5 Alasan Persahabatan Usia Dewasa Butuh Sikap Logis, Stop Baper!

Persahabatan di usia dewasa memang terasa begitu berharga lantaran bisa menjadi momen healing di tengah kerasnya kehidupan sehari-hari, ya. Sayangnya, lagi-lagi karena usia yang sudah dewasa, tak jarang muncul banyak masalah yang jika disikapi dengan baper atau terbawa perasaan bisa menyebabkan hubungan renggang.
Memang sudah selayaknya hubungan persahabatan di usia dewasa itu ya disikapi dengan dewasa pula. Ya, orang dewasa tentu lebih mengutamakan logika dibandingkan perasaannya yang bahkan bisa menyakiti bila tak sesuai harapannya. Sebagai pertimbangan, berikut sederet alasan persahabatanh usia dewasa butuh sikap anti baper.
Sumber rujukan:
Pengalaman pribadi penulis
1. Ditolak ketemuan itu hal lumrah di usia dewasa

Berpikir pakai logika bakal bikin kamu menerima dengan lapang dada saat sahabatmu memang tengah tak bisa diajak ketemuan. Ya, semakin dewasa kehidupan jadi semakin kompleks pula.
Di saat sahabatmu tak selalu punya waktu untuk diajak ketemuan. Kamu yang juga sudah dewasa pun mengerti posisi sahabatmu, bisa memposisikan diri, pengertian. Sebaliknya, sikap baper hanya akan menyakiti dirimu sendiri di saat adanya penolakan dari sahabatmu.
Perasaanmu yang terlarut akan membuatmu seolah jadi korban yang butuh kehadiran sahabat tapi ia tega menolakmu. Jadi, perbedaan sudut pandang logika dan perasaan tentu punya hasil akhir yang berbeda pula dalam merespon penolakan sahabat saat diajak ketemuan di usia dewasa ini, ya.
2. Kepedulian persahabatan usia dewasa yang hanya bisa diukur dari segi logika

Secara lebih lanjut, ketika sahabat tak bisa diajak ketemuan, tak bisa membantu secara langsung, bukan artinya ia tak peduli, tapi caranya saja yang berbeda lantaran faktor usia dewasa dengan segudang kendalanya. Kepedulian itu hanya bisa dilihat dari sudut pandang orang dewasa yang menggunakan logika sebagai cara berpikir.
Misalnya saja sekadar bertanya kabar, saling berbagi cerita via chat online, saling menyemangati lewat telepon, dan sejenisnya. Hal tersebut sudah cukup sebagai bukti kepedulian, tapi belum cukup untuk orang yang mudah baper. Semua kepedulian sahabat akan terasa kurang dengan tolak ukur perasaan yang tiada ujungnya.
3. Logika akan biaya, waktu, dan jarak lebih utama daripada kebersamaan

Contoh sederhananya, misalnya persahabatanmu itu terjalin lebih dari 5 orang dengan aktivitas keseharian yang berbeda. Kamu dengan waktu senggang saat weekend, sedang sahabatmu justru seorang pebisnis yang senggangnya di waktu weekday.
Nah, ketika hendak liburan bersama dengan niat hati ingin bersenang-senang dan melepas penat tentu tak akan ketemu jadwalnya jika menunggu sama-sama bisa. Ketika persahabatan dewasa didasari logika, kamu tidak akan baper saat kamu ditinggal liburan, lantaran mereka berhak healing, meski tanpa kamu.
Bukan cuma kamu yang penat, tapi mereka juga penat butuh liburan dan gak harus nunggu kamu senggang, karena senggangnya kamu itu di saat mereka sibuk. Di sisi lain, kamu juga bisa liburan tanpa mereka dengan sahabatmu yang sama-sama senggang di waktu sama.
Pun juga masih ada waktu lain, misalnya tanggal merah untuk bisa liburan bersama tanpa bentrok jadwal kesibukan. Intinya, logika akan membuatmu berpikir jernih, positif, dan pastinya bersikap selayaknya menjadi dewasa. Sebaliknya, rasa baper hanya akan berujung pada menyakiti dirimu sendiri.
4. Ada kehidupan pribadi yang jauh lebih prioritas daripada persahabatan

Di usia yang semakin dewasa, sahabatmu tidak hidup dengan jiwa remajanya seperti dahulu. Ada tanggung jawab hidup yang lebih berat dan harus dipikul, ada keluarga kecilnya yang suka tak suka secara logika memang lebih layak jadi prioritasnya dibanding kamu sebagai sahabatnya.
Tapi, bukan artinya kamu sebagai sahabat itu tidak penting, hanya saja harus tahu porsinya dengan tidak mudah baper. Gak mudah baper kalau sahabat gak bisa ada di saat butuh, kalau bisa tanpa diminta pasti ia akan bantu. Itu semua akan mudah diterima tanpa bikin sakit hati jika cara pikirnya dewasa pakai logika.
Positifnya, saat punya kesempatan untuk main bareng, kalian jadi lebih bisa menghargai waktu. Terlebih mengutamakan kualitas dengan tidak dibarengi melakukan hal lain yang bisa ditunda saat sedang bersama sahabat, fokus bersenang-senang bersama saja.
5. Apa yang dulu asyik dan seru, saat dewasa bisa berubah, dan itu wajar

Mungkin kamu dan sahabat dulunya begitu asyik saat pergi nongkrong seharian dengan topik yang terasa tiada habisnya. Mungkin juga kamu dan sahabat dulu bisa seru-seruan bareng karaoke lagu A hingga Z, lanjut kulineran, nonton, dan sejenisnya.
Namun, seiring sama-sama tumbuh menjadi dewasa, semua itu bisa berubah, bukan tak suka lagi, bukan tak asyik dan seru lagi, tapi lebih kepada batasan sebagai tuntutan dewasa. Semua itu menjadi wajar saat dilihat dari sudut pandang logika, tapi terasa menyedihkan jika diiringi rasa baper menganggap sahabat sudah tidak seperti dulu lagi.
Padahal, seharusnya bisa diimbangi dengan persahabatan seru versi dewasa, misalnya saja dengan deep talk yang saling membangun satu sama lain. Pun juga membangun bisnis bersama.Dengan begitu, kebersamaannya tetap ada, tanpa melupakan produktivitas yang menjadi tanggung jawab di usia dewasa.
Jadi, setelah membaca ulasan di atas, sudahkan cukup menjadi gambaran untuk berubah jadi sosok yang juga dewasa dalam persahabatan usia dewasa? Coba jawab dengan jujur. Jangan sampai sikap baperanmu itu malah bikin hubungan persahabatan justru jadi berbalik renggang, lho. Buat persahabatan yang arahnya tumbuh di usia dewasa, yuk!