5 Novel yang Menyoroti Beban Domestik Perempuan dalam Keluarga

- Pekerjaan domestik seperti pekerjaan rumah, mengasuh anak, dan perawatan keluarga sering dipandang sebelah mata karena dianggap tidak menghasilkan profit ekonomi.
- Novel seperti The Awakening, The Hours, Saman, dan Kim Jiyoung Born 1982 menyoroti beban domestik perempuan dalam keluarga dari berbagai sudut pandang.
- Beban domestik yang mayoritas dibebankan pada perempuan juga menjadi tema utama dalam novel Women at Zero Point karya Nawal El Sadaawi yang mengkritisi ketidakadilan gender dan penindasan terhadap perempuan.
Beban domestik seperti pekerjaan rumah, mengasuh anak, dan perawatan keluarga sering dipandang sebelah mata. Tugas-tugas tersebut sering gak dianggap sebagai pekerjaan karena gak menghasilkan profit ekonomi. Secara tradisional, beban domestik masih dilimpahkan dan menjadi tanggung jawab perempuan. Hal ini membuat perempuan memiliki beban ganda untuk mengurus rumah sekaligus melakukan pekerjaan profesional di luar rumah.
Kadang kala beban domestik dan beban ganda perempuan bahkan gak terasa dialami oleh perempuan sendiri. Keadaan yang timpang seperti ini banyak tergambar di novel. Beberapa penulis mengangkat realitas perempuan yang terbelenggu oleh beban rumah tangga yang sering kali melelahkan. Berikut beberapa novel yang menyoroti beban domestik perempuan dalam keluarga yang patut kamu baca di sela-sela waktu luang.
1. The Awakening–Kate Chopin

Novel The Awakening terbit pertama kali pada tahun 1899. Novel ini kontroversial dan mendapat kritik dan kecaman di awal penerbitannya karena mengangkat cerita perempuan yang melawan nilai-nilai tradisional. Tokoh utama dalam novel ini, yaitu Edna yang terperangkap pada peran ibu sekaligus isteri yang terisolasi, tanpa boleh melakukan sesuatu yang ia inginkan.
Edna digambarkan sebagai sosok perempuan yang patuh dalam menjalani kehidupan rumah tangganya. Namun, Edna merasakan hampa dan ingin menemukan jati dirinya dengan melakukan sesuatu hal baru, yang tentunya gak sesuai dengan norma-norma tradisional di abad ke-19. Kemudian Edna sedikit demi sedikit memutuskan untuk meninggalkan perannya sebagai ibu dan isteri.
Penulis dari The Awakening yaitu Kate Chopin memakai sudut pandang orang ketiga untuk mendeskripsikan alur dan mengekspresikan perasaan tokoh. Penulis juga menyelipkan isu kemandirian dan sesualitas yang menjadi kontroversial dari novel ini. Namun, pada abad ke-20 novel ini dikaji ulang, sehingga dapat diterima nilai-nilai sastranya.
2. The Hours–Michael Cunningham

Novel The Hours berfokus pada kehidupan tiga perempuan yang hidup di tiga zaman yang berbeda. Virginia Woolf seorang penulis yang hidup di tahun 1920-an, Laura Brown seorang ibu rumah tangga yang terjebak pada peran domestik di tahun 1949, dan Clarissa Vaughan seorang perempuan yang hidup di masa modern.
Novel ini memiliki keterkaitan antara masing-masing tokoh yang hidup di waktu yang berbeda. Gaya penulisan Michael Cunningham yang merupakan penulis, sangat puitis dan indah. Alur novel juga dibuat rapi dan terstruktur meskipun menceritakan tiga waktu yang berbeda.
Secara keseluruhan, tokoh utama dalam novel mengalami peran tradisional sebagai isteri, ibu, anak, sekaligus perempuan itu sendiri di dalam kehidupan masyarakat. Di setiap era, perempuan memiliki tantangan yang berbeda dalam menghadapi ekspektasi masyarakat terhadap perempuan. Novel ini juga sempat diadaptasi menjadi film di tahun 2002 dengan judul yang sama.
3. Saman–Ayu Utami

Sastra Indonesia juga banyak menampilkan sudut pandang perempuan-perempuan yang mengalami beban ganda dan ketidakadilan di dalam rumah tangga. Salah satunya adalah novel Saman karya Ayu Utami yang terbit tahun 1998.
Novel ini menggambarkan empat perempuan yang bersahabat sejak SMA yaitu Laila, Yasmin, Cok, dan Shakuntala. Masing-masing perempuan memiliki masalah kehidupan sendiri. Tema yang diangkat dalam novel ini cukup beragam, mulai dari spiritualitas, politik, seksualitas, dan solidaritas sesama perempuan.
Novel Saman sempat memenangkan sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta di tahun 1998. Saman juga menjadi salah satu karya sastra modern yang penting, yang mengangkat isu identitas dan kebebasan.
4. Kim Jiyoung Born 1982–Cho Nam Joo

Kim Jiyoung Born 1982 karya penulis Cho Namjoo adalah novel populer asal Korea Selatan. Novel ini mengangkat kehidupan perempuan pasca menikah. Tokoh Kim Jiyoung yang sebelumnya adalah perempuan karir, dan karena tekanan sosial diharuskan berhenti bekerja lalu menjadi ibu rumah tangga.
Sejak kecil, Kim Jiyoung tumbuh dalam lingkungan patriarki yang membuatnya sebagai perempuan gak diprioritaskan. Bahkan setelah menikah, Kim Jiyoung tetap harus mengorbankan karirnya dan meninggalkan identitas individualitasnya sebagai perempuan karir.
Novel ini menggambarkan bagaimana perempuan yang gak punya pilihan untuk menentukan jalan hidupnya, terutama saat ia sudah menikah dan menjadi ibu. Novel ini juga menyoroti beban domestik yang mayoritas dibebankan pada perempuan, yang sekaligus membuat perempuan tertekan.
5. Perempuan di Titik Nol–Nawal El Sadaawi

Terakhir, novel yang menyoroti beban domestik perempuan dalam keluarga adalah Women at Zero Point karya Nawal El Sadaawi (1975) yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Perempuan di Titik Nol. Novel ini berkisah tentang perempuan bernama Firdaus yang sedang menunggu hukuman mati. Dulunya ia dipaksa menikah dengan laki-laki kejam, kemudian ia melarikan diri dan bekerja sebagai sekertaris. Sayangnya, Firdaus mengalami pelecehan dan membuatnya berakhir menjadi pekerja seks.
Novel ini mengeksplorasi posisi perempuan yang rentan menjadi korban dan dieksplotasi. Novel ini juga mengkritisi ketidakadilan gender dan melawan penindasan terhadap perempuan. Kamu akan dapat insight baru tentang isu-isu gender dan hak-hak perempuan setelah membaca novel ini.
Dari membaca novel, kamu dapat mengetahui bahwa beban domestik dan pekerjaan rumah tak seharusnya dibebankan pada perempuan. Sebagai manusia yang setara dengan laki-laki, perempuan juga berhak untuk melanjutkan karir sebagai identitas diri, tanpa harus dibenturkan untuk memilih antara karir atau keluarga. Tentunya, ada tugas domestik yang harus dibagi pada laki-laki untuk menciptakan peran dalam rumah tangga yang setara dan gak lagi timpang.