FishGo aplikasi yang membantu nelayan Bali melaut. (fishgo.id)
FishGo bukan sekadar aplikasi peta biasa. Di balik tampilannya, ada teknologi prediksi dan real-time tracking yang bekerja secara simultan.
Untuk sisi prediksi, FishGo mengolah data citra satelit seperti suhu permukaan laut dan klorofil A—dua indikator utama pergerakan ikan. Data yang digunakan bahkan mencakup catatan harian selama bertahun-tahun. Dari sana, sistem memetakan titik potensial tempat ikan mencari makan.
Sementara itu, teknologi real-time diwujudkan melalui alat bernama Patriot (NBM-20), perangkat IoT yang mengirimkan gelombang akustik ke bawah laut untuk membaca biomassa. Hasil pembacaan ditampilkan ke nelayan melalui fitur FishFinder, sehingga mereka bisa melihat posisi ikan dengan jarak yang lebih akurat.
Untuk menjaga kualitas data, Yoga melakukan validasi langsung. Ia rutin turun ke laut sebanyak 12 kali dalam setahun, ikut mencari tahu apakah prediksi aplikasi benar-benar selaras dengan kondisi perairan. Menurut situs resmi FishGo, akurasi data yang dicapai saat ini sudah menyentuh 84 persen—angka yang sangat tinggi untuk teknologi berbasis perairan.
Dampaknya pun konkret. Waktu melaut yang sebelumnya bisa mencapai 28 jam, kini hanya sekitar 6 jam berkat informasi titik koordinat yang tersedia. Penggunaan bahan bakar juga turun hingga 30 persen. Bagi nelayan kecil, penghematan ini menjadi pengubah hidup.
Dalam hal hasil tangkapan, nelayan yang sebelumnya hanya mendapatkan 40–60 kg/hari, kini bisa membawa pulang sekitar 100 kg/hari. Efisiensi dan peningkatan pendapatan inilah yang membuat FishGo diterima dengan baik oleh para pengguna aktifnya.