Eklin Amtor de Fretes mendongeng untuk anak-anak Maluku (instagram.com/kak_eklin)
Bersama bonekanya, Dodi si Dongeng Damai, Eklin mulai menyusun dongeng yang disampaikannya kepada anak-anak. Ia memilih fabel atau dongeng dengan karakter hewan yang dinilai familier di segala kalangan, mulai anak-anak di bawah 8 tahun hingga lanjut usia.
Eklin mengungkapkan bahwa keputusannya mengajak Dodi diawali karena ia merasa tak percaya diri. Sebab selama ini, ia belajar mendongeng secara otodidak melalui YouTube. Ia pun merasa bahwa ada "seseorang" yang harus menemaninya dan boneka bisa mencuri perhatian anak-anak.
Ia mengatakan, "Nah, saya pikir sebagian besar pendongeng itu punya boneka. Jadi, pendongeng itu ciri khasnya dengan boneka, saya masih berpikir awam sekali seperti itu. Lalu, saya gunakan metode itu untuk mendongeng. Modal berani untuk bisa terjun ke situ."
Pemuda asal Ambon ini bahkan berhasil menguasai teknik ventrilokuisme, yaitu mendongeng tanpa menggerakkan bibir. Teknik ini dipelajarinya selama 2 minggu untuk "menghidupkan" Dodi.
Eklin kemudian memulai perjalanannya dengan mendongeng di sebuah wilayah pedalaman. Wilayah tersebut dihuni oleh kelompok agama suku. Eklin mencoba untuk masuk ke wilayah tersebut pada 1 Januari 2018. Namun ternyata, Eklin harus ikhlas mendapatkan penolakan dari warga setempat. Ia ditolak dan diusir dari wilayah tersebut karena dituduh hendak melakukan Kristenisasi, mengingat dirinya saat itu adalah seorang calon pendeta.
"Mereka berasumsi bahwa saya hendak melakukan Kristenisasi dengan menggunakan media mendongeng atau dengan masuk melalui anak-anak. Saya diusir, tapi itu gak mematahkan niat saya untuk terus melakukan aktivitas perdamaian bagi anak-anak," kata Eklin dengan semangat.
Laki-laki asal Ambon tersebut lantas pindah ke area agama suku lainnya pada tanggal 2 Januari 2018. Ternyata, usaha keduanya tersebut membuahkan hasil. Eklin diterima dan berhasil mendongeng bersama Dodi. Bahkan ia diizinkan untuk melakukannya di tempat umat agama suku itu melangsungkan upacara adat.
Setelahnya, Eklin mengunggah kegiatan mendongengnya itu di Facebook dan berhasil mendapatkan respons baik dari berbagai kalangan. Ia bahkan tak perlu lagi mencari-cari, tapi justru disediakan tempat di berbagai gereja, masjid, vihara, klenteng, pura, dan tempat-tempat keagamaan lainnya. Tak sampai di situ, Eklin juga mendatangi rumah sakit dan daerah bencana untuk menghibur anak-anak di sana.