Kain Ulos Unjuk Gigi di Bali, Berpadu dengan Kebaya Khas Pulau Dewata
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Melanjutkan perayaan tentang Indonesia, The Apurva Kempinski Bali mengadakan peragaan busana yang menampilkan koleksi indah Torang Sitorus pada Sabtu (17/7/22). Acara yang bertajuk 'Magnificent Toba for the World' ini, menampilkan 30 koleksi ulos karya Torang Sitorus dan kebaya karya rekan-rekannya, seperti Junot Hutabarat dan Nila Nasution.
Kain ulos pun disulap Torang menjadi sebuah mahakarya dengan desain ala resort wear yang berpadu kebaya khas Bali. Yuk, intip penjelasan singkat mengenai gambaran dari look koleksi di pagelaran fashion tersebut pada ulasan di bawah ini.
1. Ulos bertransformasi jadi kain yang lebih ringan, menyesuaikan kebutuhan dan tren dunia
Ada banyak hal yang bisa digali di tanah Toba. Salah satunya adalah kain ulos yang terkenal sebagai kain dengan proses pembuatan rumit dan lekat dengan adat istiadat Batak, yakni siklus kehidupan.
Berkat hal tersebut, ulos pun cukup dikenal sebagai kain tradisional dengan bahan yang agak berat dan desain formal. Nah, demi menciptakan sebuah inovasi di lini fashion, Torang sebagai salah satu desainer terkemuka di tanah air mencoba merepresentasikan ulos sebagai kain yang lebih ringan dan bisa digunakan untuk segala kegiatan.
"Kita menciptakan kain yang lebih ringan sehingga bisa digunakan untuk segala momen. Inilah yang harus disampaikan kepada masyarakat dunia, bahwa ulos sudah bertransformasi untuk menyesuaikan selera fashion dunia," katanya.
2. Torang menghadirkan koleksi dengan tiga jenis kain berbeda
Berdasarkan Press Conference yang berlangsung pada Senin (18/7/22), Torang menjelaskan jika ia merilis 30 koleksi dengan tiga jenis kain yang berbeda. Kain-kain tersebut adalah tenun gadog, ulos asli, dan ulos ATBM.
"Koleksi kemarin ada tiga kain yang ditampilkan; tenun gadog, ulos asli yang masih dikerjakan ibu penenun dengan serat alam, lalu ada ATBM yang menggunakan bahan bermutu dari Jepang yakni silky cotton atau bahan limbah kapas dari India yang diserap di Jepang lalu ditenun menjadi kain yang sangat ringan," jelasnya.
3. Koleksi yang hadir menampilkan look ala resort wear
Editor’s picks
Unjuk gigi dengan tampil di Bali, ulos yang dirancang oleh Torang menghadirkan look modern yang sangat berbeda dari kebiasaan ulos itu sendiri. Dirinya memadukan kain ulos dengan lace dan kebaya katun khas Bali.
"Kemarin di sequence satu kita tampilkan resort wear dengan kain dan lace serta padanan kain dengan kebaya katun," ucapnya.
Baca Juga: 12 Inspirasi Mix and Match Kain Ulos dengan Kebaya dan Blus Tunik
4. Torang juga menciptakan balutan yang dipakai secara eksklusif oleh Lady in Red The Apurva Kempinski Bali
Untuk lebih mendukung program tersebut, Torang Sitorus juga ambil bagian dengan menciptakan balutan yang dipakai secara eksklusif oleh Lady in Red The Apurva Kempinski Bali. Lady in Red merupakan ambassador dari Kempinski Hotels, yang ada di setiap hotel Kempinski di berbagai belahan dunia.
"Indonesia adalah negara yang sangat kaya, dan melalui gerakan Unity in Diversity, kami mencoba menceritakan kisah-kisah dari berbagai bagian bangsa. Melalui Torang, kami berharap kerja sama ini dapat menginspirasi orang-orang di sekitar kita untuk terus melestarikan keindahan kerajinan Indonesia," tutur Vincent Guironnet, General Manager The Apurva Kempinski Bali.
5. Gak hanya sekadar perancang busana, Torang Sitorus dikenal sebagai kolektor ulos terkemuka
Sebagai seorang keturunan Batak, Torang Sitorus telah mendedikasikan dirinya untuk melestarikan kain tradisional, sekaligus membantu para pengrajin lokal di wilayah tersebut. Karyanya bahkan membuatnya dinobatkan sebagai salah satu dari 75 ikon prestasi Pancasila pada 2020 silam.
Gak hanya sekadar perancang busana, Torang juga dikenal sebagai kolektor ulos terkemuka. Sedikitnya ada 2.000 lembar ulos yang menjadi koleksi Torang. Selain itu, dirinya juga menerbitkan bukunya tentang Ulos, berjudul 'Identity in a Piece of Cloth the Batak Ulos', di mana ia mencatat 20 tahun perjalanannya tentang keunikan dan cerita dari kain tradisional ini.
Fashion show ulos ini pada dasarnya diadakan sebagai bagian dari kampanye Unity in Diversity atau 'Bhinneka Tunggal Ika', sebuah program yang mengangkat budaya dan warisan dari 7 pulau besar di Indonesia. Sepanjang tahun, identitas budaya seperti praktisi holistik, keragaman kuliner, permainan tradisional, serta keahlian tangan dari setiap daerah dikemas dalam rangkaian pengalaman tamu.
Baca Juga: Jadi Figur Barbie, Potret Butet Manurung dengan Ulos dan Syal Batak