IWF 2019: Langkah Tunggal Pawestri Memperjuangkan Isu Perempuan

Mari memperjuangkan hak perempuan!

Tunggal Pawestri dikenal sebagai Gender & Human Rights Consultant di Indonesia. Dirinya sudah membantu menyuarakan isu perempuan sejak 20 tahun lalu. Waktu yang panjang tersebut, membuat dirinya memiliki masa-masa yang kurang menyenangkan. Namun, dirinya masih bertahan hingga saat ini untuk memperjuangkan suara perempuan. 

"Orang-orang sekeliling saja, mendukung saya melakukan ini," ujar Tunggal saat ditemui dalam acara Indonesia Writers Festival 2019 pada 6 September 2019. Hal itulah yang membuat dirinya tidak menyerah memperjuangkan isu-isu perempuan.

1. Menurut Tunggal, kekerasan seksual pada perempuan meningkat dari waktu ke waktu. Sayang, RUU penghapusan kekerasan seksual tak kunjung usai

IWF 2019: Langkah Tunggal Pawestri Memperjuangkan Isu PerempuanIDN Times/Febriyanti Revitasari

Banyak upaya yang sudah dilakukan untuk meminimalisir kekerasan seksual terhadap perempuan. Dalam hal kekerasan seksual, bukan hanya perempuan yang harus diberikan dukungan. Dari sisi laki-lakinya pun, harus memiliki pendidikan mengenai penghormatan terhadap tubuh perempuan, kedaulatan tubuh perempuan, dan tidak sembarangan melecehkan.

Perlindungan hukum yang baik merupakan prioritas untuk melindungi perempuan dari kekerasan seksual. “Persoalannya, RUU penghapusan kekerasan seksual saja belum selesai,” ujar Tunggal Pawestri. Banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Salah satunya adalah cara mengedukasi.

2. Sementara itu, ia juga melihat kecenderungan bahwa kekerasan terhadap fisik akan berpengaruh kepada kesehatan mental

IWF 2019: Langkah Tunggal Pawestri Memperjuangkan Isu PerempuanIDN Times/Febriyanti Revitasari

Saat ini, kekerasan fisik terhadap perempuan memang lebih menjadi perhatian daripada mental. "Sebenarnya, kekerasan fisik dapat berakibat kepada kekerasan mental pula," tutur Tunggal. Jika berbicara angka, kekerasan fisik dan mental terhadap perempuan akan berjalan selaras karena saling berpengaruh satu dengan yang lainnya. 

3. Belum habis kekerasan seksual, masih ada body shaming yang juga bisa menimpa perempuan. Tunggal menyarankan kita untuk melawannya

IWF 2019: Langkah Tunggal Pawestri Memperjuangkan Isu PerempuanIDN Times/Febriyanti Revitasari

Kampanye kepada publik adalah salah satu cara untuk melawan sikap bullying dan body shaming terhadap perempuan. Di mana kampanye tersebut, dapat menjelaskan bahwa perilaku semacam ini memang tidak baik untuk dilakukan.

Penghormatan kepada perempuan dan tubuh memang tidak diajarkan di sekolah. Hal tersebut menjadi tugas kita untuk membantu mengedukasi lingkungan sekitar. "Yang bisa kita lakukan itu adalah melawan perilaku bullying tersebut," sarannya.

Baca Juga: IWF 2019: Tunggal Pawesteri Ingin Lawan Patriarki Lewat Media Sosial

dm-player

4. Pernah mendapati kasus yang membuatnya terenyuh, kekerasan seksual terhadap perempuan disabilitas pun perlu diperhatikan

IWF 2019: Langkah Tunggal Pawestri Memperjuangkan Isu PerempuanIDN Times/Dian Ayu Gustanty

Selain perempuan pada umumnya, perempuan dengan kondisi disabilitas pun perlu dilindungi. Mereka yang memiliki disabilitas pada mental, lebih memiliki kecenderungan untuk menjadi korban kekerasan seksual.

“Suatu waktu, terdapat kasus seorang siswi di Sekolah Luar Biasa (SLB) mengalami pelecehan seksual dari gurunya sendiri. Korban pun tidak dapat melakukan apa pun karena tidak memiliki kekuatan,” kata Tunggal mengisahkan pengalamannya.

Sebagai sesama perempuan, kita harus memperhatikan mereka. Lantas, bisa saling membantu memperjuangkan hak perempuan. 

4. Terbiasa memperjuangkan isu-isu perempuan, rupanya Tunggal merasa belum bisa menjadi perempuan hebat sebagaimana ia definisikan

IWF 2019: Langkah Tunggal Pawestri Memperjuangkan Isu PerempuanIDN Times/yolandavania

"Perempuan hebat merupakan perempuan yang dapat memutuskan mengenai dirinya sendiri. Setiap keputusan yang dibuat, selalu memiliki pengetahuan," jelas dia. Tidak cuma itu, ia berani mengatakan hal-hal yang menjadi pilihan hidupnya dan bersedia mendukung orang lain, terutama sesama perempuan. 

Meskipun begitu, Tunggal merasa masih jauh dari sosok yang ia definisikan itu. Sebagai manusia, ia pun memiliki rasa lelah yang dapat menghambat penjelasannya tersebut. Namun ketika ditanya tentang sosok hebat yang jadi inspirasinya, ibunya sendiri jawabannya.

"Ibu dapat menjadi wanita yang independen dan mampu merangkul keluarganya saat berada dalam kesulitan. Ibu dapat menjadi sosok yang kuat dan mampu memegang seluruh peran dalam rumah tangga," ujar perempuan kelahiran 26 Januari 1976 tersebut.

6. Sebelum menutup perbincangan, Tunggal memberikan pesan bermakna untuk seluruh perempuan Indonesia

IWF 2019: Langkah Tunggal Pawestri Memperjuangkan Isu PerempuanIDN Times/Febriyanti Revitasari

"Jangan pernah takut mengungkapkan hal yang dianggap tidak menyenangkan. Beranilah untuk menolak hal yang sudah melenceng. Jika mengalami kekerasan seksual, jangan pernah sungkan untuk bercerita ke orang terdekat atau kepada organisasi yang menangani kekerasan terhadap perempuan," pesannya soal kekerasan seksual.

Menurutnya, pertolongan dari organisasi semacam itu akan sangat membantu. Saat ini, banyak organisasi yang dengan senang hati mau membantu. Bahkan, mereka dapat dijangkau hanya melalui telepon dan tidak menyulitkan dengan aneka persyaratan.

Baca Juga: IWF 2019: Marchella FP, "Cukup Itu Lebih dari Cukup"

Topik:

  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya