Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Alasan Kerap Terjebak Ekspektasi Berlebih saat Usia Dewasa

ilustrasi sosok ambis (pexels.com/RDNE Stock Project)
ilustrasi sosok ambis (pexels.com/RDNE Stock Project)

Siap ataupun tidak, pada akhirnya kita akan memasuki tahap usia dewasa. Pada fase ini, kita memiliki tanggung jawab penuh terhadap diri sendiri. Bahkan sanggup menerima konsekuensi atas setiap keputusan yang sudah diambil. Menghadapi usia dewasa memang penuh tantangan.

Salah satu yang menarik, kehidupan di usia dewasa justru kerap terjebak ekspektasi berlebihan. Kita mendambakan kehidupan yang mulus sesuai dengan rencana. Padahal ekspektasi berlebihan justru memicu kekecewaan mendalam. Lantas, mengapa kehidupan di usia dewasa justru kerap terjebak ekspektasi berlebihan. Baca selengkapnya dalam artikel ini.

1. Adanya tekanan dari orang-orang sekitar

ilustrasi menghadapi tuntutan orang sekitar (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi menghadapi tuntutan orang sekitar (pexels.com/Thirdman)

Memasuki usia dewasa, kita memiliki tanggung jawab penuh atas setiap keputusan yang diambil. Baik keputusan dalam hal kecil maupun situasi krusial. Di satu sisi, kehidupan di usia dewasa juga kerap terjebak ekspektasi berlebihan.

Hal ini dilandasi oleh alasan yang unik. Kita akan menghadapi tekanan dari orang-orang sekitar. Orang dewasa sering merasa perlu memenuhi standar yang ditetapkan oleh masyarakat. Seperti sukses dalam karier, memiliki keluarga, atau mencapai stabilitas finansial.

2. Terlalu terobsesi dengan kesempurnaan

ilustrasi perfeksionis (pexels.com/Karolina Grabowska)
ilustrasi perfeksionis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Boleh saja kita memiliki ekspektasi akan suatu kehidupan yang dianggap ideal. Tapi tidak semua ekspektasi harus terpenuhi. Kita perlu mengontrol ekspektasi agar tidak melebihi batas yang seharusnya. Karena ini dapat menimbulkan kekecewaan mendalam jika tidak terpenuhi.

Lantas, mengapa kehidupan di usia dewasa kerap terjebak ekspektasi berlebihan? Ini disebabkan oleh orang-orang yang terlalu terobsesi dengan kesempurnaan. Banyak orang dewasa terjebak dalam keyakinan bahwa segala sesuatu harus sempurna. Pola pikir ini membuat mereka sulit menerima kesalahan atau pencapaian yang dianggap kurang.

3. Dipengaruhi keberadaan media dan representasi sosial

ilustrasi melihat handphone (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi melihat handphone (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mungkin kamu sudah tidak asing dengan keberadaan media sosial yang mendominasi. Bahkan menjadi kebutuhan bagi generasi muda dalam mengungkapkan ekspresi. Tapi di satu sisi, keberadaan media dan representasi sosial juga menjadi persoalan yang rumit.

Bahkan menjadi penyebab utama mengapa seseorang di usia dewasa kerap terjebak ekspektasi berlebihan. Sosial media kerap menampilkan gaya hidup yang dianggap ideal. Seperti keberhasilan instan atau gaya hidup mewah. Seseorang berekspektasi bahwa ia dapat memiliki kehidupan sedemikian rupa.

4. Ambisi yang tidak diimbangi realitas

ilustrasi sosok ambisius (pexels.com/RDNE Stock Project)
ilustrasi sosok ambisius (pexels.com/RDNE Stock Project)

Ambisi sebenarnya bisa menjadi motivasi agar selalu semangat dalam berusaha. Tapi dengan catatan, habis ini masih sesuai dengan pola pikir realistis. Sedangkan yang terjadi, banyak orang terjebak ambisi namun tidak memperhatikan realitas di lingkungan sekitar.

Pada akhirnya situasi ini menjadi alasan seseorang terjebak ekspektasi berlebihan di usia dewasa. Tanpa memahami batasan diri, seseorang akan menetapkan tujuan terlalu tinggi. Bahkan bertentangan dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki.

5. Rasa takut akan kegagalan yang tinggi

ilustrasi takut (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi takut (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kegagalan bisa saja terjadi dalam setiap alur kehidupan yang dijalani. Hai kegagalan dalam hal kecil, maupun kegagalan yang menyangkut persoalan serius. Tapi apa jadinya jika seseorang terjebak dalam rasa takut akan kegagalan yang kuat?

Ternyata juga menjadi alasan utama mengapa usia dewasa kerap terjebak ekspektasi berlebihan. Orang dewasa sering kali merasa malu jika gagal, sehingga mereka cenderung menetapkan ekspektasi tinggi untuk membuktikan diri. Namun, hal ini justru bisa menjadi bumerang jika harapan tersebut tidak tercapai.

6. Pengaruh dari masa lalu

ilustrasi diabaikan rekan kerja (pexels.com/Thirdman)
ilustrasi diabaikan rekan kerja (pexels.com/Thirdman)

Kehidupan yang kita jalani di era sekarang tidak bisa dipisahkan dari masa lalu. Karena lingkungan beserta orang-orang di dalamnya turut membentuk karakter yang sekarang. Bahkan ini memiliki pengaruh kuat terhadap alur kehidupan saat usia dewasa.

Hal ini sekaligus menjadi penyebab mengapa kehidupan di usia dewasa kerap terjebak ekspektasi berlebihan. Pengalaman atau harapan dari keluarga dan lingkungan masa kecil dapat menciptakan tekanan di usia dewasa untuk memenuhi ekspektasi tertentu. Kita menganggap standar sosial sebagai tolok ukur kesuksesan yang mutlak harus dicapai.

Usia dewasa sering kali diwarnai dengan terjebak ekspektasi berlebihan. Baik mengenai kehidupan pribadi, karier, atau rencana-rencana tertentu. Bahkan kita tidak mempertimbangkan kembali realitas di lingkungan sekitar. Padahal kondisi ini dapat menyebabkan seseorang larut dalam keterpurukan saat ekspektasi tidak tercapai.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us