungan dunia nyata bisa membantu mengurangi dampak negatif dibandingkan secara online. Jadi, tetap jaga hubunganmu yang real di dunia nyata, ya.

Kalau merasa media sosial membuat pikiran dan emosi mengarah ke negatif, kamu bisa mundur sejenak untuk melihat media sosial. Tata pikiran dan hatimu terbebas dari toksik media sosial. Lebih baik isi waktu senggang dengan membaca buku, minum teh, atau hal lain yang simpel namun membuatmu tenang.

Tak ada yang memaksamu untuk tetap bermain di media sosial. Lebih baik hubungi teman sejatimu dan berkumpul bersama mereka. Nantinya setelah kamu siap kembali ke media sosial, pilihlah orang yang kamu ikuti. Jika merasa mereka tidak baik untuk mental, berhenti ikuti mereka, ya!

Kamu harus ingat, jika dirimu unik dan menarik. Jadi berhentilah membandingkan dirimu dengan orang lain di media sosial. Cintailah dirimu sendiri dan berhentilah melihat jika orang lain lebih baik darimu. Semangat, ya!