Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Novel Pendek untuk Teman Perjalanan di Kereta, Habis Sekali Duduk

novel The Word for World is Forest karya Ursula K. Le Guin dan Train Dreams karya Denis Johnson (orionbooks.co.uk | granta.com)

Bakal melakoni perjalanan berjam-jam dengan kereta api dan ingin membunuh waktu dengan kegiatan yang lebih berfaedah ketimbang doomscroll di media sosial? Novela alias novel pendek bisa jadi teman perjalanan yang sempurna untuk itu.

Hanya berkisar 100-200 halaman, novel pendek mungkin bisa kamu tamatkan sekali duduk. Ini bisa menjadi trik jitu buat memenuhi target baca tahunan kamu. Datang dari berbagai genre, berikut ini rekomendasi novel pendek yang cocok untuk ditamatkan saat perjalanan di kereta api

1. Star (Yukio Mishima)

novel Star karya Yukio Mishima (ndbooks.com)

Star adalah novel pendek yang menggunakan perspektif seorang aktor pada usia primanya untuk membicarakan alienasi. Sang aktor yang dimaksud adalah Rikio, muda, tampan, ia tak kesulitan dapat proyek dan selalu dikejar penggemarnya. Namun, di balik segala kenikmatan itu, Rikio masih merasakan kehampaan akut di dadanya. Ia merindukan sesuatu yang tak bisa dijelaskan dan kelelahan yang konstan. Selain Rikio, sosok kekasihnya yang bernama Kayo juga punya perspektif dan agensi yang tak kalah menarik. Singkat, gak bertele-tele, tapi bikin merenung.

2. White Nights (Fyodor Dostoevsky)

novel White Nights karya Fyodor Dostoevsky (penguin.co.uk)

Sama dengan novela sebelumnya, White Nights hanya setebal 90-an halaman saja. Ditulis dengan kata ganti pertama, Dostoevsky akan mengajakmu mengarungi rasanya mendamba sesuatu yang tak bisa dimiliki. Dalam hal ini, si lakon jatuh cinta pada seseorang yang sejak awal menempatkannya dalam zona pertemanan. Bukannya langsung menjauh, sang lakon memilih bertahan sampai titik darah penghabisan.

3. A Month in the Country (J. L. Carr)

novel A Month in the Country karya J L. Carr(penguin.co.uk)

Bisa masuk healing fiction, premis A Month in the Country dimulai dengan berbagai kesengsaraan yang menimpa si lakon. Tom Birkin tak hanya mengalami trauma setelah pulang dari Perang Dunia I, ia juga harus menghadapi perceraian dengan istrinya. Hidupnya berantakan sampai ia dapat tawaran bekerja merestorasi mural di sebuah geraja tua di pedesaan Inggris. Tanpa ekspektasi apapun, Tom justru menemukan pencerahan selama proses restorasi itu. Hanya 160 halaman, tetapi membekas.

4. A Mercy (Toni Morrison)

novel A Mercy karya Toni Morrison (penguinrandomhouse.com)

Berlatar abad ke-17, ketika perbudakan sedang gencar-gencarnya dipraktikan di Amerika Serikat, A Mercy akan membawamu mengikuti kehidupan dinamis Florens. Ia dibeli seorang saudagar Inggris-Belanda yang kemudian membawanya ke rumahnya. Florens punya lore yang menarik, ia pandai membaca dan menulis sehingga dapat posisi prominen di perkebunan sang majikan. Namun, ia ditolak ibu kandungnya dan ini mendorongnya mencari cinta dan pengakuan dari orang-orang lain di sekitarnya.

5. The Word for World Is Forest (Ursula K. Le Guin)

novel The Word for World is Forest karya Ursula K. Le Guin (orionbooks.co.uk)

The World for World is Forest adalah novela epik yang menyenggol isu kolonialisme, perang, dan kerusakan lingkungan sekaligus. Ia berlakonkan orang-orang Athshean yang dikenal pasifis dan idealis. Hidup mereka didisrupsi kehadiran pendatang yang agresif dan lebih kuat. Selama beberapa waktu mereka mengalah sampai akhirnya mereka tak sanggup lagi. Meski menyimpang dari prinsip damai yang mereka pegang teguh, orang-orang Athshean mau tak mau memutuskan untuk melawan. Ceritanya fiktif, tetapi isunya tak lekang oleh waktu, bisa dianalogikan dengan berbagai kasus penjajahan, perampasan, dan penjarahan yang masih terjadi di mana-mana.

6. Train Dreams (Denis Johnson)

novel Train Dreams karya Denis Johnson (granta.com)

Train Dreams adalah kisah tragis Robert Grainier, pekerja rel kereta api kulit putih yang bekerja di Idaho, Amerika Serikat tahun 1910-an. Hidupnya yang tentram sirna begitu saja saat anak dan istrinya tewas dalam insiden kebakaran di rumah mereka. Ia menyalahkan seorang pekerja migran asal Asia sebagai penyebab tragedi itu. Perlahan, hatinya dipenuhi kebencian, kemarahan, dan rasa bersalah yang memicunya mengisolasi diri. Sembari mengamati kehidupan Robert, novel ini turut menyorot transformasi ekonomi dan dinamika sosial Amerika Serikat saat itu.

Novel pendek mungkin tidak memungkinkanmu mengenal sesosok karakter secara komplet, tetapi kalau kamu pembaca yang menginginkan plot lugas dan membekas, justru novela jawabannya. Apalagi buat dibaca di kereta saat perjalanan yang durasinya nanggung, lebih seru dan terasa berfaedah.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us