(13) Sang Putra yang dikasihi-Nya
Harus Ia berikan,
Disalib itu Ia berseru
"Bapa, Bapa, Mengapa Kau tinggalkan Aku?"
Pengorbanan yang begitu agung
Pengorbanan yang begitu mulia
Disiksa,
Dicambuk,
Dan disalibkan
Semuanya Ia terima
Banyak olokan
Banyak caki maki yang Ia terima
Tak sedikit pun Ia menoleh dan membalas
Namun Ia hanya berseru:
"Ya, Bapa ampunilah mereka, karena mereka tak tahu apa yang mereka perbuat."
(14) Kematian yang ada dalam diri manusia
Dimasukkan ke dalam diri Kristus
Masuk secara mendalam
Hingga merusak daging yang tidak bercela
Setiap tusukan yang merobek
Memberikan rasa sakit yang tak terhingga
Hingga rasa sakit ini benar nyata
Dalam kesakitan ini, bukanlah kesalahan-Nya
Merusak setiap sel kehidupan
Mematikan setiap sendi
Debu yang masuk ke dalam setiap luka
Menambah penderitaan Kristus
Siksaan itu tidaklah pantas Ia terima
Seharusnya dosa ditimpakan kepada kita
Karena kasih karunia saja
Belas kasihan yang berlimpah dari Dia
Sekarang, harapan oleh karena kematian-Nya
Ditimpakan kepada kita
Hidup yang sempurna menjadi bagian kita
Jadi siapa yang percaya kepada Yesus mendapatkan hidup
(15) Oleh: Norman Adi Satria
Di hari keempat sebelum Paskah
Yeshua terkulai pasrah
rebah di tanah
di tengah Getsemani nan basah
oleh airmatanya yang resah
menitik berupa tetesan darah:
Abba, jauhkanlah cawan ini dariku,
namun bukan kehendakku yang jadi,
melainkan kehendak-Mu.
Dia tengah meniru kata
yang pernah dia dengar ketika
berada di perut ibunda-Nya, Maria:
terjadilah padaku, menurut kehendak-Mu.
Dia takut, namun percaya
Tuhan akan menyelamatkannya.
Seperti senandung Daud di bait dua puluh tiga:
Tuhan adalah gembalaku,
takkan kekurangan aku.
Dibaringkan-Nya aku di rumput hijau.
Kau menuntunku ke air yang tenang.
Gada dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Namun, cawan pun harus tertuang
demi menyeka kepalanya dengan urapan,
karena dia takkan jadi Mesias tanpa pengurapan.
Sayang, cawan itu bukanlah berisi narwastu,
namun sebuah takdir yang terikat waktu.
Bila waktunya tiba,
maka segala daya upaya jadi sia-sia.
Melenggang kabur ketika berdoa pun takkan bisa.
Yeshua ditangkap, dilucuti, dihina caci maki,
dan disalibkan di Golgota
bersama dua pemberontak kaisar keji.
Yeshua mati.
Dia mati seusai tangisnya membahana:
Elohi, Elohi, lama sabakhtani?
Dia nyaris kehilangan kepercayaan,
Dia tak lagi memanggil Tuhannya: Abba, Bapa
namun: Elohi, sapaan kepada JHVH bagi bangsa Yahudi.
Di hela napas terakhir,
Dia pasrah dan kembali memanggil Tuhannya Bapa
mungkin dengan sedikit percaya:
Abba, ke dalam tangan-Mu
Kuserahkan nyawaku.
Di hari ketiga usai kematian-Nya,
hari yang telah dijanjikan Tuhan untuk kebangkitan-Nya,
Yeshua membuka mata,
melihat luka di telapak dan lambung-Nya,
kemudian menggulingkan sendiri batu kubur-Nya.
Tuhan bertanya: Paskah?
Yeshua menjawab: pas sekali, Tuhan. Pas di hari ketiga.
Itulah tadi beberapa puisi Paskah yang bisa menjadi bahan renungan sekaligus ucapan. Paskah adalah puncak kemenangan dan suka cita setelah masa pra-Paskah yang penuh dosa, puasa, dan pertobatan. Selamat Paskah bagi kamu yang merayakan ya.