Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Reza Riyadi, Bawa Cahaya dengan Mengaliri Air ke Pelosok Bali

Peresmian bak penampungan air di Desa Ban
Peresmian bak penampungan air di Desa Ban (dok. Reza Riyadi Pragita)

"Negara ini tidak butuh orang yang hanya sekedar pintar, namun jutaan orang yang mau memulai melakukan perubahan," harap Reza Riyadi Pragita.

Hidup memang tak melulu soal egosentris. Seperti yang diajarkan guru-guru kita di sekolah, manusia adalah makhluk sosial. Kita hidup berdampingan dengan makhluk hidup lain dan alam sekitar.

Oleh sebab itu, sudah sepatutnya kita saling membantu. Sebuah nilai dan budaya bangsa yang menjadi semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam Pancasila. Tak melulu soal uang, bantuan bisa datang dalam bentuk ide atau gagasan, semangat gotong royong, dan kepekaan membuat orang lain tersenyum.

Begitulah prinsip hidup seorang laki-laki bernama Reza Riyadi Pragita, yang juga penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2022 di bidang kesehatan. Mengenal sedikit tentangnya, Reza adalah seorang perawat honorer di RSUD Bali yang menjadi pelopor Komunitas Bali Tersenyum.id. Sebuah gerakan sosial yang memberikan dampak ke pelosok desa di Bali, dan menyentuh hati banyak orang yang telah mendengar kisahnya. Tepatnya, Reza memberikan senyuman untuk masyarakat di Desa Ban, Kubu, Karangasem, Bali, dengan menyediakan sumber air bersih.

Reza Riyadi Pragita memang bukan pahlawan kemerdekaan, tapi semangatnya untuk sesama tak jauh beda dengan leluhur di masa lampau. Reza menjadi teladan dan contoh terbaik agar kita bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Nah, bagaimana kisah inspiratifnya bisa menggema di Indonesia? Mari kita cari tahu!

1. Usung program Sumber Air untuk Sesama (SAUS) di tengah keprihatinan

Reza Riyadi Pragita saat menjadi pembicara
Reza Riyadi Pragita saat menjadi pembicara (instagram.com/rezariyadyid)

"Senyummu, senyumku, senyum kita bersama," bukanlah sebuah pepesan kosong semata. Tagline ini menjadi awal semangat Reza Riyadi Pragita untuk memulai aksi kebaikan yang berdampak bagi sesama.

Saat menjadi narasumber dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif yang diadakan Astra bersama IDN Times, pada Selasa (21/10/2025), Reza Riyadi Pragita menuturkan kalimat yang menggugah senyuman di wajah para pendengarnya.

"Ketika melihat masyarakat tersenyum, atau ketika kita menjadi alasan orang lain tersenyum, itu nyentuh banget ke hati. Rasanya seneng banget."

Bak cahaya yang menyinari kegelapan di malam hari, cahaya itu tidak mungkin hadir tanpa perantara dari seseorang. Begitulah kisah The Lady with the Lamp. Julukan bagi seorang perempuan sekaligus perawat pada abad ke-19 bernama Florence Nightingale. Rupanya, Florence adalah sosok yang menginspirasi Reza Riyadi Pragita, karena merupakan pelopor untuk praktik keperawatan modern.

Itulah mengapa, Reza Riyadi Pragita ingin menjadi cahaya di pelosok desa Bali yang kehidupan warganya terasa gelap karena kesulitan mendapatkan sumber air bersih. Program Sumber Air untuk Sesama (SAUS) sendiri dibentuk Reza atas keprihatinannya terhadap warga Desa Ban, Kubu, Karangasem, Bali. Dibentuk pada tahun 2019, awal mula kisahnya bisa dibilang sangat mengiris hati.

Ketika itu, Reza Riyadi Pragita mengunjungi Bali Timur. Di sana, ia mampir ke salah satu desa yang saat itu terdampak erupsi Gunung Agung, yaitu Desa Ban. Awalnya, Reza dan tim dari Komunitas Bali Tersenyum.id berniat untuk merealisasikan project bedah rumah.

Siapa sangka, permasalahan utama yang ditemui Reza Riyadi Pragita di Desa Ban bukan saja rumah tak layak huni, melainkan krisis air bersih. Namun, bukan tidak adanya sumber air bersih di desa tersebut, melainkan sumber air bersihnya jauh dari rumah penduduk. Butuh jalan kaki berkilo-kilometer untuk tiba di sumber air.

2. Tujuan mulia program SAUS yang membuat Reza Riyadi Pragita menitikkan air mata

Seorang ibu dari Desa Ban yang sedang memasukkan air ke dalam dirigen
Seorang ibu dari Desa Ban yang sedang memasukkan air ke dalam dirigen (dok. Reza Riyadi Pragita)

Saat diwawancarai dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif yang diadakan Astra bersama IDN Times, pada Selasa (21/10/2025), Reza Riyadi Pragita terlihat sangat emosional. Matanya yang berbalut kacamata terlihat berkaca-kaca. Bahkan nada suaranya tampak bergetar, seolah menahan kepiluan dari apa yang pernah dilihatnya langsung.

Ibu-ibu di Desa Ban, katanya, punya tugas yang sangat mulia sekaligus berat. Selain mengurus dan mendidik anak-anaknya, ibu-ibu ini harus berjalan berkilo-kilometer (5 kilometer) hanya untuk mendapatkan sumber air bersih. Mereka membawa dirigen yang didorong menggunakan gerobak. Tak terbayangkan, di saat kita tinggal memutar keran jika ingin mendapatkan air bersih, warga Desa Ban justru harus berjuang demi mendapat kebutuhan krusial seperti ini.

Oleh karenanya, warga Desa Ban jarang mandi demi mengirit persediaan air yang mereka dapati dengan bersusah payah. Mereka mandi bisa 3 hari sekali. "Maaf," sesal Reza Riyadi Pragita menyampaikan, itu kenapa anak-anak kecil di Desa Ban, terlihat kumal dan tidak terurus.

Sesekali, Palang Merah Indonesia (PMI) atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) datang membawa persediaan air bersih untuk warga di Desa Ban, yang terdiri dari 18 dusun. Namun, itu jarang sekali. Jika mau, warga bisa memilih opsi lain untuk membeli air bersih dengan harga tak masuk logika. Mengingat satu jerigen dihargai seratus ribu. Nominal itu cukup besar untuk warga desa.

Desa Ban sedang terdampak erupsi Gunung Agung saat itu, diperparah dengan kondisi geografis yang kering, perubahan iklim, deforestasi, dan alih fungsi lahan yang membuat kesediaan air bersih berkurang. Fenomena ini mungkin asing bagi sebagian dari kita. Tapi, di zaman yang dilanda perubahan iklim seperti saat ini, akses dan sumber air bersih terlihat berharga bak permata bagi sebagian orang yang tidak bisa menikmatinya secara percuma. Itulah sebabnya, Reza Riyadi Pragita dan timnya memilih untuk berfokus menyelesaikan masalah yang lebih urgent ini dengan mendekatkan sumber air bersih ke Desa Ban ketimbang melakukan bedah rumah, yang biayanya jauh lebih mahal.

3. Gotong royong menjadi budaya Nusantara yang diterapkan Reza Riyadi Pragita saat mengusung program SAUS

Seorang ibu dan anaknya di Desa Ban
Seorang ibu dan anaknya di Desa Ban (dok. Reza Riyadi Pragita)

Lagi-lagi, moto keperawatan menjadi sandaran Reza Riyadi Pragita dalam mengusung program Sumber Air untuk Sesama (SAUS). Kali ini, Reza menerapkan pendekatan melalui Community as Partner (CAP). Di sini, Reza mengajak warga Desa Ban untuk terjun langsung. Awalnya, Reza mengajak warga untuk bermusyawarah demi menyelesaikan permasalahan yang ada.

Nah, karena Reza Riyadi Pragita terhalang dengan masalah finansial, mengingat ia hanya berprofesi sebagai perawat honorer. Reza pun membuat campaign atau penggalangan dana di kitabisa.com. Awalnya, ada beberapa yang mendukungnya. Bahkan, influencer seperti Farah Queen, ikut membagikan berita ini di salah satu platform media sosialnya.

Reza Riyadi Pragita juga meminta bantuan kepada bupati Kabupaten Klungkung. Namun, karena Desa Ban ini adanya di Karangasem, bantuan dana pun tidak bisa dicairkan. Meskipun demikian, bupati Kabupaten Klungkung membantu Reza dengan memviralkan program tersebut lewat akun media sosial. Nah, bantuan dananya sendiri justru datang dari masyarakat, seperti warga Klungkung dan bahkan di luar daerah, ada Jakarta dan Sumatera Utara.

Reza Riyadi Pragita dan Komunitas Bali Tersenyum.id akhirnya mampu mengumpulkan dana sekitar Rp30 juta. Donasi terbesar didapatkan ketika Reza sedang berada dalam titik terendah. Yap, Reza merasa putus asa karena donasi saat itu belum mencapai target. Namun, suatu hari, Reza dihubungi oleh seseorang yang mengaku dari Medan, Sumatera Utara. Orang yang tidak disebutkan namanya ini menyumbang donasi sekitar Rp28 juta.

Sangking bahagianya, Reza Riyadi Pragita segera menghubungi Kelian Adat (pemimpin adat di satu desa) Desa Ban untuk meminta dibuatkan bak penampungan air. Disinilah prinsip gotong royong diterapkan. Warga Desa Ban terjun langsung untuk membeli segala peralatan yang dibutuhkan, mulai dari besi, pipa, bak penampungan, dan lain sebagainya. Segera, warga bahu-membahu membuat beton untuk bak penampungan air.

4. Sebuah proses punya kisah tersendiri, termasuk tantangan terbesar Reza Riyadi Pragita dalam mewujudkan program SAUS

Reza Riyadi Pragita bersama Komunitas Bali Tersenyum.id
Reza Riyadi Pragita bersama Komunitas Bali Tersenyum.id (dok. Reza Riyadi Pragita)

Pernah tidak, sih, kamu punya sebuah ide atau gagasan, tapi hanya berakhir di kepala dan tak kunjung direalisasikan? Yap, pasti pernah, atau mungkin sering. Nah, rupanya, Reza Riyadi Pragita pernah mengalami hal serupa, lho. Bahkan ia mengaku bahwa itulah tantangan terberatnya.

Menurut Reza Riyadi Pragita, tantangan terbesar generasi Milenial dan Gen Z memang tidak jauh dari kesulitannya mewujudkan mimpi atau ide brilian. Kendati begitu, Reza berhasil melewati fase itu. Ia berhasil merealisasikan program Sumber Air untuk Sesama (SAUS), meskipun banyak kendala lain yang mengikutinya.

Memulai terkadang lebih mudah dari pada melanjutkan, begitulah yang ditekankan Reza Riyadi Pragita. Ia pun sempat merasa down. Pikiran negatif singgah di kepalanya. Reza ragu dan takut dikelabui warga Desa Ban karena kepolosannya. Ia juga kesulitan mendapatkan donasi dan takut tidak bisa menepati janjinya. Namun, doa yang Reza panjatkan justru menuntunnya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Benar saja, seorang donatur dari Medan, Sumatera Utara, tiba-tiba mengirimkan donasi dengan nominal yang sangat besar. Kepala desa dan warga Desa Ban amanah. Mereka antusias untuk membuat bak penampungan air, yang memang sangat dibutuhkan warga.

5. Hujan turun sebelum peresmian, menjadi tanda bahwa Tuhan merestui

Peresmian bak penampungan air di Desa Ban
Peresmian bak penampungan air di Desa Ban (dok. Reza Riyadi Pragita)

Setelah bak penampungan air rampung, Reza Riyadi Pragita dan tim langsung menuju Desa Ban untuk peresmian. Nah, hujan sempat turun. Menurut masyarakat Bali, hujan merupakan pertanda baik. Mungkin saja, Tuhan merestui aksi mereka, ungkap Reza bergelora.

D sisi lain, dana pun masih memiliki sisa, Reza memutuskan untuk membeli sembako yang dibagikan ke warga desa. Kelian adat bersama warga kemudian mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada Reza dan timnya. Setelah tersedianya sumber air bersih yang mudah diakses, Reza jarang sekali menemukan pasien anak-anak yang dehidrasi berat atau diare. Hal ini membuktikan bahwa terjadinya pertumbuhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang lebih baik.

"Apa yang kita kerjakan dari hati, akan mengena ke hati lainnya," tutur Reza Riyadi Pragita, saat membenarkan kalimat tersebut.

6. Bali Tersenyum.id dan program SAUS mengubah hidup seorang Reza Riyadi Pragita

Bupati Klungkung dan Reza Riyadi Pragita
Bupati Klungkung dan Reza Riyadi Pragita (instagram.com/rezariyadyid)

Mungkin, keinginan Reza Riyadi Pragita yang ingin melihat orang lain tersenyum, rupanya membawa hal positif dalam hidupnya. Ada yang bilang, senyum itu menular. Itulah yang dirasakan Reza. Seperti yang Reza bilang, "sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi makhluk hidup lain." Prinsipnya, hidup harus seperti pohon, yang memberikan kehidupan, keteduhan, dan welas asih bagi makhluk hidup lain.

Pada tahun 2022, ada seseorang yang menghubungi Reza Riyadi Pragita terkait aksi sosialnya. Orang ini meminta Reza untuk menceritakan secara mendalam tentang Komunitas Bali Tersenyum.id dan program Sumber Air untuk Sesama (SAUS). Kemudian, pada November 2022, Reza dikirimi pesan lewat akun Instagram-nya. Reza dikabari kalau ia masuk nominasi SATU Indonesia Awards.

Awalnya, Reza Riyadi Pragita bingung dan terkejut. Ia mengaku tidak tahu dengan penghargaan tersebut. Reza bahkan sempat mengira kalau itu adalah pesan penipuan.

Di samping itu, relasi Reza Riyadi Pragita semakin luas. Reza mengenal banyak organisasi sosial lain, salah satunya Bali Gigi Sehat. Juga, Reza sering diundang menjadi pembicara dan bertemu dengan banyak wartawan yang memiliki akses langsung dengan pemerintah. Tentu, hal ini menjadi keuntungan sendiri bagi Reza.

7. Seperti banyak pelopor lain, Reza Riyadi Pragita masih memiliki banyak asa untuk kedepannya

Peresmian bak penampungan air di Desa Ban
Peresmian bak penampungan air di Desa Ban (dok. Reza Riyadi Pragita)

Bak mata rantai yang saling terikat dan sulit terputus, begitulah sifat kebaikan. Reza Riyadi Pragita ingin sekali meneruskan program Sumber Air untuk Sesama (SAUS). Baginya dan banyak orang, Pulau Dewata Bali terkenal dengan hutan-hutan betonnya, resort mewahnya, hingga beragam manusia yang datang dari berbagai negara. Namun, ternyata, Bali menyimpan kisah pilu di pelosok desanya. Menurutnya, masih banyak desa di Bali yang kekurangan sumber air bersih atau akses sumber airnya yang jauh.

Sementara itu, Reza Riyadi Pragita ingin mengedukasi anak-anak muda desa yang memilih merantau ke kota untuk segera kembali ke kampung halamannya. Bukan tanpa sebab. Pasalnya, setiap desa memiliki potensinya sendiri. Itulah mengapa peran pemuda dan pemudi sangat diharapkan untuk mewujudkan dan mensejahterakan desanya.

Pun, Reza Riyadi Pragita mengusungkan agar warga Desa Ban memiliki perusahaan air mineralnya sendiri. Lantaran ada sebuah perusahaan air mineral yang mengambil air di dekat desa tersebut. Tentu ini menjadi ketimpangan yang memalukan di tanah yang terkenal subur dan kaya ini.

Jadi, bisa dibilang, ada potensi besar yang tidak tersalurkan ke warga desa. Reza Riyadi Pragita ingin sekali jika potensi ini dimanfaatkan warga desa dan menjadikan desa tersebut daya tarik bagi wisatawan. Dengan begitu, warga Desa Ban bisa mandiri dan berdiri di kaki sendiri, ada atau tanpa adanya Reza. Reza juga berharap agar programnya bisa menjadi percontohan di desa lain di Bali.

Di sisi lain, pemerintah harus lebih aware terhadap rakyatnya yang hidup dibawah standar kelayakan, seperti susahnya mendapat air bersih. Padahal, pemerintah punya andil yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan vital rakyatnya, termasuk akses sumber air bersih ini. Jika masyarakat saja bisa saling tolong-menolong, mengapa pemerintah tidak berperan?

Seperti yang dihimpun dalam wawancaranya dalam Workshop Menulis Online dan Bincang Inspiratif yang diadakan Astra bersama IDN Times, pada Selasa (21/10/2025), Reza Riyadi Pragita mengungkapkan, "Perawatan itu gak harus berhenti di rumah sakit aja, tapi bisa diperluas dengan bentuk kepedulian sosial kepada masyarakat."

Seperti kelahiran seorang bayi yang ditunggu-tunggu keluarga besarnya, seorang yang memiliki dampak positif, pastilah diharapkan sekitar. Begitulah sosok Reza Riyadi Pragita, yang memang layak membawa lampu ditengah kegelapan. Ia berani satukan gerakan dan terus berdampak bagi sesama. Tak heran jika Reza dianugerahi SATU Indonesia Awards 2022 di bidang kesehatan. Semoga teladannya bisa menginspirasi kamu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Ciri Toxic Positivity yang Diam-diam Merusak Kesehatan Mentalmu

10 Nov 2025, 23:12 WIBLife