Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Penyebab Mertua dan Menantu Sulit Akur, Harus Dicari Solusinya!

pexels.com/Polina Tankilevitch

Tidak menyukai mertua adalah masalah klasik yang muncul setidaknya sekali dalam pernikahan. Entah sebaik apa pasangan yang dimiliki, kadang berurusan dengan orangtua dari pasangan dapat menjadi hal yang benar-benar membuat stres.

Ada banyak alasan mengapa bagi beberapa orang mereka tidak bisa akur dengan mertua, terlebih jika harus tinggal serumah bersama mertua. Berikut ini beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa mertua sulit akur dengan menantu.

1. Menantu bukanlah tipe pasangan yang diinginkan mertua untuk anaknya

pexels.com/Polina Tankilevitch

Karakteristikmu yang menjadi nilai plus di mata pasangan belum tentu sama dengan kriteria yang mertua inginkan untuk anaknya.

Misalnya, pasanganmu menginginkan pendamping hidup dengan kepribadian yang menarik, selera humor yang baik, atau ciri fisik tertentu, dan semua karakteristik tersebut ia temukan ada pada dirimu. Sedangkan orangtuanya lebih cenderung menginginkan anaknya memiliki pendamping hidup dengan karakteristik seperti latar belakang keluarga yang baik, prospek keuangan yang sehat, atau latar belakang agama atau etnis yang serupa.

Karena preferensi yang berbeda ini, ini dapat menyebabkan ketidaksukaan awal dari pihak mertua, yang mungkin sulit untuk diatasi.

2. Merasa berkompetisi untuk mendapatkan perhatian putranya

unsplash.com/Marvin Meyer

Ibu mertua lebih cenderung berkonflik dengan menantu perempuannya, yang mungkin muncul karena meningkatnya persaingan untuk mendapatkan sumber daya di antara menantu perempuan.

Sebenarnya, jenis konflik ini jarang terjadi, tetapi ibu mertua mungkin masih merasa bahwa mereka bersaing dengan menantu perempuan untuk mendapatkan waktu dan perhatian putra mereka.

Kadang, ibu yang putranya sudah menikah lebih mungkin khawatir akan mengalami penelantaran karena hubungan yang buruk dengan menantu perempuan mereka, dan ibu mertua mungkin khawatir bahwa mereka akan dikucilkan oleh anak mereka dan pasangannya.

3. Mertua terlalu terlibat dalam kehidupan pernikahan anak

pexels.com/RODNAE Productions

Entah diakui atau tidak, terus menerus mendengarkan perkataan mertua tentang pernikahan adalah hal yang sungguh menyedihkan. Dan, pada gilirannya, hal itu membuat hubungan antara anak dan pasangannya menjadi sengsara. Bahkan, walaupun kadang saran mertua benar, tapi terlalu ikut campur dalam pernikahan anak tidak akan memberikan manfaat bagi siapa pun. Justru ini akan menimbulkan masalah baru bagi pernikahan sang anak.

Selain itu, mertua biasanya cenderung membela anaknya sendiri. Sehingga, jika sang anak mengeluh tentang pernikahannya, ia akan mencari-cari alasan untuk membenarkan sikap sang anak. Alhasil, anak sulit melakukan introspeksi untuk memperbaiki pernikahannya. Lebih jauh, ini menimbulkan rasa tidak suka dari menantu kepada mertua.

4. Mertua berharap perkataannya selalu didengar

pexels.com/Zen Chung

Menjadi lebih tua berarti mendapatkan rasa hormat yang lebih tinggi dan itu benar-benar baik-baik saja. Tetapi, pada titik tertentu, kadang mertua mengambil keuntungan dari rasa hormat anak dan menantunya untuk mengiyakan setiap perkataannya.

Misalnya, saat tiba-tiba mertua merencanakan kegiatan yang harus diikuti oleh anak dan menantunya. Bahkan, jika terkadang anak dan menantu sudah memiliki rencana lain, ada juga mertua yang meminta anggota keluarga lain meninggalkan apa pun yang telah mereka rencanakan dan mematuhi perkataannya.

Tak jarang, jika melihat sikap ini pada mertua, alih-alih membicarakan hal ini baik-baik, menantu kemudian justru memandang mertua sebagai sosok yang dibenci.

5. Terlalu banyak menilai menantu

pexels.com/Nicole Michalou

Dalam banyak hal, mertua terlalu sering menilai menantunya, misalnya dalam urusan mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah, mencari uang, dan merawat anaknya. Seorang mertua dapat mengeluarkan begitu banyak penilaian sehingga menantu akan malas mendengarnya. Dan, alih-alih menuruti saran mertua, menantu justru bisa berbuat yang sebaliknya jauh dari saran mertua.

Tak jarang mertua menghubungkan pengalaman bertahun-tahun mereka sebagai pasangan dan orangtua untuk menghakimi menantu. Ini dapat disebabkan karena banyak dari mereka yang tidak sadar bahwa kesenjangan generasi yang sangat besar inilah yang membuat segalanya tampak berbeda dan aneh bagi mertua.

Sejatinya, tidak ada orangtua yang menginginkan hal buruk pada pernikahan anaknya. Oleh karena itu, berdiskusi dengan mertua tentang masalah seperti itu mungkin bisa sangat membantu. Jadi, alih-alih saling menyimpan rasa benci, jauh lebih baik jika keduanya mau saling bersikap terbuka dan menerima saran satu sama lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Eka Ami
EditorEka Ami
Follow Us