Menolak permintaan orang lain seharusnya menjadi bagian wajar dari interaksi sosial. Setiap orang punya batas energi, waktu, dan kapasitas, sehingga tidak mungkin selalu bisa memenuhi harapan semua pihak. Namun, bagi sebagian orang, mengatakan “tidak” saja belum cukup, harus diikuti permintaan maaf, meski tidak melakukan kesalahan apa pun. Hal ini bukan sekadar kebiasaan, tapi sering kali berakar dari perasaan bersalah yang sulit dikendalikan.
Permintaan maaf yang muncul setelah menolak sering menunjukkan adanya tekanan emosional dari dalam diri. Ada perasaan tidak enak, takut mengecewakan, atau khawatir citra diri berubah di mata orang lain. Padahal, menjaga batas bukanlah bentuk pelanggaran sosial, melainkan wujud dari penghargaan terhadap diri sendiri. Berikut lima alasan mengapa seseorang sering merasa perlu minta maaf setelah menolak permintaan orang lain.