Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tipe Buku yang Harus Dihindari Overthinker

ilustrasi membaca buku
ilustrasi membaca buku (pexels.com/Craig Adderley)
Intinya sih...
  • Konflik kompleks memenuhi isi cerita, memicu analisis berlebihan dan menguras energi.
  • Self-help menekan target berlebihan, menciptakan beban baru dan tekanan mental.
  • Nonfiksi berat dengan konsep abstrak berlapis, membuat jalannya membaca terasa lambat dan pikiran mudah terdistraksi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Buku sering menjadi tempat untuk mencari ketenangan, tetapi pilihan bacaan yang kurang tepat justru dapat membuat isi kepala meledak. Pembaca yang cenderung sering overthinking biasanya mudah terhanyut oleh hal kecil yang semestinya tidak perlu dipikirkan terlalu dalam. Kondisi ini membuat proses membaca terasa memusingkan daripada menenangkan.

Oleh sebab itu, mengenali tipe buku yang berpotensi memicu overthinking berlebihan menjadi hal yang penting. Tujuannya agar kegiatan membaca tetap nyaman bagimu. Berikut beberapa tipe buku yang harus dihindari overthinker jika tujuanmu adalah membaca tanpa menambah beban mental.

1. Konflik yang kompleks memenuhi isi cerita

ilustrasi membaca buku
ilustrasi membaca buku (pexels.com/cottonbro studio)

Cerita dengan konflik berlapis sering mengajak pembaca menebak motif tokoh dari awal hingga akhir sehingga alurnya terasa padat. Overthinker cenderung mengikuti setiap isyarat kecil dan mencoba menyatukan semua petunjuk seolah setiap detail pasti penting. Alur seperti ini menuntut konsentrasi tinggi karena setiap bab membawa pertanyaan baru yang belum tentu relevan. Dampaknya, kegiatan membaca terasa lebih menguras energi .

Buku semacam ini sering mendorong kebiasaan menelusuri hal yang sebenarnya tidak wajib dipahami. Pembaca akhirnya menghabiskan waktu untuk menafsirkan detail kecil hingga kehilangan kesempatan menikmati jalur ceritanya. Situasi ini membuat kepala terasa penuh karena fokus tidak berhenti pada inti yang ingin disampaikan penulis. Contoh buku dengan pola konflik berlapis bisa terlihat pada novel seperti Gone Girl karya Gillian Flynn yang bercerita tentang hilangnya seorang istri dan manipulasi psikologis di baliknya, sebuah tema yang penuh twist dan rentan memancing analisis berlebihan.

2. Self-help yang menekan target berlebihan

Ilustrasi membaca buku
Ilustrasi membaca buku (pexels.com/cottonbro studio)

Buku self-help tertentu menyusun standar hidup ideal yang sulit diterapkan sehingga pembaca merasa selalu mempunyai kekurangan. Overthinker sering meninjau ulang seluruh aspek hidupnya setelah membaca bagian yang seolah menuntut perubahan. Adanya tekanan dari isi buku membuat pembaca merasa belum mencapai apa pun meskipun sudah berusaha sesuai kemampuan.Buku dengan target yang kuat sering tidak mempertimbangkan kapasitas tiap pembaca sehingga pesannya lebih terasa memaksa daripada memotivasi.

Isinya memancing evaluasi terus-menerus karena pembacanya mencoba menyesuaikan diri dengan formula hidup yang tidak realistis. Lama kelamaan, kegiatan membaca menciptakan beban baru yang membuat pikiran semakin tegang. Contoh buku yang sering menimbulkan respons seperti ini adalah jenis self-help berbasis life-hack ekstrem atau revolusi diri 30 hari seperti You Are a Badass karya Jen Sincero yang mendorong perubahan agresif dan dapat terasa menekan bagi pikiran yang sensitif.

3. Nonfiksi berat dengan konsep abstrak berlapis

ilustrasi membaca buku
ilustrasi membaca buku (unsplash.com/Christina @ wocintechchat.com)

Nonfiksi yang membahas teori secara luas biasanya menyajikan informasi dengan struktur padat sehingga menuntut konsentrasi lebih. Overthinker sering mencoba menghubungkan seluruh gagasan dalam satu pemahaman utuh. Proses ini membuat jalannya membaca terasa lambat karena banyak waktu tersita untuk menganalisis materi tambahan di luar inti pembahasan.

Konsep abstrak yang bertumpuk juga mengganggu aktivitas membaca karena pikiran mudah terdistraksi oleh penjelasan tambahan. Overthinker mudah terpancing untuk mengecek hubungan antar konsep hingga kesimpulannya melebar ke arah yang tidak direncanakan. Situasi ini menciptakan rasa lelah sebelum buku selesai dibaca. Contoh buku yang sering memunculkan kondisi tersebut antara lain A Brief History of Time karya Stephen Hawking yang membawa teori fisika kompleks sehingga pembaca mudah merasa harus memahami seluruh detailnya.

4. Kisah dengan tema emosional yang intens

ilustrasi membaca buku
ilustrasi membaca buku (pexels.com/Thought Catalog)

Cerita dengan tema luka masa lalu, trauma keluarga, atau hubungan yang penuh ketegangan sering memberi dampak emosional yang kuat. Overthinker mudah ikut meresapi beban tokoh lalu menghubungkannya dengan situasi pribadi sehingga emosinya ikut terbawa. . Tema emosional dapat memperkaya pemahaman tentang empati, tetapi bagi overthinker justru memicu kekhawatiran.

Setiap adegan memunculkan pertanyaan baru yang tidak perlu diselesaikan. Setelah beberapa halaman, kepala terasa penuh karena reaksi emosional yang kamu rasakan. Contoh buku dengan intensitas tinggi seperti A Little Life karya Hanya Yanagihara mengangkat pengalaman traumatis yang berat dan berpotensi memicu kelelahan emosional.

5. Buku motivasi dengan gaya persuasif yang terlalu menekan

ilustrasi seorang wanita tengah membaca buku
ilustrasi seorang wanita tengah membaca buku (Pexels.com/Monstera)

Beberapa buku motivasi memakai gaya penyampaian yang seolah mengharuskan pembaca berubah sesegera mungkin tanpa mempertimbangkan kapasitas diri. Overthinker mudah merasakan tekanan dari kalimat persuasif yang berulang sehingga muncul kesan bahwa perubahan harus terjadi sekarang juga. Pada akhirnya, pembaca merasa seakan-akan selalu tertinggal meskipun sudah melakukan hal terbaik.

Gaya penulisan yang terlalu mempengaruhi juga membuat pembaca sulit memproses pesan yang diberikan. Overthinker menyerap hal tersebut sehingga muncul tuntutan baru yang aslinya tidak diperlukan. Situasi ini menciptakan kelelahan mental yang muncul tanpa disadari. Sebagai contoh, beberapa buku motivasi berorientasi tinggi seperti The 10X Rule karya Grant Cardone menekankan motivasi tinggi yang tidak barang kali memang selalu kompatibel dengan overthinker.

Mengetahui tipe buku yang harus dihindari overthinker dapat membantu menjaga fokus tanpa memicu respons yang melebar ke arah yang tidak diperlukan. Overthinker membutuhkan bacaan yang memberi ruang untuk bernapas agar kegiatan membaca tetap menjadi kegiatan yang menenangkan. Dari lima tipe buku ini, mana yang menurutmu paling perlu dihindari agar pengalaman membaca tetap nyaman?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Ide Hadiah DIY dari Kayu Palet Bekas, Unik dan Ramah Lingkungan

19 Nov 2025, 21:04 WIBLife