6 Tanda Belum Dewasa meski Sudah Berumah Tangga

- Orang dewasa memperhatikan tempat dan situasi saat bertengkar dengan pasangan
- Minta uang ke keluarga menunjukkan ketidakdewasaan finansial setelah menikah
- Ketidakmampuan mengurus anak dan masalah rumah tangga diumbar ke mana-mana adalah tanda kurangnya kedewasaan
Dewasa dulu baru menikah atau menikah otomatis akan membuat orang lebih dewasa? Memang ada syarat usia yang harus dipenuhi agar dua orang dapat menikah. Itu kedewasaan yang diukur dari umur. Namun, ada juga kedewasaan secara mental yang bisa tak tecermin dari usia.
Sementara jika kamu menikah dalam keadaan masih childish, jangan berpikir setelahnya pasti lebih mudah buatmu menjadi pribadi yang lebih matang. Berbahaya sekali apabila kamu dan pasangan bermain-main soal kedewasaan psikis. Bahtera perkawinan bisa terus digoyang berbagai masalah.
Lalu bagaimana kalau kalian telanjur menikah, tetapi tak tahu telah termasuk dewasa untuk ukuran pasutri atau belum? Cek dari enam tanda belum dewasa meski sudah berumah tangga berikut ini. Satu saja cocok dengan keadaan hubungan kalian, kedua belah pihak wajib memperbaiki diri.
1. Bertengkar gak lihat-lihat tempat dan suasana

Orang dewasa juga bisa bertengkar. Namun, mereka masih memperhatikan kepantasan tempat dan situasi. Apalagi pertengkaran dengan pasangan pasti dijaga betul agar tidak meledak di sembarang tempat.
Sementara itu, pasutri yang masih kekanak-kanakan gak peduli lagi bila sudah terbawa emosi. Di mana pun dan kapan pun mereka dapat mengamuk seperti dua orang yang tak pernah saling mencintai. Malah dari keributan itu seolah-olah keduanya terlahir untuk saling membenci.
Cek seberapa sering kamu serta pasangan berantem di tempat umum. Atau, pertengkaran terjadi di rumah saudara atau orangtua masing-masing. Seperti di tengah-tengah acara keluarga besar. Kalian dikenal sebagai pasangan perusak suasana.
2. Masih minta duit ke orangtua, mertua, atau saudara

Ini menandakan kalian secara finansial belum mampu menyangga kebutuhan-kebutuhan sendiri. Padahal, ketika kalian menikah ada janji seputar kewajiban menafkahi. Artinya, soal uang seharusnya bukan lagi kendala besar.
Walaupun kalian tidak kaya raya, setidaknya pendapatan masih cukup buat hidup sederhana bersama anak. Bukan malah sehabis pernikahan bahkan hingga beberapa tahun setelahnya, kamu dan pasangan masih mengharapkan support keuangan.
Kalian yang menikah, tetapi orang-orang di sekitar yang direpotkan oleh persoalan biaya. Seakan-akan mereka gak memiliki beban ekonomi masing-masing. Apabila dirimu serta pasangan benar-benar dewasa, hal seperti ini tak bakal terjadi. Kalian lebih memilih bekerja keras atau menjual apa yang dimiliki ketimbang minta uang ke keluarga besar.
3. Susah mengalah sama anak

Bukan maknanya semua keinginan anak harus dimenangkan dari pendapat orangtua. Hanya saja, orangtua yang gak dewasa berperilaku sangat egois di depan anak. Contohnya, anak perlu diantar ke sekolah.
Namun, kamu atau pasanganmu berkeras tetap tidur karena merasa capek. Atau, anak butuh uang untuk membayar iuran sekolah dan membeli buku. Akan tetapi, salah satu dari kalian menyuruh anak minta tambahan waktu pada guru.
Bukan karena uangnya benar-benar tidak ada. Namun, kamu atau pasangan ingin memakai uang tersebut buat arisan dulu. Atau, beli gadget baru yang gak urgen untuk pekerjaan dan cuma buat bergaya.
4. Ketika bertengkar dengan pasangan, anak ditelantarkan

Sikap tidak bertanggung jawab bahkan kejam begini amat membahayakan kesejahteraan anak baik secara fisik maupun psikis. Anak belum bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik. Anak tidak punya uang atau kemampuan menghasilkan uang.
Bahkan anak batita bergantung sepenuhnya pada orangtua atau orang dewasa di sekitarnya. Sekalipun cuma satu di antara pasutri yang berbuat begini tiap kesal, tetap tidak bisa dibenarkan. Anak yang mulai dapat berpikir akan merasa tidak dicintai oleh ayah atau ibu yang mengabaikan atau menelantarkannya.
Dia juga bisa mengira penyebab masalah orangtua sesungguhnya dirinya. Sementara pasangan yang mesti mengurus anak sendirian mengalami beban lebih besar ketimbang kamu yang pergi begitu saja. Tambah buruk kalau sampai orang lain harus mengambil alih pengasuhan anak buat sementara waktu.
Seperti anak dirawat dulu oleh kakek dan neneknya bahkan tetangga kalian. Anak bukan benda mati yang dapat sembarangan ditaruh, ditinggalkan, lalu diambil kembali. Sekali kalian menjadi orangtua, selamanya terikat dengan anak hingga ia dewasa serta mandiri.
5. Masalah rumah tangga diumbar ke mana-mana

Pasangan dengan kedewasaan minim tidak henti-hentinya menciptakan drama terkait hubungan mereka. Persoalan yang sudah benar cukup diketahui dua orang justru sengaja disebarluaskan. Seperti melalui media sosial atau bercerita ke teman, tetangga, dan keluarga.
Masalahmu dan pasangan seakan-akan coba diangkat sebagai berita utama yang mesti disimak semua orang. Tidak ada manfaatnya. Justru tindakan begini mempermalukan keluarga kalian. Juga akan memperbesar persoalan.
Tindakan mengumbar masalah rumah tangga berbeda dengan kalian serius mencari pertolongan guna mengatasinya. Kalau sekadar butuh bantuan pihak ketiga, kalian hanya perlu bercerita pada orang yang tepercaya. Misalnya, orangtua atau konselor yang akan menjadi penengah.
6. Gak ada inisiatif buat mencari tempat tinggal sendiri

Beda cerita jika orangtua menghendaki kalian tetap tinggal bersama mereka karena alasan yang penting. Seperti dari segi kesehatan mereka tak lagi merasa aman buat tinggal berdua saja di rumah. Namun, selama mereka masih cukup sehat semestinya kamu dan pasangan tinggal terpisah.
Gak usah menunggu saudara lain menyindir kalian. Begitu kalian telah berencana menikah, langsung sampaikan perihal rencana tempat tinggal. Bahkan kalau kalian mesti mengontrak.
Ketiadaan inisiatif buat tinggal terpisah menjadi tanda kurangnya kedewasaan karena terkait kebutuhan utama. Pangan, sandang, dan papan semestinya dapat diusahakan sendiri oleh pribadi dewasa apalagi telah berumah tangga. Kalau kalian terus ikut orangtua gak merasakan mencari uang buat beli rumah atau bayar sewa. Biaya listrik, air, dan makan juga tumpang tindih dengan uang orangtua.
Beberapa tanda belum dewasa meski sudah berumah tangga jadi bukti bahwa gak ada jaminan orang bakal lebih mature selepas menikah. Maka sebaiknya baik pria maupun perempuan mendewasakan diri dulu sebaik mungkin sebelum berumah tangga. Itu akan membuat pernikahan lebih stabil serta bahagia.



















