Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan yang saling diam (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Intinya sih...

  • Akui perasaanmu dulu, jangan buru-buru menepisnya.

  • Komunikasikan dengan tenang, bukan dengan emosi.

  • Tinjau ulang ekspektasimu dalam hubungan.

Menjalani hubungan bukan cuma soal cinta, tapi juga tentang rasa dihargai dan dimaknai. Sayangnya, ada kalanya kamu merasa seperti cuma memberi, tapi gak menerima. Usaha yang kamu lakukan terasa gak terlihat, perhatianmu kayak dianggap biasa aja, dan hal-hal kecil yang kamu harapkan, malah gak pernah datang. Pelan-pelan, kamu mulai bertanya-tanya, “Masih penting gak sih gue buat dia?”

Perasaan gak dihargai itu bisa datang tiba-tiba dan bikin hati kamu keruh. Tapi sebelum menyimpulkan yang buruk-buruk, penting banget buat mengambil jeda dan mengelola emosi dengan bijak. Jangan buru-buru menjauh, tapi juga jangan pura-pura gak ngerasa apa-apa. Yuk, coba enam langkah ini saat kamu mulai merasa hargamu gak lagi dilihat oleh pasangan.

1. Akui perasaanmu dulu, jangan buru-buru menepisnya

ilustrasi pasangan saling diam (pexels.com/Alex Green)

Kadang kamu terlalu cepat bilang ke diri sendiri, “Ah, paling cuma baper,” lalu memaksa diri buat terus kuat. Padahal, kalau kamu merasa gak dihargai, itu berarti ada bagian dari hatimu yang sedang terluka. Mengakui perasaan itu bukan berarti kamu lemah, tapi justru itu tanda kamu cukup jujur dengan diri sendiri.

Coba tarik napas, duduk tenang, dan dengarkan isi kepalamu. Tanyakan ke diri sendiri: apa sih sebenarnya yang bikin kamu ngerasa gak dihargai? Dengan begitu, kamu bisa mengenali akar masalahnya, bukan cuma reaksi di permukaan. Dan dari situ, kamu bisa melangkah dengan lebih jernih.

2. Komunikasikan dengan tenang, bukan dengan emosi

ilustrasi komunikasi suami-istri (freepik.com/freepik)

Perasaan yang dipendam terlalu lama bisa berubah jadi ledakan. Tapi kalau kamu memilih ngobrol dari hati ke hati, kemungkinan untuk dipahami jadi jauh lebih besar. Sampaikan perasaanmu tanpa menyalahkan, misalnya dengan bilang, “Akhir-akhir ini aku ngerasa usahaku kurang kamu lihat.”

Jangan gunakan nada menyudutkan, karena itu bisa bikin pasangan defensif. Fokuslah pada perasaanmu, bukan kesalahannya. Dengan komunikasi yang tenang, kamu gak cuma bisa menyampaikan unek-unek, tapi juga membuka jalan untuk perbaikan. Dan itu jauh lebih sehat daripada saling sindir atau mendiamkan.

3. Tinjau ulang ekspektasimu dalam hubungan

ilustrasi komunikasi pasangan (freepik.com/katemangostar)

Bisa jadi kamu merasa gak dihargai karena kamu berharap pasangan selalu tahu apa yang kamu butuhkan, padahal kamu belum pernah bilang secara langsung. Ekspektasi yang gak diutarakan itu sering kali jadi sumber kekecewaan yang gak disadari. Jadi, coba periksa lagi: apakah harapanmu sudah realistis?

Hubungan yang sehat bukan soal dia harus selalu mengerti kamu, tapi bagaimana kalian saling mengabari apa yang kalian butuh dan rasakan. Kalau ekspektasimu terlalu tinggi atau gak sesuai kenyataan, kamu sendiri yang akan capek. Belajar menyesuaikan ekspektasi itu bukan berarti menurunkan standar, tapi mengatur ulang supaya hubungan tetap sehat.

4. Beri ruang untuk dirimu sendiri sejenak

ilustrasi me time (freepik.com/lifeforstock)

Saat hati terasa sesak, jangan ragu untuk mengambil jarak yang sehat. Bukan buat menghindar, tapi buat mengisi ulang energi kamu sendiri. Lakukan hal yang bikin kamu merasa tenang, entah itu baca buku, jalan sore, atau ngobrol sama teman dekat. Me time bukan egois, tapi cara kamu menjaga kewarasan.

Dengan memberi ruang buat diri sendiri, kamu bisa kembali ke hubungan dengan kepala yang lebih dingin dan hati yang gak penuh beban. Jangan tunggu sampai kamu benar-benar lelah baru berhenti. Kadang, yang kamu butuhkan cuma sedikit jeda buat bisa kembali hadir sepenuhnya.

5. Lihat hal-hal kecil yang masih bisa disyukuri

ilustrasi bersyukur (pexels.com/Anastasiia Chaikovska)

Saat kamu merasa gak dihargai, mudah banget buat fokus hanya pada kekurangannya. Tapi, cobalah tarik sedikit langkah ke belakang dan lihat ulang hal-hal baik yang masih ada dalam hubungan kalian. Mungkin dia memang jarang memuji, tapi dia selalu pastikan kamu makan. Mungkin dia gak romantis, tapi selalu nyari kamu pulang kerja.

Melihat hal-hal kecil yang tulus itu bisa jadi pengingat bahwa cinta gak selalu ditunjukkan dengan cara yang kamu bayangkan. Bukan berarti kamu harus menoleransi yang menyakitkan, tapi belajar melihat dari sisi yang lebih luas bisa bantu kamu berpikir lebih jernih. Dan kadang, itu cukup buat bikin kamu bertahan sedikit lebih kuat.

6. Jangan takut minta bantuan, bahkan ke profesional

ilustrasi konsultasi dengan terapis (pexels.com/Gustavo Fring)

Kalau semua upaya udah kamu lakukan tapi perasaan gak dihargai itu terus membekas, gak ada salahnya untuk cerita ke orang yang kamu percaya. Atau kalau perlu, kamu bisa bicara ke konselor pernikahan atau terapis. Karena kadang, kamu butuh sudut pandang dari luar buat bantu memahami situasi dengan lebih baik.

Minta bantuan bukan tanda bahwa hubunganmu gagal. Justru itu bukti kamu cukup peduli untuk memperjuangkannya. Jangan menormalisasi rasa sakit yang terus-terusan kamu simpan sendiri. Karena hubungan yang sehat butuh usaha dari dua sisi, dan gak ada salahnya kalau kamu butuh ditemani dalam prosesnya.

Dihargai itu kebutuhan dasar dalam hubungan, dan kamu berhak merasakannya. Tapi sebelum menyerah atau memendam kecewa terlalu dalam, penting buat melihat situasinya dari berbagai sisi. Apakah kamu sudah cukup terbuka? Apakah pasanganmu tahu apa yang kamu rasakan? Karena sering kali, bukan karena dia gak peduli, tapi karena dia gak tahu bagaimana cara mengekspresikannya dengan tepat.

Ingat, hubungan yang sehat itu dibangun dari komunikasi, kejujuran, dan ruang untuk saling belajar. Kamu juga gak harus menanggung semuanya sendiri. Dengan berani menyuarakan isi hatimu dan memberi ruang buat diri sendiri, kamu sedang berusaha menjaga hubungan, bukan hanya dengan pasangan, tapi juga dengan dirimu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team