5 Tanda Terlalu Keras pada Diri Sendiri, Padahal Sudah Cukup Hebat!

- Sulit menerima pujian atau pengakuan, tidak pernah melakukan self-reward, dan meragukan ketulusan orang lain saat memuji.
- Membandingkan diri dengan orang lain secara berlebihan di era media sosial, sering merasa inferior, dan melihatnya dari perspektif negatif.
- Tidak pernah puas dengan pencapaian, selalu mencari kekurangan, terus menetapkan tujuan yang lebih tinggi, dan tidak mengizinkan diri untuk menikmati hasil kerja keras.
Apakah kamu sering merasa tidak cukup baik, meskipun kamu tahu sudah melakukan yang terbaik? Di dunia yang serba cepat dan penuh tekanan ini, mudah sekali terjebak dalam lingkaran kritik diri yang gak berujung. Kita cenderung membandingkan diri dengan orang lain atau standar yang kurang realistis, dan akhirnya melupakan semua pencapaian dan kehebatan yang sudah kita miliki.
Jika kamu merasa terus-menerus mengejar kesempurnaan dan jarang merasa puas, mungkin kamu terlalu keras pada diri sendiri. Mengenali tanda-tanda ini adalah langkah pertama untuk membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri dan mengakui nilai sejati atas dirimu. Coba cek, apakah lima tanda ini muncul pada dirimu?
1. Sulit menerima pujian atau pengakuan

Jangankan mau melakukan self–reward. Bahkan merasa bangga atau memuji diri sendiri saja tidak pernah kamu lakukan. Sebenarnya Ini bukan narsis atau sombong, tapi justru sebagai bentuk apresiasi diri. Jika kamu selalu mengabaikan pencapaianmu dan gak pernah mengapresiasi sama sekali, maka jelas bahwa kamu termasuk orang-orang yang terlalu keras pada diri sendiri.
Ini juga dapat dilihat dari bagaimana reaksimu ketika orang lain memuji pekerjaan atau pencapaianmu. Apakah kamu mengecilkan diri, mengalihkan pembicaraan, atau bahkan meragukan ketulusan mereka? Jika ya, kamu mungkin merasa bahwa apa yang kamu lakukan belum cukup untuk mendapatkan pujian, meskipun orang lain melihatnya sebagai hal yang luar biasa.
2. Membandingkan diri dengan orang lain secara berlebihan

Di era media sosial seperti sekarang, social comparison seolah gak bisa dihindari, bahkan jadi bagian dalam hidup. Di satu sisi, membandingkan diri dengan orang lain dapat menjadi sumber motivasi dan dorongan untuk terus tumbuh dan berkembang. Di sisi lain, banyak orang justru melihatnya dari perspektif negatif yang berdampak buruk pada kondisi mental.
Jika kamu terus-menerus membandingkan hidup, karier, atau penampilanmu dengan orang lain dan selalu berakhir merasa inferior, ini adalah tanda bahwa kamu sudah terlalu keras pada diri sendiri. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki perjalanan uniknya sendiri, dan apa yang kamu lihat dari orang lain itu tidak selalu cerita seluruhnya.
3. Tidak pernah puas dengan pencapaian

Kamu baru saja menyelesaikan proyek besar, mendapatkan promosi, atau mencapai tujuan penting. Namun, alih-alih merayakan, kamu langsung mencari kekurangan, berpikir tentang apa yang bisa dilakukan lebih baik, atau langsung menetapkan tujuan yang lebih tinggi dan lebih menantang. Ketika gagal, itu terus terngiang di kepala. Tapi saat berhasil, rasanya cuma lewat begitu saja.
Padahal, yang namanya self-growth itu juga tentang mengenali pencapaian, sekecil apapun. Jika kamu tidak pernah merasakan kepuasan yang mendalam setelah mencapai sesuatu, ini menunjukkan bahwa standar kamu terlalu tinggi dan kamu tidak mengizinkan diri sendiri untuk menikmati hasil kerja keras.
4. Selalu memaksakan diri hingga batas kelelahan fisik dan mental

Apakah kamu sering bekerja sampai larut malam, melewatkan waktu istirahat, atau mengabaikan kebutuhan pribadi? Memaksakan diri hingga kelelahan, baik secara fisik maupun mental, sering kali merupakan akibat dari keyakinan bahwa kamu harus selalu berusaha lebih keras untuk membuktikan nilai diri. Ini adalah siklus berbahaya yang tidak hanya merusak kesehatan, tetapi juga menghalangimu untuk melihat bahwa kamu sudah melakukan banyak hal yang luar biasa.
Lebih parah lagi apabila kamu selalu merasa bersalah ketika sedang istirahat. Padahal, istirahat itu juga bagian dari produktivitas. Kalau kamu gak ngasih waktu buat diri sendiri bernafas, kamu bakal burn out pelan-pelan. Kondisi semacam ini disebut productivity guilt.
5. Dipenuhi rasa bersalah atau tidak cukup baik

Perasaan bersalah atau tidak cukup baik yang konstan, bahkan untuk hal-hal kecil, adalah indikator kuat dari kritik internal yang berlebihan. Kamu mungkin menyalahkan diri sendiri atas kegagalan kecil, meragukan kemampuanmu sendiri, atau merasa bahwa kamu selalu bisa melakukan lebih baik. Pikiran semacam ini bisa mengikis kepercayaan diri dan membuatmu merasa lelah secara emosional, meskipun kamu sudah bekerja keras dan mencapai banyak hal.
Kalau kamu merasa relate sama poin-poin di atas, bukan berarti kamu lemah. Justru itu tanda kamu peduli dan ingin jadi lebih baik. Tapi ingat, jadi lebih baik gak harus lewat cara menyiksa diri sendiri. Kamu boleh ambisius, tapi juga harus belajar kasih pelukan buat diri sendiri!