Surat Al-A'raf Ayat 85-96 Arab: Arti, Kandungan dan Keutamaan

Surat Al-A'raf memiliki arti, yaitu 'tempat tertinggi'. Pada ayat 85 sampai 96 ini, banyak diceritakan tentang Nabi Syu'aib dan kaumnya, yaitu Kaum Madyan. Surat ini sendiri secara keseluruhan terdiri dari 206 ayat.
Berikut ini selengkapnya tentang arti, kandungan, dan keutamaan dari surat Al-A'raf ayat 85 sampai dengan 96.
1. Surat Al-A'raf ayat 85-96 beserta artinya

Berikut merupakan surat Al-A'raf ayat 85-96 dan terjemahannya:
Ayat 85
وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ قَدْ جَاۤءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ فَاَوْفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيْزَانَ وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ اَشْيَاۤءَهُمْ وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَاۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَۚ
wa ilā madyana akhāhum syu'aibā, qāla yā qaumi'budullāha mā lakum min ilāhin gairuh, qad jā`atkum bayyinatum mir rabbikum fa auful-kaila wal mīzāna wa lā tabkhasun-nāsa asy-yā`ahum wa lā tufsidụ fil-arḍi ba'da iṣlāḥihā, żālikum khairul lakum ing kuntum mu`minīn
"Dan kepada penduduk Madyan, Kami (utus) Syuaib, saudara mereka sendiri. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah. Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Sempurnakanlah takaran dan timbangan, dan jangan kamu merugikan orang sedikit pun. Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu orang beriman.”
Ayat 86
وَلَا تَقْعُدُوْا بِكُلِّ صِرَاطٍ تُوْعِدُوْنَ وَتَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِهٖ وَتَبْغُوْنَهَا عِوَجًاۚ وَاذْكُرُوْٓا اِذْ كُنْتُمْ قَلِيْلًا فَكَثَّرَكُمْۖ وَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِيْنَ
wa lā taq'udụ bikulli ṣirāṭin tụ'idụna wa taṣuddụna 'an sabīlillāhi man āmana bihī wa tabgụnahā 'iwajā, ważkurū iż kuntum qalīlan fa kaṡṡarakum wanẓurụ kaifa kāna 'āqibatul-mufsidīn
"Dan janganlah kamu duduk di setiap jalan dengan menakut-nakuti dan menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah dan ingin membelokkannya. Ingatlah ketika kamu dahulunya sedikit, lalu Allah memperbanyak jumlah kamu. Dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan."
Ayat 87
وَاِنْ كَانَ طَاۤىِٕفَةٌ مِّنْكُمْ اٰمَنُوْا بِالَّذِيْٓ اُرْسِلْتُ بِهٖ وَطَاۤىِٕفَةٌ لَّمْ يُؤْمِنُوْا فَاصْبِرُوْا حَتّٰى يَحْكُمَ اللّٰهُ بَيْنَنَاۚ وَهُوَ خَيْرُ الْحٰكِمِيْنَ ۔
wa ing kāna ṭā`ifatum mingkum āmanụ billażī ursiltu bihī wa ṭā`ifatul lam yu`minụ faṣbirụ ḥattā yaḥkumallāhu bainanā, wa huwa khairul-ḥākimīn
"Jika ada segolongan di antara kamu yang beriman kepada (ajaran) yang aku diutus menyampaikannya, dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah sampai Allah menetapkan keputusan di antara kita. Dialah hakim yang terbaik."
Ayat 88
قَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ اسْتَكْبَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَنُخْرِجَنَّكَ يٰشُعَيْبُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَكَ مِنْ قَرْيَتِنَآ اَوْ لَتَعُوْدُنَّ فِيْ مِلَّتِنَاۗ قَالَ اَوَلَوْ كُنَّا كَارِهِيْنَ
qālal-mala`ullażīnastakbarụ ming qaumihī lanukhrijannaka yā syu'aibu wallażīna āmanụ ma'aka ming qaryatinā au lata'ụdunna fī millatinā, qāla a walau kunnā kārihīn
"Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri dari kaum Syu'aib berkata, “Wahai Syu’aib! Pasti kami usir engkau bersama orang-orang yang beriman dari negeri kami, kecuali engkau kembali kepada agama kami.”Syu'aib berkata, “Apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami tidak suka?"
Ayat 89
قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللّٰهِ كَذِبًا اِنْ عُدْنَا فِيْ مِلَّتِكُمْ بَعْدَ اِذْ نَجّٰىنَا اللّٰهُ مِنْهَاۗ وَمَا يَكُوْنُ لَنَآ اَنْ نَّعُوْدَ فِيْهَآ اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ رَبُّنَاۗ وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًاۗ عَلَى اللّٰهِ تَوَكَّلْنَاۗ رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
qadiftarainā 'alallāhi każiban in 'udnā fī millatikum ba'da iż najjānallāhu min-hā, wa mā yakụnu lanā an na'ụda fīhā illā ay yasyā`allāhu rabbunā, wasi'a rabbunā kulla syai`in 'ilmā, 'alallāhi tawakkalnā, rabbanaftaḥ bainanā wa baina qauminā bil-ḥaqqi wa anta khairul-fātiḥīn
"Sungguh, kami telah mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, setelah Allah melepaskan kami darinya. Dan tidaklah pantas kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Tuhan kami menghendaki. Pengetahuan Tuhan kami meliputi segala sesuatu. Hanya kepada Allah kami bertawakal. Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil). Engkaulah pemberi keputusan terbaik.”
Ayat 90
وَقَالَ الْمَلَاُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ قَوْمِهٖ لَىِٕنِ اتَّبَعْتُمْ شُعَيْبًا ِانَّكُمْ اِذًا لَّخٰسِرُوْنَ
wa qālal-mala`ullażīna kafarụ ming qaumihī la`inittaba'tum syu'aiban innakum iżal lakhāsirụn
"Dan pemuka-pemuka dari kaumnya (Syu’aib) yang kafir berkata (kepada sesamanya), “Sesungguhnya jika kamu mengikuti Syu’aib, tentu kamu menjadi orang-orang yang rugi.”
Ayat 91
فَاَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ
fa akhażat-humur-rajfatu fa aṣbaḥụ fī dārihim jāṡimīn
"Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka."
Ayat 92
الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا شُعَيْبًا كَاَنْ لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَاۚ اَلَّذِيْنَ كَذَّبُوْا شُعَيْبًا كَانُوْا هُمُ الْخٰسِرِيْنَ
allażīna każżabụ syu'aibang ka`al lam yagnau fīhā, allażīna każżabụ syu'aibang kānụ humul-khāsirīn
"Orang-orang yang mendustakan Syu’aib seakan-akan mereka belum pernah tinggal di (negeri) itu. Mereka yang mendustakan Syu’aib, itulah orang-orang yang rugi."
Ayat 93
فَتَوَلّٰى عَنْهُمْ وَقَالَ يٰقَوْمِ لَقَدْ اَبْلَغْتُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَنَصَحْتُ لَكُمْۚ فَكَيْفَ اٰسٰى عَلٰى قَوْمٍ كٰفِرِيْنَ
fa tawallā 'an-hum wa qāla yā qaumi laqad ablagtukum risālāti rabbī wa naṣaḥtu lakum, fa kaifa āsā 'alā qauming kāfirīn
"Maka Syu’aib meninggalkan mereka seraya berkata, “Wahai kaumku! Sungguh, aku telah menyampaikan amanat Tuhanku kepadamu dan aku telah menasihati kamu. Maka bagaimana aku akan bersedih hati terhadap orang-orang kafir?”
Ayat 94
وَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْ قَرْيَةٍ مِّنْ نَّبِيٍّ اِلَّآ اَخَذْنَآ اَهْلَهَا بِالْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ لَعَلَّهُمْ يَضَّرَّعُوْنَ
wa mā arsalnā fī qaryatim min nabiyyin illā akhażnā ahlahā bil-ba`sā`i waḍ-ḍarrā`i la'allahum yaḍḍarra'ụn
"Dan Kami tidak mengutus seorang nabi pun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan agar mereka (tunduk dengan) merendahkan diri."
Ayat 95
ثُمَّ بَدَّلْنَا مَكَانَ السَّيِّئَةِ الْحَسَنَةَ حَتّٰى عَفَوْا وَّقَالُوْا قَدْ مَسَّ اٰبَاۤءَنَا الضَّرَّاۤءُ وَالسَّرَّاۤءُ فَاَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ
ṡumma baddalnā makānas-sayyi`atil-ḥasanata ḥattā 'afaw wa qālụ qad massa ābā`anaḍ-ḍarrā`u was-sarrā`u fa akhażnāhum bagtataw wa hum lā yasy'urụn
"Kemudian Kami ganti penderitaan itu dengan kesenangan (sehingga keturunan dan harta mereka) bertambah banyak, lalu mereka berkata, “Sungguh, nenek moyang kami telah merasakan penderitaan dan kesenangan,” maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan tiba-tiba tanpa mereka sadari."
Ayat 96
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
walau anna ahlal-qurā āmanụ wattaqau lafataḥnā 'alaihim barakātim minas-samā`i wal-arḍi wa lāking każżabụ fa akhażnāhum bimā kānụ yaksibụn
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
2. Kandungan surat Al-A'raf ayat 85-96

Surat Al-A'raf memiliki pesan di setiap ayatnya. Adapun kandungan surat Al-A’raf ayat 85-96 sebagai berikut:
- Ayat 85 menjelaskan kisah Nabi Syu'aib dengan kaumnya bernama suku Madyan. Nabi Syu’aib menyampaikan amanah dari Allah berupa peringatan kepada mereka agar menyembah Allah, menegaskan kedatangan bukti nyata dari Allah, dan menyempurnakan timbangan amal serta angan merugikan orang bahkan membuat kerusakan di bumi.
- Ayat 86 menjelaskan Allah memperingatkan bahwa mereka agar tidak menakut-nakuti orang beriman dengan ancaman pembunuhan dan membelokkannya dari jalan yang lurus dengan mencari segala dalih atau kelemahannya untuk menanamkan rasa ragu pada Allah. Kemudian Allah mengingatkan apa yang telah terjadi pada kaum sebelumnya yakni kaum ‘Ad dan kaum Tsamud.
- Ayat 87 menjelaskan Nabi Syu’aib mengakhiri seruannya dengan berkata bahwa dua golongan yakni orang yang beriman dan meninggalkan segala perbuatan zalim dengan orang yang tetap kufur dan berbuat zalim, maka bersabar Allah akan memutuskan perkara tersebut dengan seadil-adilnya.
- Ayat 88 menjelaskan para pemuka dan pembesar kaumnya telah menyombongkan diri dan menolak beriman sembari berkata bahwa Nabi Syu’aib bersama pengikutnya akan diusir kecuali jika mereka beriman kepada agama kaum atau diam serta membiarkannya melakukan apapun yang diinginkannya.
- Ayat 89 menjelaskan penegasan Nabi Syu’aib yang menolak keras keinginan kaumnya tersebut supaya kembali kepada agama mereka.
- Ayat 90 menjelaskan rasa kecemasan para pemuka kaumnya yang melihat bahwa pengikut Nabi Syu’aib akan semakin banyak karena kekuatan dan ketegarannya dalam berdakwah. Sehingga mereka mengancamnya dengan berkata kalau pengikut Nabi Syu’aib adalah orang yang rugi.
- Ayat 91 menjelaskan balasan Allah akibat kesombongan dan keangkuhan mereka berupa gempa yang sangat dahsyat sebagai bentuk siksaan Allah dan mereka mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumahnya.
- Ayat 92 menjelaskan siksaan yang menimpa kepada kaum Nabi Syu’aib seakan-akan mereka belum pernah tinggal di negeri tersebut dan bersenang-senang di sana. Bahkan mereka adalah orang-orang yang rugi.
- Ayat 93 menjelaskan rasa berat hati Nabi Syu’aib dengan penuh sesal dan iba setelah melihat kehancuran yang menimpa kaumnya. Nabi Syu’aib menyampaikan pesan sebagaimana diucapkan oleh nabi terdahulu.
- Ayat 94 menjelaskan Allah tidak mengutus seorang nabi pun kepada suatu negeri agar mengajak mereka kepada agama-Nya yang benar, kemudian mereka mendustakan nabi tersebut, melainkan Allah akan berikan kesempitan atau kesulitan supaya mereka dapat menyadari kesalahan dan tunduk dengan merendahkan diri serta memohon kepada Allah dengan hati yang tulus.
- Ayat 95 menjelaskan Allah mengganti penderitaan tersebut berupa kesenangan yang bertambah banyak seperti miskin menjadi kaya, sakit menjadi sehat, dan lemah menjadi kuat. namun mereka dengan bodoh berkata bahwa nenek moyang mereka sudah merasakan penderitaan dan kesenangan serta larut dalam kedurhakaan, sehingga Allah turunkan siksaan kepada mereka dengan tiba-tiba.
- Ayat 96 menjelaskan Allah akan memberikan kelimpahan berkah dari langit dan bumi berupa hujan, tanaman, buah-buahan, rezeki, binatang ternak dan sebagainya, namun mereka mendustakan ayat dan rasul-rasul Allah. Sehingga Allah memberikan siksaan sesuai dengan apa yang sudah mereka kerjakan.
3. Keutamaan surat Al-A'raf

Adapun keutamaan yang akan diperoleh oleh orang yang membaca surat Al-A’raf, yaitu sebagai berikut:
- Dalam HR. Ahmad, menjelaskan bahwa dari Aisyah ra Rasulullah bersabda “Barang siapa yang membaca tujuh surat pertama (dari al-Qur’an), maka dia adalah orang shalih). Tujuh surat pertama itu merupakan surat Al-A’raf.
- Zaid bin Tsabit menceritakan bahwa ketika salat maghrib, Rasulullah membaca salah satu dari surat yang panjang yaitu surat Al-A’raf.
- Dalam HR. Ahmad, menjelaskan bahwa Abdurrahman bin Abi Laila dari Ubay bin Kaab, bercerita bahwasanya terdapat seorang Arab badui yang mendatangi Rasulullah dan memberi tahu bahwa dirinya memiliki saudara yang sedang sakit gila. Kemudian Rasul menyuruhnya untuk membawa saudara di hadapan Rasulullah, lalu Ubay bin Kaab mendengar Rasulullah membacakannya beberapa surat salah satunya adalah satu ayat dalam surat Al-A’raf, setelah itu saudara orang Arab Badui itu berdiri dan sembuh total.
Demikian arti, kandungan, dan keutamaan dari surat Al-A'raf ayat 85 sampai 96. Semoga dengan membaca surat ini, kita dapat mengambil pelajaran dari kaum Nabi Syu'aib agar tetap taat berada di jalan Allah SWT. Amin.