6 Tips Gak Utang di Warung Tetangga dan Pedagang Keliling

- Berutang di minimarket atau mal menggunakan kartu kredit, tapi berutang di warung tetangga atau pedagang keliling jangan jadi kebiasaan.
- Belanja tanpa perencanaan bisa membuatmu terpaksa berutang, sehingga penting untuk membeli sesuai rencana agar tidak terjebak utang.
- Utang kecil di warung tetangga juga perlu diwaspadai karena tidak dapat disepelekan dan harus segera diselesaikan.
Kamu pasti pernah belanja di minimarket atau mal. Di kedua tempat tersebut, dirimu tidak bisa berutang. Kalaupun kamu tak punya cukup uang, dirimu menggunakan pembayaran dengan kartu kredit. Utangmu pada bank yang mengeluarkan kartu itu.
Namun, warung tetangga serta pedagang keliling yang rutin lewat di depan rumah kerap menjadi tempat warga berutang. Apakah kamu salah satunya? Jika dirimu dalam keadaan terpaksa sekali tentu silakan. Tetangga pemilik warung atau pedagang keliling langgananmu juga pasti memahami.
Akan tetapi, jangan sampai aktivitas utang di warung tetangga dan pedagang keliling menjadi kebiasaan. Ada atau gak ada uang tetap saja kamu tidak membayar lunas belanjaanmu dan cuma meminta mereka mencatat kekurangannya. Hobi ngutang di warung tetangga atau pedagang keliling seperti pedagang sayur dan bakso mesti dihentikan. Bangun kesadaranmu serta lakukan enam hal ini.
1. Siapkan uang receh buat mengantisipasi gak ada kembalian

Utang bisa disebabkan sesimpel gak ada uang kembalian. Kamu sebenarnya juga tidak ingin berutang. Dirimu bahkan telah membawa uang yang cukup banyak, seperti selembar 100 ribu rupiah. Itu lebih dari cukup buat membayar belanjaanmu yang mungkin cuma 30 ribu rupiah.
Namun justru karena uangmu terlalu besar, pedagang tidak punya uang kembalian. Kalaupun ada, tak sesuai dengan yang seharusnya. Dia kemudian memintamu buat membawa dulu uangnya. Besok-besok saja kamu membayarnya. Maksudnya baik guna memudahkanmu.
Hanya saja, tetap dirimu menjadi meninggalkan utang di warung tetangga atau pedagang keliling. Terutama di pagi hari ketika kebanyakan penjual belum menerima banyak uang, bawalah uang receh. Meski total belanjamu hanya 30 ribu rupiah, bila uangmu 50 ribu rupiah lebih mungkin dapat kembalian daripada jika uangmu 100 ribu rupiah. Syukur-syukur dirimu memakai uang pas saja.
2. Belanja dengan perencanaan

Belanja tanpa perencanaan matang tidak hanya membuatmu rentan boros. Kamu juga bisa terpaksa berutang lantaran uang yang dibawa ternyata kurang. Contohnya, tadinya dirimu cuma ingin membeli sayuran, tahu, tempe, dan telur. Sesampainya kamu di warung tetangga ternyata juga ada daging segar.
Seketika dirimu tak tahan buat membelinya. Padahal, uangmu hanya pas untuk membayar sayuran, tahu, tempe, serta telur. Utang pun menjadi solusi agar kamu tetap dapat membawa pulang daging tersebut. Lain kali berbelanjalah sesuai dengan rencana saja.
Produk di luar itu bisa dimasukkan ke daftar belanja berikutnya. Toh, dengan kamu tetap berbelanja bahan makanan sesuai rencana juga masih bisa makan. Artinya, produk tambahan di luar itu sebenarnya kurang diperlukan dan malah menimbulkan utang yang bikin malu.
3. Jangan bawa uang terlalu mepet

Belanja dengan perencanaan lebih baik daripada tidak pakai daftar sama sekali. Namun, itu belum menjamin uangmu cukup. Harga berbagai barang sangat mungkin berubah dari hari ke hari. Selisih 500 rupiah pun kalau dikalikan jumlah produk yang dibeli bisa banyak.
Uang yang minggu lalu cukup untuk membeli kebutuhan yang sama kini masih kurang. Sebokek-bokeknya kamu, usahakan tetap ada kelebihan uang di dompet atau saku. Tidak usah terlalu banyak daripada dirimu malah tergoda buat memakai uangnya untuk lain-lain.
Misalnya, biasanya kamu butuh 45 ribu rupiah buat membayar produk yang sama. Tapi ada kemungkinan hari ini terjadi kenaikan harga di beberapa produk. Atau, produk kemasan kecil yang dicari olehmu habis dan hanya tersisa produk kemasan sedang. Kamu yang tidak bisa lagi menunda pembelian sebab hendak segera memakainya dan gak bawa uang lebih bakal memilih berutang.
4. Ingat, mereka harus memutar modal buat besok

Perputaran uang di warung tetangga serta pedagang keliling langgananmu sangat cepat. Uang yang diperoleh hari ini sebagian besarnya akan digunakan kembali sebagai modal berdagang besok. Cuma sebagian kecilnya yang masuk ke kantong dan dipakai buat makan.
Atau, tetangga masih berutang produk ke distributor. Uang hasil penjualan bakal disetorkan ke distributor biar suplai barang lancar. Kalau kamu suka berutang, itu artinya dirimu menghambat perputaran uang di usaha mereka. Sudah untung mereka tidak besar, masih pula tersendat-sendat akibat kebiasaanmu ngutang.
Jangan sampai dirimu menjadi penyebab orang lain gak bisa lagi berjualan. Hindari pula pemikiran utang 2 ribu rupiah kecil. Sebab boleh jadi itu masih lebih besar daripada keuntungan yang mereka ambil dari setiap produk yang terjual. Untung mereka barangkali hanya 1000 rupiah.
5. Malu dengan rumah dan pekerjaanmu plus tetangga lainnya

Tetangga pemilik warung dan pedagang keliling tahu betul kamu tidak hidup terlunta-lunta. Dirimu memiliki tempat tinggal baik rumah kontrakan atau bahkan pribadi. Jika kamu bisa membeli rumah atau membayar kontrakan, gak ada alasan buatmu tidak mampu membayar belanjaan.
Total harga belanjaanmu tak ada apa-apanya dari harga rumah atau biaya sewa per bulannya. Belum lagi kalau di rumahmu ada kendaraan pribadi dan berbagai perabot. Tanpa ada orang yang menggunjingkan atau mengolok-olokmu pun semestinya dirimu malu buat berutang di warung tetangga atau pedagang keliling.
Kamu tak tahu seperti apa rumah pedagang keliling itu. Tetangga yang buka warung pun barangkali cuma memanfaatkan teras rumahnya yang lebih kecil daripada rumahmu. Belum lagi pekerjaanmu diketahui orang-orang cukup bergengsi. Jaga martabatmu dengan gak lagi ngutang pada mereka.
6. Awas, usia tak ada yang tahu

Bukan cuma utang besar yang perlu diwaspadai. Utang kecil-kecil di warung tetangga serta pedagang keliling juga tidak dapat disepelekan. Kelihatannya mudah buatmu membayarnya. Mungkin besok atau lusa juga dirimu sudah bisa melunasinya.
Apalagi kalau penyebab kamu berutang cuma lupa gak bawa uang atau tak ada uang kecil. Akan tetapi, tidak seorang pun tahu kapan ajal dirinya maupun orang di sekitarnya akan datang. Sekalipun utangmu cuma Rp5 ribu, kamu tetap tak bisa membayar jika ajalmu telah tiba.
Pun utang-utang kecil seperti ini malah jarang diberitahukan ke keluargamu. Dirimu terlalu yakin bakal dapat membayarnya. Begitu juga seandainya pedagangnya yang duluan berpulang. Kamu cuma heran pedagang keliling tersebut tidak lagi masuk ke kompleks perumahanmu.
Tanpa dirimu tahu alamat atau nomor teleponnya, boleh jadi ia bukan sekadar ganti rute berjualan. Namun, dia telah pergi ke alam yang berbeda. Selesaikan urusan duniamu terutama terkait jual beli dan uang sesegera mungkin.
Utang di warung tetangga dan pedagang keliling jelas perlu dipikirkan serta dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, bukan lantas utang kecil di warung tetangga atau pedagang keliling dianggap biasa. Bedakan antara kamu terpaksa berutang dengan kebiasaan ngutang yang sebenarnya bikin pedagang kesal. Jauhi yang terakhir, ya.