5 Self Boundaries Toxic yang Harus Segera Dihindari

- Menutup diri dari semua kritik dan masukan
- Menggunakan batasan sebagai alasan untuk tidak peduli
- Cenderung menutup diri secara berlebihan
- Menggunakan batas diri untuk menghindari tanggung jawab
- Memutus komunikasi ketika sedang menghadapi masalah
Menerapkan self boundaries memang penting untuk menjaga keseimbangan hidup. Batasan diri ini melindungi kesejahteraan fisik, emosional, mental, maupun spiritual. Namun berbeda ketika seseorang sudah terjebak dalam self boundaries yang bersifat toksik.
Contohnya saja terlalu menutup diri dari lingkungan sekitar. Atau menggunakannya sebagai silent treatment ketika menghadapi permasalahan. Terdapat lima self boundaries toksik yang harus segera dihindari. Berikut lima diantaranya.
1. Menutup diri dari semua kritik dan masukan

Setiap dari kita memang harus memiliki batasan diri yang tegas. Ini membantu bertahan dalam menghadapi situasi dan lingkungan manipulatif. Tapi ketika batasan diri ini sudah bersifat toksik, justru berpotensi merusak keseimbangan hidup itu sendiri.
Salah satu dari self boundaries toksik saat berusaha menutup diri dari semua kritik dan masukan. Tanpa sadar tumbuh menjadi individu yang membatasi feedback dalam proses tumbuh dan berkembang. Batas diri yang terlalu berlebihan ini pada akhirnya justru menjadi garis yang membuat seseorang tidak mampu melangkah lebih jauh.
2. Menggunakan batasan sebagai alasan untuk tidak peduli

Menerapkan self boundaries turut berperan dalam membangun ketegasan diri. Seseorang memiliki kontrol yang bagus dalam berinteraksi di tengah lingkungan sosial. Orang-orang yang memiliki self boundaries juga tidak mudah terombang-ambing saat sedang berhadapan dengan tantangan.
Apa berbeda jadinya dengan batasan diri yang bersifat toksik. Salah satunya saat menggunakan batasan sebagai alasan untuk tidak peduli dengan apapun. Self boundaries ini membentuk seseorang menjadi pribadi yang apatis dan individualis di tengah lingkungan sosial.
3. Cenderung menutup diri secara berlebihan

Salah satu kebutuhan manusia adalah berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Tentu saja ini menjadi bukti bahwa setiap orang tercipta sebagai makhluk sosial. Namun dalam berinteraksi, juga harus disertai dengan batasan yang tegas dan realistis.
Tapi yang perlu digarisbawahi, berbeda ketika seseorang sudah terjebak dalam self boundaries toksik. Tipe orang-orang demikian selalu menutup diri secara berlebihan. Bahkan terdapat kecenderungan untuk mengisolasi diri dan menjalani hidup sebagai sosok manusia yang tidak terikat dengan interaksi sosial.
4. Menggunakan batas diri untuk menghindari tanggung jawab

Integritas seseorang tercermin dari tanggung jawab yang dilaksanakan. Baik di lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat. Ketika seseorang mampu melaksanakan tanggung jawab dengan baik, tentu saja ia menjadi individu yang berkompeten. Jika membahas tentang tanggung jawab, ternyata masih berkaitan dengan self boundaries toksik.
Salah satu bentuk dari batasan diri yang tidak sehat adalah menggunakannya sebagai alasan untuk menghindari tanggung jawab. Apalagi jika menyangkut komitmen. Ketika tanggung jawab tidak terlaksana, tentu dapat mempengaruhi integritas seseorang secara keseluruhan. Bahkan berpotensi merugikan banyak pihak.
5. Memutus komunikasi ketika sedang menghadapi masalah

Membangun batasan diri menjadi kunci penting dalam bergaul di lingkungan masyarakat. Seseorang yang memiliki self boundaries tahu cara menjaga keseimbangan di tengah tantangan. Namun yang perlu diwaspadai saat sudah mulai terjebak dalam self boundaries toksik.
Salah satu bentuk self boundaries toksik ketika memutus komunikasi saat sedang menghadapi masalah. Bahkan untuk permasalahan kecil dan sederhana sekalipun. Sikap memutus komunikasi saat sedang menghadapi masalah justru menempatkan seseorang dalam situasi buruk secara berkelanjutan.
Self boundaries membantu kita ketika sedang berusaha melindungi diri dari situasi yang kompleks. Tapi ketika self boundaries ini sudah bersifat toksik, justru merusak kualitas diri secara keseluruhan. Toxic boundaries bukan lagi soal melindungi diri, tapi berubah jadi dinding yang mengisolasi, mengendalikan, atau merugikan hubungan sehat.