Tantangan Fish Go hingga Jadi Aplikasi yang Diandalkan Nelayan Badung

Niat baik tidak selalu diterima dengan baik pula. Namun, niat baik pasti akan menemukan akhir yang baik. Ungkapan tersebut sesuai untuk menggambarkan perjuangan I Gede Merta Yoga Pratama dalam memperkenalkan Fish Go untuk para nelayan di Kabupaten Badung, Bali.
Laki-laki yang akrab disapa Yoga adalah sosok di balik terciptanya Fish Go, sebuah aplikasi berbasis navigasi yang mampu melacak keberadaan ikan di laut. Aplikasi ini dibuat dengan tujuan bisa mendukung pekerjaan para nelayan tradisional setempat agar bisa mengetahui di mana titik yang banyak dihuni ikan.
Aplikasi tersebut menuai kesuksesan dan kini telah dimanfaatkan secara maksimal oleh nelayan setempat. Berkatnya pula, hasil tangkapan nelayan Badung meningkat pesat dengan waktu melaut dan bahan bakar yang lebih efisien. Akan tetapi, tak banyak yang tahu bahwa kesuksesan tersebut tak didapatkan Yoga secara instan. Ia telah menelan begitu banyak pil pahit penolakan dari para nelayan di awal memperkenalkan Fish Go.
1. Yoga yang bukan perokok harus rela merokok agar bisa mengobrol dengan para nelayan
Yoga mulai merintis Fish Go sejak tahun 2017. Namun di awal pembuatannya, Fish Go berupa website yang berisi informasi geografis hingga koordinat area penangkapan ikan. Akan tetapi, Yoga sadar bahwa ternyata para nelayan tidak biasa membuka website saat melaut. Ia pun memutar otak kembali dan akhirnya mengalihkan website tersebut untuk menjadi aplikasi.
Laki-laki yang mengenyam pendidikan S1 di Universitas Udayana ini mengungkapkan bahwa aplikasi dipilih karena nelayan terbiasa menggunakan smartphone di laut. Namun, biasanya untuk sekadar mendengarkan radio dan menelepon keluarga. Ia berpikir, penggunaan aplikasi akan memudahkan akses para nelayan terhadap data yang mereka olah.
Setelah Fish Go terbentuk, Yoga dan timnya menghadapi batu besar berikutnya, yaitu bagaimana cara memperkenalkan teknologi tersebut kepada para nelayan. Benar saja, aplikasi ini pun menuai penolakan keras saat Yoga memperkenalkannya. Walau begitu, ia merasa sikap defensif ini wajar karena para nelayan Badung terbiasa menggunakan cara tradisional selama ini.
"Ibaratnya, saya baru anak kemarin gitu, tiba-tiba ngajarin cara nyari ikan, ya pasti ditolak, kan. Saya sudah nyoba sama teman-teman di 2017-2018, itu penolakannya keras," ungkap Yoga saat diwawancarai.
Ia mengatakan, salah satu upaya dan pengorbanan yang dilakukannya untuk bisa ngobrol dengan para nelayan adalah ikut merokok bersama mereka. Padahal, sebenarnya Yoga bukanlah seorang perokok. Namun ia sadar bahwa dengan menempatkan diri di "sepatu" mereka, ia bisa lebih memahami calon-calon pengguna aplikasinya itu.
"Bahkan saya bukan perokok pun harus pura-pura merokok supaya bisa ngobrol doang sama nelayan. Karena kalau kita tiba-tiba datang terus 'Pak saya punya teknologi gini-gini', wah, gak akan dihiraukan. Sudah berapa kali nyoba," imbuhnya.