Nama Irawati Puteri tampak jadi perbincangan hangat. Seorang mantan Sales Promotion Girl (SPG) chicken nugget yang berhasil memantik semangat banyak orang. Kerja kerasnya terbayarkan dengan pengumuman lolos untuk melanjutkan studi S2 di Stanford University melalui beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan).
Sosok Irawati Puteri merupakan bukti bahwa sebegitu pentingnya pendidikan hingga bisa mengubah nasib. Lantas, apa yang bisa kamu pelajari dari sosok Irawati Puteri?
Melalui utasan di twitter pribadinya, perempuan yang akrab disapa Ira ini menceritakan betapa keras hidupnya sekeluarga sedari kecil. Ayahnya sudah menjadi yatim piatu sejak usia 9 tahun. Demi bertahan hidup, ayah Ira rela tidak melanjutkan sekolah dan memilih bekerja.
Sementara ibunya sejak usia 16 tahun rela putus sekolah supaya adik-adiknya bisa melanjutkan pendidikan. Ira tumbuh dalam keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi. Namun, kondisi itu tak lantas membuatnya malu dan mengeluh.
Orangtua Ira selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dari situlah Ira belajar menerima keadaan dan tidak menyalahkan kondisi yang ada.
Terbiasa hidup di lingkungan kumuh Jakarta, Ira tumbuh menjadi sosok perempuan yang tangguh. Bahkan, ia hanya sempat merasakan nikmatnya makan daging saat Lebaran Idul Adha saja.
Alih-alih mengeluh, Ira berusaha keras memanfaatkan segala peluang yang ada. Saat duduk di bangku SMA, Ira mengikuti banyak sekali perlombaan untuk mendapatkan hadiah uang tunai. Ia mampu melihat peluang yang besar dengan mengandalkan kecerdasannya.
Dari situlah, Ira mulai jatuh cinta dengan dunia pendidikan. Ia memilih mengajar les agar bisa menghidupi keluarga dan pendidikannya. Siapa yang menyangka bahwa ternyata jalan ini membawa keluar dari lorong yang gelap itu?
"After tens of tutoring days, countless participations in debate competitions, and selling chicken nuggets at a county fair to pay for the university’s entrance test, I was blessed to be accepted into the best law school in Indonesia," ungkap Ira.
Ada satu hal membekas yang patut diteladani dari Ira, yakni semangatnya untuk melakukan yang terbaik dalam kondisi apa pun. Mungkin pepatah "usaha tidak akan mengkhianati hasil" sangat menggambarkan kehidupannya.
Ira juga berusaha untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri. Akhirnya, ia berhasil menjadi mahasiswa hukum Universitas Indonesia. Itu pun dengan beasiswa dan biaya kuliah yang menyesuaikan kemampuan ekonomi. Ada banyak cara yang dilakukan Ira untuk tetap bisa bersekolah.
Dari banyaknya pekerjaan yang dilakoni Ira, ia tumbuh menjadi pribadi yang paham bagaimana caranya mengatur kondisi finansial. Saat SMA, Ira berusaha mencari pekerjaan sampingan di luar menjadi pengajar les-lesan. Akhirnya, ia menjadi SPG untuk produk chicken nugget.
Hal itu dilakukannya untuk membayar kontrakan. Bisa dibilang Ira cukup bijak dalam memilih pekerjaan dan mengelola keuangannya. Bukan sekadar bekerja, Ira turut mengembangkan potensi dirinya melalui pekerjaan-pekerjaan tersebut.
Ira bukanlah seseorang yang mampu membayar bimbel demi lolos PTN. Ia bahkan rela mencuri-curi waktu untuk belajar.
"Aku belajar Inggris otodidak guys, dulu mana ada uang buat les. aku juga ngajar awal2 modal bahasa Inggris masih seadanya, bahkan banyak belajar dari murid2ku juga," ceritanya di laman twitter.
Perjalanan Ira gak berhenti di situ saja. Berkat kecerdasan dan keaktifannya, Ira berhasil mendapatkan pekerjaan full time saat masih aktif kuliah. Ia terus mengasah potensi diri melalui setiap pekerjaannya.
Kini, Ira bekerja sebagai Legal and Policy Manager. Butuh waktu 5 tahun untuk bisa terus memperkuat networking, mengikuti berbagai kegiatan positif sebagai bekal melanjutkan pendidikan S2. Buktinya, Ira berhasil lolos S2 di Stanford University, kan?
Teruntuk kamu yang merasakan beban sandwich generation atau kesulitan-kesulitan lain, mungkin cerita inspiratif Ira bisa memberimu semangat. Selagi masih kesempatan, jangan pernah putus harapan, ya!