Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Nasihat Untukmu yang Memprioritaskan Pekerjaan, tapi Lupa Diri

ilustrasi bekerja (pexels.com/Cottonbro Studio)

Terus menuruti rentetan pekerjaan tidak ada ujungnya. Sudah pasti kesibukan ini menyita waktu, tenaga, dan pikiran. Termasuk kamu tidak memiliki kesempatan untuk beristirahat walaupun hanya sejenak.

Jika kamu tipe orang yang memprioritaskan pekerjaan tapi lupa diri sendiri, nasihat ini wajib diresapi. Memprioritaskan pekerjaan bukan sikap yang salah. Hanya saja kamu harus paham batasan. Berikut lima nasihat untukmu yang memprioritaskan pekerjaan, tapi selalu lupa pada diri sendiri.

1. Memprioritaskan pekerjaan bukan berarti mengorbankan waktu istirahat

ilustrasi bekerja (pexels.com/Kampus Production)

Ditekan pekerjaan yang tidak ada habisnya bikin kamu enggan beristirahat. Kamu memilih menyelesaikannya walaupun tubuh sudah kelelahan. Namun, apakah sikap satu ini dibenarkan?

Sudah pasti jawabannya tidak. Memprioritaskan pekerjaan bukan berarti mengorbankan waktu istirahat. Nasihat ini harus benar-benar dipahami. Kamu harus meluangkan waktu sejenak untuk memberi waktu diri sendiri bersantai.

2. Kebahagiaan diri sendiri harus diperhatikan

ilustrasi bekerja (pexels.com/Karolina Grabowska)

Bagi orang-orang yang ambisius, pekerjaan adalah segalanya. Mereka rela mengorbankan kebahagiaan sendiri hanya untuk menuruti urusan kerja. Padahal sudah pasti rangkaian pekerjaan tidak akan ada habisnya.

Jika kamu tipe orang yang mengutamakan pekerjaan tapi melupakan diri sendiri, mari pertimbangkan nasihat satu ini. Kamu harus paham jika kebahagiaan diri sendiri perlu diperhatikan. Bekerja boleh, tapi tidak boleh menomor duakan diri sendiri.

3. Percuma saja kamu mendedikasikan seluruh waktu untuk bekerja tapi diri sendiri tidak nyaman

ilustrasi bekerja (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menjadi seorang pekerja keras memang penting. Namun, tetap ada batasan yang harus diperhatikan. Kamu tidak bisa bekerja secara terus-menerus sampai mengabaikan kenyamanan diri sendiri.

Percuma saja kamu mau mendedikasikan seluruh waktu untuk bekerja tapi diri sendiri tidak nyaman. Keseimbangan hidup bisa terganggu akibat kebiasaan tersebut. Kamu memiliki banyak prestasi dalam pekerjaan, tapi tetap tidak merasakan kebahagiaan.

4. Menjadi seorang pekerja keras boleh, tapi kehidupan sosial harus tetap berjalan seimbang

ilustrasi bekerja (pexels.com/Karolina Grabowska)

Kunci meraih kebahagiaan hidup juga terletak pada keseimbangan. Antara urusan dunia kerja dengan kehidupan pribadi berjalan sesuai porsi masing-masing. Tidak condong ke satu arah.

Ini patut direnungkan bagi kamu yang bekerja keras terlalu berlebihan sampai melupakan diri sendiri. Menjadi seorang pekerja keras boleh-boleh saja. Namun, kehidupan sosial harus tetap berjalan seimbang. Jangan hanya condong pada urusan pekerjaan.

5. Memprioritaskan pekerjaan bukan berarti tidak memberi kebebasan pada diri sendiri

ilustrasi bekerja (pexels.com/Alena Darmel)

Mendedikasikan seluruh waktu untuk bekerja memang penuh tantangan. Kamu tidak memiliki kebebasan beraktivitas. Jangankan melakukan hobi atau hal yang disukai, beristirahat saja tidak sempat.

Tumbuh menjadi seorang pekerja keras tidak keliru. Hanya saja jangan sampai melupakan kebahagiaanmu. Memprioritaskan pekerjaan bukan berarti tidak memberi kebebasan pada diri sendiri untuk berekspresi.

Tidak ada salahnya ketika kamu memprioritaskan pekerjaan. Namun demikian, jangan sampai lupa pada diri sendiri. Kamu berhak memperoleh keseimbangan hidup bahkan merasakan kebebasan. Bukan hanya menghabiskan waktu untuk bekerja.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ines Sela Melia
EditorInes Sela Melia
Follow Us