3 Tips Menyikapi Penolakan Cinta, Bersedih Secukupnya Saja

13 Jun 2024, 07:46 WIB

ilustrasi berpisah (pexels.com/RODNAE Productions)

Supaya bisa mendapatkan hati orang yang didambakan, seseorang perlu memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya secara langsung dan memberikan penjelasan yang gamblang. Pasalnya, bila hanya berani melempar kode, sebenarnya bisa saja dia memahami maksud yang ingin diutarakan, tetapi berpotensi merasa tidak perlu merespons karena mungkin saja itu sekadar asumsi pribadi belaka. Akhirnya, tidak ada hasil yang akan diperoleh.

Namun demikian, keberanian untuk menyatakan perasaan itu pun bukan jaminan bahwa cinta akan diterima. Tidak jarang, rasa cinta hanya bertepuk sebelah tangan dan menimbulkan luka yang menyakitkan. Meski kejadian ini tidak pernah diharapkan, tetapi sudah merupakan risiko yang perlu ditanggung. Lalu, bagaimana cara menyikapi situasi tersebut agar tidak sampai menghancurkan diri sendiri? Simak tips dalam artikel ini, ya!

1.Menerima dengan lapang dada

ilustrasi seorang perempuan yang sedang menangis (pexels.com/Liza Summer)

Mengalami cinta yang tidak berbalas memang terasa begitu menyedihkan. Sekilas seperti tidak percaya bahwa pengalaman tersebut sungguh nyata dan saat ini harus rela kehilangan dambaan hati. Namun demikian, kamu perlu memahami bahwa penolakan memanglah sesuatu yang wajar dan dapat dialami oleh siapa saja.

Tentu saja kamu boleh bersedih karena hal ini merupakan reaksi yang sangat wajar dari sebuah kegagalan. Namun, jangan sampai membiarkan kesedihan itu berlarut-larut hingga mengganggu kehidupan sehari-hari. Perlahan, belajarlah untuk berlapang dada atas apa yang telah terjadi agar mampu memulai lembaran baru yang lebih baik, ya!

2.Berusaha lagi di waktu yang lebih tepat

ilustrasi pria yang sedang duduk sendiri (pexels.com/Budgeron Bach)

Mendapatkan penolakan setelah mengungkapkan perasaan cinta memang bukan sebuah kejadian yang menyenangkan. Banyak orang merasa sakit hati dan berbalik membenci sosok yang dahulu begitu dikaguminya tersebut. Reaksi semacam ini muncul dari kombinasi antara rasa kecewa, tidak percaya, malu, tetapi juga masih ada cinta yang tersisa.

Nah, alih-alih terus marah dan malah membenci orang yang kamu sayang, ada baiknya untuk menenangkan diri sejenak. Kamu perlu memahami alasan mengapa orang tersebut memilih untuk menolak cintamu, seperti apakah karena dia sama sekali tidak memiliki perasaan yang sama atau sebenarnya ada keinginan untuk menerima, tetapi merasa keadaannya belum memungkinkan. Jika penolakan terjadi karena faktor keadaan, maka tidak ada salahnya bila kamu mencoba kembali mengungkapkan rasa cintamu kelak di waktu yang lebih tepat. Siapa tahu akan berhasil, kan?

3.Bersyukur karena sudah dijauhkan dari orang yang tidak baik untukmu

ilustrasi seseorang yang sedang merenung (pexels.com/Liza Summer)

Mendapatkan penolakan dari sosok yang istimewa di hati dapat menimbulkan kekecewaan mendalam. Bagaimana tidak, bayangan untuk bisa bersama-sama kini musnah dan digantikan oleh kenyataan pahit yang menjauhkan dia darimu. Rasanya wajar sekali untuk mengalami kesedihan yang serius.

Namun demikian, kamu juga harus percaya bahwa di balik sebuah kegagalan, pasti tersimpan hikmah indah yang sungguh bermakna. Cobalah berpikir mungkin saja Tuhan ingin melindungimu lewat penolakan menyakitkan tersebut. Siapa tahu, ada hal-hal negatif tentang orang yang kamu sayangi, tetapi kamu belum mengetahuinya sama sekali. Lebih baik sakit hati sebelum menjalin hubungan dibandingkan putus setelah terlalu sayang. Benar, gak?

Mendapatkan penolakan cinta memang bukan hal yang menggembirakan. Meski demikian, ini bukanlah akhir dari segalanya. Selama kamu terus berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri, tentu kelak akan bertemu dengan pendamping yang jauh lebih baik. Jadi, bersedih secukupnya saja dan lanjutkan kehidupanmu seperti biasa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.