Ahmad Hasyim Wibisono, Si Perawat Luka yang Membangun Pedis Care

Ia membantu penderita diabetes yang terkendala finansialnya

Jakarta, IDN Times - Penyakit diabetes memang masih menjadi permasalahan serius di Indonesia. Pasalnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengalami diabetes, tetapi gak ditangani dengan serius. Banyak juga penderita diabetes yang mengalami luka serius, namun gak disertai perawatan yang tepat hingga berujung pada amputasi.

Jika dilihat menurut data, dilansir Siloam Hospitals, terdapat 425 juta pasien diabetes per tahun 2017 di dunia. Angka tersebut juga diperkirakan akan terus meningkat hingga 45 persen atau sekitar 629 juta pasien per tahun 2045. Hal tersebut gak terlepas dari kurangnya edukasi masyarakat Indonesia terhadap penyakit ini sehingga banyak yang masih menyepelekannya. Di sisi lain, banyak juga masyarakat yang mengalami luka diabetes dan kekurangan biaya sehingga mengalami kesulitan dalam perawatannya.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Ahmad Hasyim Wibisono, akrab disapa Hasyim, yang merupakan seorang dosen sekaligus lulusan Keperawatan pun, gak tinggal diam. Ia melihat isu ini sebagai hal yang cukup krusial. Itulah mengapa, ia mulai menciptakan langkah melalui Pedis Care. Bukan hanya untuk luka diabetes, tetapi luka-luka yang berat seperti kebakaran, kanker, dan sebagainya.

Saat dihubungi langsung oleh IDN Times pada Sabtu (7/10/2023) secara daring, Hasyim menceritakan sepak terjang perjalanannya selama membangun Pedis Care. Ia juga menceritakan bagaimana akhirnya Pedis Care semakin berkembang pesat. 

1. Berangkat dari kegelisahan dan keresahannya saat melihat masyarakat yang mengalami luka diabetes

Ahmad Hasyim Wibisono, Si Perawat Luka yang Membangun Pedis CareAhmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Hadirnya Pedis Care ternyata diawali dari keresahan yang dimiliki oleh Ahmad Hasyim Wibisono. Di tahun 2008 silam, ia tengah menjalankan pendidikan profesi. Saat itu, ia masih menetap di Malang dan melihat banyak penderita diabetes yang mengalami luka serius. Sayangnya, belum banyak orang yang mengetahui cara perawatan luka itu sehingga membuatnya semakin parah.

"Penanganannya masih seadanya, kayak ngerawat luka biasa. Diganti perban yang lama, dibersihkan, ditutup lagi. Gak ada something special lah perawatannya, sehingga rata-rata pasien ini harus berakhir di kamar operasi untuk pada dipotongin tuh kakinya, diamputasi," terang Hasyim.

Hal tersebut ternyata menjadi kegelisahan dan keresahan Hasyim. Karena gak dimungkiri, banyak penderita luka diabetes yang berakhir dengan amputasi. Berangkat dari sini, Hasyim akhirnya mencari informasi terkait perawatan luka diabetes. Ia menemukan bahwa ada cara yang lebih tepat dan aman. Akhirnya, itu yang menjadi starting point berdirinya Pedis Care.

Hasyim menambahkan, Pedis Care ini bisa dibilang sebagai salah satu platform pelayanan kesehatan di luar rumah sakit dan berbasis home care. Hasyim juga memiliki background di bidang keperawatan. Ia berkuliah S1 di Universitas Brawijaya jurusan Keperawatan, kemudian S2 di Universitas Indonesia, dan melanjutkan ke Flinder University Australia dengan Magister Keperawatan dalam Manajemen dan Pendidikan Diabetes. Bisa dikatakan, Hasyim juga menjadikan background pendidikannya untuk membangun Pedis Care.

2. Terus melakukan inovasi untuk Pedis Care dengan melibatkan teknologi

Ahmad Hasyim Wibisono, Si Perawat Luka yang Membangun Pedis CareAhmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Hasyim dan rekan-rekannya terus membangun Pedis Care demi memberikan perawatan lebih baik pada penderita diabetes. Gak sampai di situ, ia juga terus melakukan inovasi pada perkembangan Pedis Care. Saat ini, Pedis Care sudah memanfaatkan teknologi untuk mengkaji luka. Melalui aplikasinya, Pedis Care bisa mengukur dimensi luka dengan akurat.

"Kan kalau di kami itu, standarnya kalau ada luka itu harus diukur nih, panjang, lebarnya, kondisi luka kayak gimana, kedalamannya. Itu nanti akan menentukan strategi perawatan soalnya sekaligus kita pakai untuk mengukur progress penyembuhannya dari hasil assessment-nya. Nah, itu takes time banget dan antara satu orang dengan yang lainnya agak-agak beda nih, gak seragam," jelas Hasyim.

Hasyim melanjutkan, jika hanya mengandalkan metode itu, maka proses perawatannya akan memakan banyak waktu. Dari situ, ia melakukan kolaborasi untuk menciptakan metode lebih efektif, yaitu memanfaatkan teknologi. Saat ini, Pedis Care hadir di aplikasi smartphone untuk mendeteksi luka diabetes beserta rasionya.

"Nah itu memang ada aplikasi smartphone-nya. Jadi cukup dengan satu smartphone nih, kita foto dan ambil video dari beberapa angle, nanti akan dianalisis oleh AI-nya. Dia akan langsung generate nih, luas luka sekian cm, terus jaringan yang sehat sekian persen, jaringan yang mati sekian persen. Itu langsung muncul sehingga memudahkan kami sekali dalam merawat, gak takes time," lanjut Hasyim.

Tentunya, dari situ, tim Pedis Care akan mendeteksi perawatan yang dibutuhkan oleh pasien. Jika kondisi lukanya sudah cukup parah, Pedis Care menyediakan layanan homecare untuk treatment-nya. Selain itu, Pedis Care juga melakukan kolaborasi dengan pihak lainnya. Misalnya, jika pasien membutuhkan penurun gula, maka Pedis Care akan berkolaborasi dengan dokter spesialis penyakit dalam. Jika membutuhkan perawatan lebih intens, maka akan dirujuk ke rumah sakit. Jadi meskipun deteksi lukanya di aplikasi, Pedis Care tetap menyediakan perawatan yang terintegrasi.

3. Sempat mengalami berbagai tantangan dan hambatan selama membangun di Pedis Care

Ahmad Hasyim Wibisono, Si Perawat Luka yang Membangun Pedis CareAhmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Perjalanan Hasyim membangun Pedis Care tentunya bukan tanpa kendala. Saat kita membangun sesuatu yang baru, pastinya akan selalu ada tantangan tertentu. Begitu juga yang dirasakan oleh lelaki asal Malang ini.

"Awal-awal itu sih lebih kepada knowledge ya, knowledge gap lah antara kami yang punya ide dengan masyarakat dan tenaga kesehatan lain. Jadi, banyak orang yang tidak tahu tentang kami sehingga tidak mengakses produk atau jasa kami. Terus, ada juga teman-teman tenaga kesehatan yang mungkin mengartikan kami secara salah, beredar kabar-kabar miring yang tidak sesuai," ucapnya.

dm-player

Itu kenapa, di awal kemunculannya, Pedis Care juga fokus untuk mengedukasi masyarakat dan melakukan pendekatan kepada tenaga kesehatan. Mereka mencoba meyakinkan bahwa kehadirannya ini sebenarnya menjadi solusi baru. Jadi, dalam proses mengembangkan Pedis Care, Hasyim dan rekan-rekannya pun gak henti melakukan pendekatan kepada masyarakat.

"Kita mulai belajar marketing, banyak membaca dan sharing juga dengan teman-teman yang menekuni bidang marketing, baru kita bisa go to market, membikin berbagai aktivitas promosi. Contohnya yang offline, kita rutin mengadakan penyuluhan ke kampus-kampus dan masyarakat. Kita juga rutin mengadakan webinar untuk mengedukasi masyarakat, bikin akun sosial media, YouTube channel. Kita juga berjejaring dengan teman-teman yang di rumah sakit," tambahnya.

Tantangan dan kendala yang Hasyim hadapi ternyata gak membuatnya menyerah begitu saja. Ia terus mencari cara dan solusi lain agar Pedis Care bisa diterima oleh masyarakat serta tenaga kesehatan. Itulah yang akhirnya menyebabkan Pedis Care terus berkembang dengan signifikan.

Baca Juga: Kisah Waitatiri Peduli Pendidikan Anak hingga Bertandang ke Harvard

4. Memiliki concern juga untuk membantu pasien yang terkendala finansial

Ahmad Hasyim Wibisono, Si Perawat Luka yang Membangun Pedis CareAhmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Selain permasalahan kurangnya edukasi, banyak juga penderita luka diabetes yang mengalami keterbatasan finansial. Hasyim mengatakan, masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah memiliki kesulitan untuk merawat luka diabetes. Pedis Care juga ternyata memiliki concern terhadap permasalahan ini.

Pedis Care menghadirkan program semacam subsidi silang atau donasi antar pasien. Nantinya, pasien yang berkecukupan akan diberitahu bahwa ada pasien lainnya yang mengalami keterbatasan finansial untuk perawatan. Jadi, Pedis Care semacam membuka untuk donasi.

"Terus yang kedua, karena kebetulan S2-nya saya di Australia ya, punya rekan-rekan yang bikin yayasan amal di sana, namanya IndoPeduli Adelaide. Itu isinya orang Indonesia yang sudah tinggal di sana dan memang mereka menjadi donatur juga, ngasih kita funding untuk membiayai pasien-pasien yang gak mampu," jelasnya.

Hasyim melanjutkan, mulai pada tahun 2018, Pedis Care bekerja sama dengan yayasan amal yang lain, seperti Rumah Zakat dan Dompet Dhuafa. Para pasien yang memiliki keterbatasan finansial, diberikan keringanan untuk membayar sesuai kemampuan sehingga gak ada yang merasa terbebani dan perawatan pun bisa intens dilakukan.

5. Pedis Care mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak

Ahmad Hasyim Wibisono, Si Perawat Luka yang Membangun Pedis CareAhmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Pedis Care sudah berhasil mendapatkan beberapa penghargaan. Misalnya, penghargaan Kementerian Kesehatan, Next Space Startup Competition di Ideafest di DCC. Lalu, ada juga apresiasi Satu Indonesia Awards dari Astra. Sesuai dengan tagline-nya yaitu One Stop Solution for Health Care at Home, Pedis Care juga terus menghadirkan layanan-layanan baru.

"Sekarang kita jadi solusi ya dan gak cuma perawatan akhirnya. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat kita akhirnya ada kunjungan dokter, visit, ada physiotherapy, bidan, sampai dengan rental alat kesehatan. Karena kadang orang butuh oksigen di rumah, butuh tempat tidur khusus, kita juga kerja sama dengan lab, supply produk kesehatan, ada suplemen, susu, vitamin, dan lain sebagainya," katanya.

Concern utama dari Pedis Care adalah memastikan semua penderita luka diabetes gak semakin memburuk dan bisa mendapatkan perawatan lebih efektif. Karena menurut Hasyim, penyakit diabetes itu bisa berdampak ke banyak hal. Itulah kenapa, Pedis Care terus berkembang untuk menjadi one-stop solution.

6. Meluas juga ke bidang edukasi dan pelatihan

Ahmad Hasyim Wibisono, Si Perawat Luka yang Membangun Pedis CareAhmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Seperti yang menjadi keresahan utama Hasyim, edukasi tentang perawatan luka diabetes memang masih harus terus digaungkan. Selain fokus di bidang pelayanan kesehatan dan perawatan luka, Pedis Care juga melebarkan sayapnya di bidang edukasi. Mereka aktif juga memberikan dan membagikan beragam konten edukasi tentang perawatan luka melalui kanal YouTube.

"Kita juga bikin media sosial, yang kontennya-kontennya itu semua fokus edukatif. Selain itu juga, kita mengadakan berbagai pelatihan dan course, baik itu online maupun offline. Yang offline contohnya adalah Pelatihan Perawatan Luka yang terakreditasi oleh Kemenkes. Nah, itu sudah kita jalankan sejak tahun 2016," tuturnya.

Pedis Care juga membuat semacam e-course tentang perawatan luka dan health entrepreneurs. Rencananya, Pedis Care akan membuat platform yang berisi e-book interaktif sehingga edukasi tentang diabetes dan luka diabetes pun semakin menyeluruh ke lapisan masyarakat.

Perjalanan Hasyim mendirikan Pedis Care menjadi pembelajaran berharga untuk kita semua. Titik awal Hasyim mendirikan platform tersebut juga berangkat dari kepeduliannya terhadap kondisi masyarakat penderita diabetes di sekitarnya. Hasyim juga memiliki growth mindset yang membuat Pedis Care terus berkembang seperti saat ini.

Baca Juga: Kisah Jessica Carla Dorong Perempuan dan Ibu Muda untuk Terus Berdaya

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya