Mariana Yunita, Sosok Inspiratif di Balik Bacarita Kespro di NTT

Berani melawan stigma yang dianggap tabu!

Mariana Yunita Hendriyani Opat adalah sosok inspiratif dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berhasil meraih penghargaan dalam SATU Indonesia Awards 2020 dari Astra Indonesia. Wanita yang akrab disapa Tata ini meraih penghargaan di bidang kesehatan karena usahanya melakukan edukasi tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi pada kalangan remaja di NTT.

Tidak mudah memang untuk mengangkat isu-isu Hak-hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR), terutama di wilayah Kupang, NTT itu sendiri. Hal seperti ini masih dianggap tabu. Terlebih lagi tidak adanya komunikasi yang baik antara anak dan orang tua terkait perubahan kondisi kesehatan saat mengalami pubertas.

Kondisi inilah yang memicu semangat Tata untuk gigih memberikan edukasi tentang persoalan pendidikan seksual. Bagi Tata, edukasi tentang HKSR ini memang harus diberikan sedini mungkin agar tidak terjadi banyak kasus kekerasan seksual di kalangan remaja.

1. Pengalaman sebagai penyintas korban kekerasan seksual

Mariana Yunita, Sosok Inspiratif di Balik Bacarita Kespro di NTTTata bersama anak-anak di Tenggara Youth Community (Dok. Tenggara Youth Community)

Bukan hal yang mudah bagi Tata untuk mengungkap bahwa ia pernah menjadi korban kekerasan seksual saat masih kecil hingga beranjak sampai kuliah. Tak hanya itu, Tata juga mengalami kasus kekerasan dalam berpacaran. Meski sebagai penyintas, Tata masih belum dekat dengan isu-isu kekerasan seksual seperti ini.

Hingga pada akhirnya, Tata diperkenalkan dengan isu-isu yang terkait HKSR ini dan ia merasa hal ini penting untuk disosialisasikan. Terlebih lagi, pada saat itu memang belum ada wadah untuk berbagi cerita para korban kasus kekerasan seksual ini.

Tata bersama dengan para korban lainnya yang mengalami kasus serupa ini akhirnya membentuk komunitas yang dinamakan Tenggara Youth Community di tahun 2016. Komunitas ini merangkul para korban untuk berbagi cerita tentang apa yang mereka alami dan memastikan untuk membantunya.

2. Melahirkan Bacarita Kespro

Mariana Yunita, Sosok Inspiratif di Balik Bacarita Kespro di NTTKegiatan di Tenggara Youth Community (Dok. Tenggara Youth Community)

Tidak adanya akses terhadap sumber informasi tentang pendidikan seksual dan wadah untuk bercerita terkait isu-isu kekerasan tersebut inilah yang akhirnya melahirkan Bacarita Kespro. Program ini merupakan salah satu program unggulan di dalam Tenggara Youth Community, di mana dalam program ini memberikan edukasi tentang kesehatan seksual dan reproduksi untuk para remaja dengan metode pembelajaran yang sangat inovatif.

Bacarita diambil dari bahasa Melayu Kupang yang artinya bercerita. Dari program ini juga membantu memfasilitasi akses layanan informasi dan memberikan ruang yang aman untuk para remaja yang memang tidak tahu harus ke mana.

3. Metode edukasi yang inovatif untuk berbagai usia

Mariana Yunita, Sosok Inspiratif di Balik Bacarita Kespro di NTTKegiatan anak-anak di Tenggara Youth Community (Dok. Tenggara Youth Community)

Mengingat rentang usia yang disasar cukup luas yaitu dari usia 10 sampai 24 tahun, memberikan informasi tentang pendidikan seksual dan reproduksi kepada anak-anak dengan para remaja tentu sangat berbeda.

dm-player

"Kami selalu menyesuaikan kelompok yang kami datangi itu umurnya berapa? Terus mereka sudah belajar soal apa saja? Jumlah laki-laki dan perempuannya berapa? Sebelum melakukan Bacarita Kespro selalu ada assesment kecil," jawab Tata saat diwawancarai.

Karena isu yang disosialisasikan ini cukup sulit dipahami, memang ada baiknya untuk membuat mereka nyaman terlebih dulu. Bahkan, Tata bercerita bisa menghabiskan waktu selama 30 menit hanya untuk proses perkenalan saja.

Proses pembelajaran Bacarita Kespro ini memang menyesuaikan usia dan dilakukan dengan sangat inovatif seperti dengan mendongeng, permainan edukasi dan juga penggunaan alat peraga agar lebih mudah untuk dipahami.

Baca Juga: KBA Keputih Tegal Timur Baru Surabaya, From Zero to Hero

4. Mimpi untuk menjadikan isu HKSR ini diangkat sebagai eskul di sekolah

Mariana Yunita, Sosok Inspiratif di Balik Bacarita Kespro di NTTMariana Yunita Hendriyani Opat saat memberikan edukasi kepada anak-anak (Dok. Tenggara Youth Community)

Meski komunitas dan kegiatan Bcarita Kespro ini sudah berjalan sampai 5 tahun, tapi tetap masih banyak hal-hal besar yang belum tercapai. Salah satu mimpi tersebut di antaranya menjadikan isu-isu HKSR ini diangkat sebagai salah satu ekskul di sekolah. Walaupun tidak bisa dijadikan pelajaran tapi setidaknya anak-anak dan remaja mulai dikenalkan dengan edukasi seperti ini.

Tata sangat berharap jika di setiap komunitas atau kelompok gereja yang dilakukan para remaja di setiap minggu bisa memasukkan isu-isu HKSR ini ke dalam agenda yang bisa disampaikan agar para remaja tetap bisa mengakses informasi terkait isu-isu seperti ini.

5. Tetap gigih di masa pandemik

Mariana Yunita, Sosok Inspiratif di Balik Bacarita Kespro di NTTTata bersama anak-anak di Tenggara Youth Community (Dok. Tenggara Youth Community)

Mengadakan kegiatan di masa pandemik seperti ini memang sangat sulit. Begitu juga yang dirasakan oleh Tata bersama dengan Tenggara Youth Community. Metode Bacarita Kespro menggunakan sistem bermain sambil belajar, jadi jika tidak langsung tatap muka tentu sangat menyulitkan. Terlebih lagi, kegiatan ini diikuti oleh anak-anak yang sulit untuk mendapatkan akses internet dan listrik.

Sampai saat ini, kegiatan para remaja Tenggara ini masih terus berlanjut dengan sistem online. Di mana, mereka bisa menggunakan via grup WhatsApp, Zoom meeting dan juga dengan live di instagram. Namun, tetap saja metode ini masih kurang efektif dibandingkan dengan bertemu secara langsung dengan anak-anak dan para remaja lainnya.

Meski tidak ada basic pengetahuan apa pun dari isu-isu HKSR, Tata sendiri menyadari betapa pentingnya pendidikan seksual dan reproduksi ini. Oleh karena itu, Tata berharap komunitas Tenggara ini bisa menjadi lembaga legal yang secara mandiri bisa melakukan pendampingan kepada teman-teman yang mengalami kekerasan seksual.

Sebagai penerima penghargaan di SATU Indonesia Awards, Tata sangat senang karena Tenggara Youth Community bisa lebih dikenal. Penghargaan ini juga sekaligus menjadi jembatan untuk membangun jaringan baru di berbagai daerah nusantara.

Dari kisah Tata ini, kita bisa banyak belajar untuk tetap memperjuangkan hak-hak yang seharusnya didapat, walaupun memang tidak mempunyai latar belakang pendidikan tentang isu-isu tersebut. Serta tidak menyerah meski semua itu harus dilakukan di bagian pulau paling kecil di Indonesia.

Baca Juga: Bersama GARAMIN, Elmi Sumarni Ismau Perjuangkan Hak Penyandang Difabel

Rizna Hidayah Photo Verified Writer Rizna Hidayah

Sharing | Travelling | Writing

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya