4 Siklus Kelelahan yang Tercipta Akibat Prokrastinasi

- Rasa bersalah dan cemas
- Pikiran terbebani
- Self criticism dan hilangnya motivasi
Tanpa sadar kita masih kerap mewajarkan kebiasaan menunda-nunda. Prokrastinasi dianggap sebagai budaya yang tidak perlu dipermasalahkan. Baik dalam lingkup profesional, maupun menunda-nunda rutinitas di luar pekerjaan. Prokrastinasi menjadi siklus yang berlangsung dari waktu ke waktu dan mengganggu keteraturan.
Tapi apakah ini tidak menghadirkan dampak berarti? Justru prokrastinasi akan menciptakan siklus kelelahan yang susah teratasi. Ketika seseorang memiliki kebiasaan menunda-nunda, tanpa sadar pikiran terbebani. Bahkan tidak mampu berkonsentrasi terhadap prioritas. Sebagai upaya preventif, kita perlu mengetahui siklus kelelahan yang tercipta akibat prokrastinasi sebagaimana penjelasan di bawah ini.
1. Rasa bersalah dan cemas

Prokrastinasi pada faktanya menjadi kebiasaan yang dinormalisasi. Menunda-nunda kegiatan maupun rutinitas tidak dianggap sebagai suatu masalah. Apalagi jika berkaitan dengan kegiatan yang tidak membawa dampak berarti. Namun kondisi ini juga tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Karena prokrastinasi yang berlangsung tanpa jeda justru dapat menghadirkan siklus kelelahan.
Ini terjadi karena rasa bersalah dan cemas yang mendominasi. Setelah menunda, kita merasa bersalah ketika segala sesuatunya banyak yang belum selesai. Kecemasan meningkat karena waktu semakin sempit. Pada akhirnya ini justru menghabiskan energi dalam diri. Kita terlebih dahulu terjebak kelelahan meskipun sebenarnya belum sempat bekerja atau menjalani rutinitas.
2. Pikiran terbebani

Prokrastinasi memang tidak bisa dianggap sebagai persoalan sederhana. Karena kebiasaan menunda-nunda justru berpotensi menghadirkan dampak terburuk. Tidak hanya pekerjaan penting yang berakhir terbengkalai. Namun demikian, prokrastinasi yang berlangsung akan menyudutkan kita pada siklus kelelahan tak berujung.
Mengapa demikian? Karena saat seseorang terjebak siklus kelelahan akibat prokrastinasi, otomatis pikiran akan terbebani. Saat menunda, tugas tetap ada di pikiran. Semakin lama tidak dikerjakan, semakin besar bayangan beban itu. Otak terus mengingatkan bahwa ada sesuatu yang belum selesai sehingga tidak merasakan ketenangan.
3. Self criticism dan hilangnya motivasi

Kita memang perlu mengoreksi diri sendiri jika ingin tumbuh menjadi individu yang lebih baik. Tapi yang perlu digarisbawahi, bukan berarti menjadi individu yang mengkritik diri sendiri secara berlebihan. Apalagi saat kondisi ini berujung pada hilangnya motivasi sehingga tidak bersemangat dalam menjalani hidup. Ternyata ini tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan prokrastinasi.
Ketika memiliki kebiasaan menunda-nunda, self criticism dan hilangnya motivasi menjadi siklus kelelahan yang muncul. Orang merasa dirinya malas, tidak disiplin, atau tidak mampu berjuang pada sikap menghakimi diri. Dampak buruknya, semangat menurun sehingga tugas berikutnya makin sulit dimulai.
4. Bekerja secara terburu-buru

Menunda-nunda memang menjadi kegiatan yang dianggap normal bagi sebagian orang. Prokrastinasi berkembang menjadi budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kita mengabaikan bahwa prokrastinasi ini pada akhirnya akan menciptakan siklus kelelahan. Tentu ini menjadi dampak yang wajib diwaspadai jika tidak ingin keseimbangan hidup terganggu.
Saat kita menerapkan prokrastinasi, otomatis memiliki kebiasaan bekerja secara terburu-buru. Apalagi saat tenggang waktu sudah hampir habis. Ketika deadline mendekat, mau tidak mau harus menyelesaikan seluruhnya. Energi terkuras dalam waktu singkat karena harus multitasking atau begadang. Jangan hasil kerja justru tidak maksimal seperti yang diharapkan.
Sudah sepatutnya kita mewaspadai dampak buruk dari siklus kelelahan yang tercipta akibat prokrastinasi. Meskipun terlihat sederhana, tapi pada akhirnya menghadirkan siklus kelelahan tak berujung. Alih-alih merasa lega, sering muncul keengganan untuk segera memulai tugas baru. Jika dibiarkan berkelanjutan, kebiasaan menunda-nunda rutinitas maupun kegiatan dapat mengganggu keseimbangan mental maupun pikiran.