Tepuk Sakinah Apakah Wajib? Adaptasi KUA Era Digital

- Tepuk sakinah tidak wajib dilakukan
- Meski tidak wajib, tepuk sakinah memberikan manfaat besar bagi calon pengantin
- Viralnya tepuk sakinah menandai adaptasi KUA di era digital
Viral di media sosial, sebuah fenomena unik muncul dari Kantor Urusan Agama (KUA) bernama “Tepuk Sakinah”. Aksi sederhana ini menarik perhatian banyak orang karena sarat makna dan mudah diikuti.
Gerakan yang penuh pesan tersebut dengan cepat menjadi perbincangan hangat sekaligus tren di kalangan calon pengantin. Lantas, apakah tepuk sakinah wajib dilakukan?
1. Tepuk sakinah apakah wajib?

Penghulu Kantor Urusan Agama (KUA) Menteng, Jakarta Pusat, Abdul Hakim, menegaskan bahwa calon pengantin tidak diwajibkan menghafal gerakan tepuk sakinah. Menurutnya, yang terpenting adalah memahami pesan di baliknya karena pernikahan merupakan ikatan sakral yang penuh tanggung jawab.
Abdul menjelaskan, bila tepuk sakinah hanya berfungsi sebagai ice breaking dalam sesi bimbingan perkawinan (binwin), terutama ketika dilaksanakan secara klasikal dengan banyak pasangan. Gerakan ini berisi materi singkat tentang lima pilar keluarga sakinah dan digunakan untuk mempermudah pengingat, bukan sebagai kewajiban.
Dengan metode tersebut, calon pengantin diharapkan kembali bersemangat mengikuti pembekalan, khususnya ketika suasana mulai jenuh setelah jam makan siang. Abdul juga menambahkan, jika tepuk sakinah tidak pernah digunakan dalam prosesi akad nikah karena ijab kabul merupakan momen sakral yang tidak boleh dicampur dengan unsur hiburan.
2. Makna tepuk sakinah

Tepuk sakinah, meski tidak menjadi kewajiban, tetap memberikan manfaat yang berarti bagi calon pengantin. Setiap kata dan gerakan di dalamnya berfungsi sebagai pengingat komitmen besar yang akan dijalani sepanjang hidup.
Gerakan ini sekaligus menanamkan pondasi kuat mengenai pentingnya kerjasama, saling menghargai, dan komunikasi dalam pernikahan. Meski popularitasnya bisa memudar, pesan yang terkandung tetap harus hidup dalam setiap rumah tangga.
3. Adaptasi KUA di era digital

Viralnya tepuk sakinah menandai pergeseran menarik dalam penyampaian edukasi pranikah. Hal ini membuktikan bahwa KUA mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman melalui inovasi kreatif.
Di tengah derasnya informasi singkat dan hiburan di media sosial, metode konvensional seperti ceramah kerap terasa membosankan bagi generasi muda. Tepuk sakinah hadir sebagai solusi yang menyegarkan, membuat proses bimbingan perkawinan lebih relevan dan menarik bagi milenial maupun gen Z.
Keberhasilan fenomena ini menjadi viral bukan hanya karena keunikannya, tetapi juga karena memenuhi kebutuhan masyarakat akan cara belajar yang lebih kreatif. Pesan-pesan penting tentang pernikahan dapat diterima dengan lebih baik ketika dikemas secara inovatif dan menyenangkan.
Fenomena tepuk sakinah kini menjadi studi kasus menarik tentang edukasi publik di era digital. Hal ini menunjukkan, bahwa metode kreatif dan adaptif dapat meningkatkan efektivitas penyampaian materi yang sebelumnya terkesan kaku.
Tepuk sakinah menunjukkan bahwa edukasi pranikah bisa disampaikan dengan cara yang kreatif dan menyenangkan. Meskipun tidak wajib, gerakan ini tetap memberikan pesan penting yang dapat memperkuat pondasi pernikahan calon pengantin.