Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pikirkan 5 Hal Ini sebelum Menyebut Orang Lain Pelit

ilustrasi menyimpan uang (pexels.com/Emil Kalibradov)

Sebutan pelit kadang mudah sekali terlontar saat kamu berkumpul dengan teman atau saudara. Begitu kamu melihatnya tak mau membeli sesuatu baik untuk dirinya sendiri, keluarganya, atau mentraktirmu; predikat pelit pun disematkan.

Bahkan seandainya maksudmu cuma bercanda, orang lain bisa tetap sakit hati dan merasa dipermalukan. Belajarlah mengendalikan ucapanmu tentang perkara-perkara sensitif, termasuk uang. Renungkan baik-baik lima hal ini.

1. Kalau kamu yang disebut begitu, apa gak bakal marah?

ilustrasi marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu terbiasa menyoroti kebiasaan orang lain dalam menggunakan uang mereka. Sampai-sampai dirimu tak menyadari bahwa sebutan pelitmu untuk orang lain juga bukan sesuatu yang kamu sukai bila menimpamu. Kamu pasti ingin berkata ketus, "Sok tahu! Memangnya kenapa kalau aku pelit? Uangku sendiri, kok."

Walaupun sampai sekarang belum ada orang yang menyebutmu begitu karena kamu royal sekali, berempatilah pada orang lain. Hal-hal yang secara umum tidak kamu sukai pasti juga dibenci oleh teman dan saudaramu. Jangan bikin mereka kesal oleh penilaianmu yang gak perlu disampaikan.

2. Hanya dia yang tahu pasti kondisi finansialnya

ilustrasi kehabisan uang (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kamu cuma bisa mengira-ngira pendapatan orang lain. Misalnya, dilihat dari jenis pekerjaan, masa kerjanya, dan posisinya di kantor. Akan tetapi, itu bukan gambaran yang utuh tentang kondisi finansialnya.

Gaji yang cukup besar pun bisa menjadi kurang apabila dia memiliki banyak tanggungan. Atau sebagian pendapatannya masih harus diputar untuk menambah modal usaha, termasuk perawatan berbagai peralatan kerja. Kamu tak tahu sampai ke perhitungan terperincinya.

3. Dia masih bisa menunaikan kewajibannya terkait uang

ilustrasi bukti pembayaran (pexels.com/Karolina Grabowska)

Gak usahlah menyebut orang lain pelit kalau dengan berhemat sedemikan rupa, dia jadi mampu memenuhi beragam kewajibannya. Misalnya, menyekolahkan anak-anaknya dengan baik. Bahkan berbagai iuran di lingkungan tempat tinggal juga tak pernah lupa dibayarkannya.

Bayangkan apabila ia memenuhi standar tidak pelit yang kamu tetapkan. Seperti dengan lebih banyak berbelanja buat menyenangkan diri. Namun akibatnya dia malah gak bisa menunaikan tugas-tugas pokoknya terkait biaya ini itu. Gawat, kan?

4. Prioritas kalian juga berbeda

ilustrasi menyimpan uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Meski ada sejumlah prioritas yang sama di antara kalian, tentu tetap ada perbedaannya. Seperti bagimu gak masalah memiliki beberapa cicilan selama mampu membayarnya. Dengan cara ini, kamu yakin menjadi lebih mudah untuk memiliki sesuatu tanpa menunggu lama.

Akan tetapi bagi orang lain, hidup tanpa kredit adalah prioritas. Sebab mereka gak bisa tenang bila masih punya utang sekecil apa pun. Hakmu untuk hidup dengan aturan keuangan tertentu jangan diberlakukan juga pada kehidupan orang lain. 

5. Dia tidak tumbuh dengan caramu dibesarkan

ilustrasi menabung (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

Manusia banyak terpengaruh oleh pendidikan yang diterimanya sejak usia anak-anak. Orangtuamu dan orangtuanya barangkali punya cara berbeda soal penggunaan uang. Tidak ada yang lebih baik atau lebih jelek selama prinsipnya pasak tetap tak boleh melebihi tiang.

Perilaku orang lain yang kamu sebut pelit boleh jadi tak lebih dari kebiasaan keluarganya dalam berhemat. Namun kesederhanaan mereka malah kamu turunkan levelnya sampai ke sifat kikir. Tentu saja dia tersinggung. 

Karena perbedaan kebiasaan serta pendapatan sangat memengaruhi cara orang dalam menggunakan uangnya, berhati-hatilah. Hindari suka menyebut orang lain pelit. Pahami lima hal di atas dan anggap wajar perbedaan kalian dalam mengelola uang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us