Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips Curhat setelah Menikah, Apa yang Sebaiknya Disimpan?

ilustrasi curhat (pexels.com/RDNE Stock project)
Intinya sih...
  • Pasangan perlu bijaksana dalam berinteraksi dengan orang lain untuk menjaga keamanan rumah tangga
  • Jangan menyebarkan kekurangan pasangan yang bisa menjatuhkan martabatnya, batasi sesi curhat baik dari segi waktu, teman curhat, maupun topiknya
  • Membiasakan curhat ke pasangan akan merekatkan hubungan kalian dan mengurangi potensi bahaya informasi tersebar ke mana-mana

Pernikahan bukan ruang isolasi yang menghalangi interaksi sosialmu dengan orang lain. Namun, kamu dituntut untuk lebih bijaksana dalam berinteraksi dengan selain pasangan. Ini tidak semata-mata buat mencegah pasangan cemburu, melainkan menjaga keamanan rumah tanggamu sendiri.

Bahkan bila kamu hendak curhat ke sahabat lama, tidak semua topik aman untuk dibicarakan dengannya. Hal-hal yang biasa kalian bahas berdua sebelum dirimu menikah tak sama dengan persoalan dalam perkawinanmu. Jangan sekadar mencari kelegaan buat diri sendiri. Nanti kamu kurang berhati-hati dalam membicarakan perkara-perkara pribadi.

Semua hal yang telanjur dikatakan tidak bisa ditarik kembali. Lebih bijak dirimu berpikir ulang hingga mengurungkan niat curhat kalau ada potensi bahayanya sekecil apa pun. Jika dirimu tetap perlu mencurahkan unek-unek tentang apa pun pada teman atau saudara, ikuti rambu-rambu berikut ini.

1. Gak sembarangan menceritakan kekurangan pasangan

ilustrasi curhat (pexels.com/Kampus Production)

Sedekat apa pun hubunganmu dengan sahabat atau saudara, jagalah kekurangan pasangan seperti ia menjaga sisi minusmu. Hargai sikap pasangan selama ini yang menerimamu dengan apa adanya. Caranya, kamu jangan menyebarkan kekurangannya yang bisa menjatuhkan martabatnya. Contoh, istrimu gak dapat memasak.

Kalau istri tampak minder karena hal tersebut, berarti dirimu sebagai suami dilarang keras memberitahukannya pada siapa pun. Bahkan bila ada orang yang datang ke rumah dan bertanya kenapa kamu yang sibuk memasak, katakan saja dirimu memang menyukainya. Kamu mencegah istri repot di dapur dan memintanya mengerjakan tugas domestik lain yang dirimu kurang telaten. Misalnya, bersih-bersih rumah.

Begitu pula seorang istri tak perlu membeberkan gaji suami yang kecil kepada siapa pun. Biar suami sendiri yang mengatakannya apabila dia tidak malu atau merasa perlu memberi tahu orang lain. Jika ada orang yang penasaran dengan pendapatan suamimu, jawab secara singat saja, "Alhamdulillah, cukup untuk hidup sehari-hari kami." Curhatlah sebatas hal-hal yang seandainya diketahui pasangan gak bikin dia malu dan terpukul.

2. Hindari dari curhat menjadi kepo dengan rumah tangga orang lain

ilustrasi curhat (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Kalau memang kamu perlu sekali untuk curhat ya curhat saja. Namun, jangan melebar ke mana-mana apalagi sekadar mengikuti rasa penasaranmu tentang rumah tangga orang lain. Entah itu kehidupan perkawinan lawan bicaramu atau orang lain tak perlu dicari tahu. Biarkan dia yang memberitahukan keadaan rumah tangganya sendiri padamu apabila merasa percaya.

Jika sehabis dirimu curhat malah penasaran dengan kehidupan suami istri lainnya, lawan bicara menjadi kurang nyaman. Dia cemas kalau-kalau maksudmu yang sesungguhnya bukan mencurahkan isi hati, melainkan ingin mencari informasi seputar rumah tangga mereka. Curhatmu tak lebih dari awalan supaya lawan bicara lebih rileks dan akhirnya mau membicarakan keluarganya sendiri atau orang lain.

Pun setelah kamu tahu kondisi rumah tangga orang lain, boleh jadi ada perasaan negatif yang muncul. Seperti dirimu iri terhadap kebahagiaan mereka atau justru merasa sombong. Rumah tanggamu ternyata masih jauh lebih baik daripada kehidupan pasutri lainnya. Batasi sesi curhatmu baik dari segi waktu, teman curhat, maupun topiknya.

3. Waspadai teman menyebarkannya ke mana-mana

ilustrasi tiga perempuan (pexels.com/Helena Lopes)

Ini sebenarnya aturan dasar yang berlaku untuk segala jenis isi curahan hati dan baik kamu sudah menikah atau belum. Bahaya sekali apabila sesuatu yang seharusnya dirahasiakan antara dirimu dengan kawan curhat malah tersebar ke mana-mana. Makin sensitif topiknya, makin berdampak buruk terhadapmu bahkan orang terdekatmu.

Contohnya, kamu curhat tentang hubunganmu dengan pasangan yang sedang renggang. Kalian tidak tahu hendak mengambil sikap seperti apa dan apakah hubungan bisa pulih seperti semula atau tidak. Teman curhat yang baik mestinya gak cuma merahasiakan ceritamu dari orang lain. Ia juga akan menenangkanmu dan memberikan dukungan supaya hubunganmu dengan pasangan selamat dari perpisahan.

Namun, tidak demikian dengan teman yang terlalu antusias akan segala berita seputar rumah tangga. Setelah sesi curhatmu berakhir, dia bergegas mencari orang lain untuk membahasnya. Perkataannya pun berbeda dari isi curhatmu. Seperti tahu-tahu ia mengejutkan teman-temanmu yang lain dengan dugaan kamu sebentar lagi bercerai. Kabar seperti ini bikin hari-harimu tidak kondusif sebab banyak orang menjadi penasaran, menghakimimu, atau mendadak suka menasihatimu.

4. Jangan curhat masalah pernikahan dengan lawan jenis

ilustrasi curhat (pexels.com/Kampus Production)

Curhat dengan lawan jenis sangat tidak dianjurkan. Terlebih setelah kamu memiliki pasangan dan topiknya rumah tanggamu. Teman curhat yang berbeda jenis kelamin akan cenderung berusaha lebih keras untuk memberimu perlindungan, kenyamanan, dan pembuktian. Apalagi ketika dirimu mengeluhkan sikap pasangan yang kurang perhatian.

Dia bakal seperti tertantang buat menunjukkan bahwa dirinya gak sama dengan pasanganmu. Sebagai contoh, kamu perempuan dan kesal karena suami terlalu cuek. Teman curhatmu terdorong untuk membuktikan bahwa pria yang perhatian juga ada, yaitu dia. Sikapnya padamu perlahan-lahan mulai berubah dari kawan biasa menjadi teman tapi mesra.

Demikian juga bila dirimu pria dan mengeluhkan pasangan yang gak mandiri, rewel, serta sedikit-sedikit bilang terserah tapi marah kalau keputusannya dianggap salah. Lawan bicaramu yang perempuan akan menunjukkan sisi tegasnya di hadapanmu. Tujuannya memang tidak buat menggoda, melainkan memvalidasi perasaanmu yang sebal pada karakter pasanganmu. Kamu yang merasa terdukung secara emosi bakal mulai tertarik padanya.

5. Sebaik-baik tempat curhat adalah pasangan

ilustrasi pasangan (pexels.com/Oleksandr P)

Setelah kamu menikah, pasangan bahkan menggantikan posisi keluarga. Artinya, dia menjadi orang yang paling dekat dalam keseharianmu. Kalian tinggal bersama, membuat banyak keputusan penting, serta menghadapi tantangan berdua. Ini seperti kerja tim 24 jam penuh dan setiap hari hingga seumur hidup kalian nanti. 

Kalian butuh pengenalan yang makin dalam dari waktu ke waktu. Jangan sampai usia kebersamaan kalian saja yang bertambah, tetapi sebetulnya kamu dan dia kurang memahami dengan baik. Jika ini terjadi, hubungan kalian menjadi kurang memuaskan. Proses kalian saling mengenal lebih dalam akan lebih mudah jika kamu menjadikan pasangan sebagai teman curhat.

Apa saja yang dulu biasa dirimu bagikan pada sahabat dan saudara, kini ceritakan pertama kali pada pasangan. Bila masalahmu sudah beres setelah mengobrol dengannya, berarti kamu gak perlu lagi membahasnya dengan orang lain. Termasuk saat kalian ada masalah, jangan ragu buat bicara sejujur mungkin tentang keinginan serta kekecewaanmu. Membiasakan curhat ke pasangan bakal merekatkan hubungan kalian. 

Semua orang tetap membutuhkan curhat baik saat masih lajang maupun sudah menikah. Terlalu banyak masalah dalam hidup untuk dipikul sendirian. Akan tetapi, bijaksanalah dalam membagi isi hatimu selepas berumah tangga. Terutama seputar masalahmu dengan pasangan. Bukan tidak mungkin ada orang yang ingin memancing di air keruh alias mencari keuntungan dari situasi rumah tanggamu yang lagi kurang baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us