4 Alasan Banyak Pasangan Muda Bercerai, Emosi Kurang Matang?

Pernikahan di usia muda biasanya dipenuhi dengan impian mengenai masa depan. Namun, di balik romantisme yang kerap digaungkan di awal, ternyata ada banyak pasangan muda yang justru menghadapi berbagai tantangan besar yang berpotensi berujung pada perceraian.
Tekanan finansial, kurangnya pengalaman hidup, hingga perbedaan ekspektasi yang dimiliki bisa menjadi faktor utama mengapa banyak pasangan muda yang mengalami kesulitan untuk mempertahankan hubungan. Oleh sebab itu, pahamilah beberapa alasan umum lainnya yang membuat pasangan muda jadi rentan bercerai, sehingga bisa dijadikan pelajaran hidup sebelum memutuskan untuk menikah.
1. Kurangnya kematangan emosional

Menikah di usia muda sering kali dianggap belum sepenuhnya matang secara emosional. Hal ini karena banyak dari pasangan yang memulai proses pencarian jati diri, sehingga membuat mereka sering mengalami kesulitan untuk mengelola emosi atau justru menyelesaikan berbagai konflik yang dialami dengan cara yang kurang dewasa.
Kematangan emosional tentu merupakan aspek penting dalam pernikahan, sebab pasangan harus bisa berkomunikasi dengan cara yang baik, saling memahami, hingga berkompromi. Jika kedua belah pihak justru cenderung egois dan mudah tersulit emosi, maka konflik kecil saja bisa menimbulkan permasalahan yang besar di dalam rumah tangga.
2. Tekanan finansial yang berat

Tidak dapat dimungkiri bahwa pasangan muda pada umumnya belum memiliki kemampuan finansial yang memadai dan stabil, terutama bagi mereka yang masih dalam tahap awal untuk membangun karier. Utang, biaya hidup, hingga kebutuhan secara mendadak mungkin bisa menjadi beban tersendiri yang dapat memicu terjadinya stres di rumah tangga.
Tanpa adanya perencanaan keuangan yang baik, maka tekanan yang diperoleh bisa menimbulkan berbagai perselisihan secara berulang. Pada saat kebutuhan tidak bisa terpenuhi dan tekanan semakin besar, maka pasangan akan sangat rentan menyalahkan satu sama lain, sehingga berpotensi merusak hubungan pernikahan yang dijalani.
3. Ekspektasi yang tidak realistis

Banyak pasangan muda yang memutuskan untuk menikah karena memiliki harapan yang terlalu tinggi, entah itu mengenai pasangannya atau kehidupan rumah tangga yang dijalani. Kebanyakan dari mereka mungkin membayangkan bahwa pernikahan selalu bahagia, namun tidak mempertimbangkan adanya tantangan dan tanggung jawab yang lebih besar.
Pada saat kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan, maka rasa kecewa yang timbul dapat menimbulkan rasa frustasi dan ketidakpuasan dalam menjalani hubungan. Jika pasangan tidak mampu menyesuaikan ekspektasi dengan realita yang ada, maka mereka akan mudah merasa tidak bahagia dan mulai mempertimbangkan perceraian sebagai solusinya.
4. Pengaruh lingkungan dan kurangnya dukungan

Dukungan dari keluarga dan lingkungan yang ada di sekitarnya ternyata dapat membawa pengaruh yang cukup besar terhadap keharmonisan dalam pernikahan. Pasangan muda yang tidak mendapatkan adanya bimbingan atau dorongan dari orang-orang terdekat biasanya akan lebih rentan mengalami kesulitan ketika menghadapi masalah.
Jika lingkungan sekitar kurang memberikan dukungan atau justru memberikan pengaruh yang negatif, maka pasangan muda akan lebih rentan mengalami goyah dalam mempertahankan rumah tangganya. Tekanan sosial, pergaulan yang tidak sehat, hingga perselisihan dengan keluarga besar akan semakin memperburuk risiko konflik yang sudah ada.
Pernikahan di usia muda memang memiliki tantangan tersendiri yang dapat meningkatkan risiko perceraian. Tidak heran apabila ada berbagai hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga keberlangsungan dari hubungan agar tetap harmonis. Pertimbangkan matang-matang sebelum memutuskan untuk menikah muda!