5 Ritual Keagamaan Pemujaan Leluhur Umat Hindu di Bali

Bali gak hanya kaya akan keindahan alamnya

Selain pesona alamnya yang luar biasa, ritual keagamaan pemujaan leluhur umat Hindu di Bali juga mencuri perhatian banyak kalangan. Gak hanya wisatawan lokal saja, tapi dari mancanegara juga kagum dengan upacara-upacara tersebut. Sampai sekarang pun masih terus dilestasikan pada hari-hari besar.

Selain Nyepi, apa saja sih ritual keagamaan pemujaan leluhur umat Hindu di Bali? Tentu kamu penasaran dan pengin tahu apa saja kan? Yuk, simak artikel ini sampai selesai.

1. Upacara Odalan

5 Ritual Keagamaan Pemujaan Leluhur Umat Hindu di BaliIlustrasi warga Bali beragama Hindu (pexels.com/Titah Anamika)

Odalan atau Piodalan merupakan hari raya besar bagi umat Hindu di Bali. Odalan juga bisa disebut sebagai pujawali, petoyan atau petirtaan, yang merupakan upacara Dewa Yadnya yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widi pada pura atau tempat suci. Biasanya, ritual ini digelar berdasarkan kalender Pawukon Bali (210 hari) atau setiap enam bulan sekali. Dalam proses akan dipimpin oleh pemangku (orang suci) atau pendeta.

Selain itu, upacara ini akan dilaksanakan di hari-hari baik yang sudah dipilih dan ditetapkan. Hari baik itu di antaranya, Purnama Kapat, Kalima, Kadasa, Anggar Kasih Kulantir, Julungwangi, Medangsia, Tambir, Perangbakat, Saniscara Kliwon (Tumpek) Landep, Wariga, Kuningan, Krulut, Uye, Wayang, dan masih banyak lagi hari baik lainnya.

Prosesi Odalan umumnya berlangsung tiga hingga tujuh hari atau lebih, tergantung pura yang bersangkutan. Tujuannya guna mewujudkan kehidupan yang harmonis dan sejahtera lahir batin di masyarakat.

2. Upacara Melasti (Mekiis/Melis)

5 Ritual Keagamaan Pemujaan Leluhur Umat Hindu di BaliIlustrasi perempuan melakukan tradisi umat Hindu Bali (pexels.com/Oleksandr Pidvalnyi)

Upacara Melasti untuk menyambut Hari Raya Nyepi yang dilaksanakan seminggu sebelum perayaan. Upacara ini bertujuan untuk meningkatkan sraddha bhakti pada para dewa dan manifestasi Tuhan guna menghilangkan penderitaan. Melasti juga dimaksudkan untuk membersihkan bhuana agung (alam) dan penyucian diri.

Dalam agama Hindu, sumber air seperti danau, laut, maupun mata air merupakan sumber kehidupan atau tirta amerta. Saat upacara berlangsung, masyarakat akan menuju laut atau sumber air dengan mengenakan pakaian putih dan perlengkapan persembahyangan seperti pratima, yaitu benda atau patung yang disakralkan untuk dibersihkan secara sekala dan niskala.

3. Galungan dan Kuningan

5 Ritual Keagamaan Pemujaan Leluhur Umat Hindu di BaliIlustrasi umat Hindu melaksanakan tradisi keagamaan di Bali (pexels.com/Danang DKW)

Kedua ritual keagamaan ini saling melekat karena masih satu rangkaian. Galungan dan Kuningan adalah hari kemenangan Dharma (kebenaran) melawan Adharma (kejahatan). Upacara ini juga untuk memperingati terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya.

dm-player

Galungan untuk menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang tenang. Sedangkan Kuningan adalah pemujaan terhadap leluhur (Dewa, Bhatara, dan para Pitara) guna memohon keselamatan, kemakmuran, perlindungan, dan tuntunan lahir batin.

Keduanya dirayakan sebanyak dua kali (6 bulan sekali) dalam setahun kalender Masehi. Tapi biasanya, Hari Raya Kuningan diperingat 10 hari setelah Hari Raya Galungan.

Baca Juga: 50 Nama Bayi Laki-laki Hindu, Elok Didengar dan Bermakna Dalam

4. Tumpek Uduh

5 Ritual Keagamaan Pemujaan Leluhur Umat Hindu di BaliIlustrasi umat Hindu melaksanakan tradisi keagamaan di Bali (pexels.com/ivan higgins)

Upacara pemujaan leluhur ini juga dikenal dengan sebutan Tumpek Ngatag atau Tumpek Wariga. Biasanya digelar 25 hari sebelum Galungan di Sabtu Kliwon, wuku Wariga. Saat pelaksanaan, umat Hindu melakukan upacara persembahan kepada Tuhan, sang penguasa tumbuh-tumbuhan atau Dewa Sangkara.

Persembahan sebagai rasa syukur atas segala limpahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Selain itu, Tumpek Uduh juga sebagai wujud pelaksanaan dari Tri Hita Karana (tiga hubungan harmonis penyebab kebahagiaan), yakni hubungan harmonis antara manusia dengan alam (tumbuh-tumbuhan).

5. Hari Raya Saraswati

5 Ritual Keagamaan Pemujaan Leluhur Umat Hindu di BaliIlustrasi umat Hindu melaksanakan tradisi di Bali (pexels.com/Danang DKW)

Hari Raya Saraswati adalah salah satu hari raya penting juga bagi umat Hindu di Bali. Pasalnya, bagi pelajar dan pekerja dunia pendidikan percaya bahwa Hari Saraswati adalah hari turunnya ilmu pengetahuan yang suci. Hari raya ini diperingati setiap 6 bulan sekali pada hari Saniscara Umanis, wuku Watugunung.

Proses pelaksanaannya, umat Hindu melakukan upacara khusus guna memuja atau mengagungkan Dewi Saraswati. Ia dipercaya membawa ilmu pengetahuan di bumi, sehingga semua orang menjadi pintar dan terpelajar.

Lalu semua yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, seperti buku, kitab, dan lainnya akan didoakan pada saat ritual keagamaan ini berlangsung. Selain itu, ada pula pentas tari dan pembacaan cerita selama semalaman.

Tentunya masih banyak lagi ritual keagamaan pemujaan leluhur umat Hindu di Bali yang belum disebutkan di atas. Mengutip laman Kemdikbud, dalam e-jurnal Tradisi Pemujaan Leluhur pada Masyarakat Hindu di Bali oleh Nyoman Rema, tradisi pemujaan roh leluhur di Bali telah dikenal sejak masa bercocok tanam dan perundagian. Pada dasarnya semua ritual ini bertujuan untuk menjaga hubungan baik antara masyarakat yang masih hidup dengan dunia arwah, agar keselamatan dan kesejahteraannya tetap terpelihara dengan baik.

Baca Juga: Simak Tata Cara dan Syarat Pernikahan Hindu, Paling Lengkap!

Topik:

  • Pinka Wima
  • Stella Azasya

Berita Terkini Lainnya