6 Tanda Kamu Berada dalam Hubungan yang Tak Setara, Hakmu Dirampas!

Contoh, pria berkata pada pasangannya, "Aku ini cowok! Kamu yang cewek menurut saja padaku." Arogansi dengan modal jenis kelamin juga bisa ditunjukkan oleh perempuan. Misalnya, dengan bilang, "Di mana-mana cewek paling paham soal pengelolaan uang. Cowok tahu apa?"

Arogansi atas nama jenis kelamin seperti di atas tidaklah sehat dalam hubungan. Pihak yang arogan hanya karena dirinya pria atau perempuan pasti akan selalu merendahkan pasangannya. Kemudian melakukan berbagai pemaksaan, lagi-lagi dengan alasan ia lebih unggul dari segi jenis kelaminnya.

Bahkan termasuk keputusan yang seharusnya urusan pribadimu. Contoh, ada tawaran kerja sama untukmu, tetapi dia yang menentukan kamu akan mengambilnya atau tidak. Ia gak sekadar memberi pertimbangan ketika kamu memintanya, melainkan mengatur apa yang boleh atau tak boleh dirimu lakukan.

Kalau kamu menikah dengannya, semua hal dalam rumah tangga kalian ada di tangannya. Kamu gak punya wewenang apa-apa dalam mengarahkan keluarga serta hidupmu sebagai individu. Percuma kalaupun dia memberimu kesempatan buat berpendapat. Pendapatmu tak akan menggoyahkan keputusannya seandainya dia punya pendapat berbeda.

Apabila kamu yang di posisi selalu siap berkorban untuk pasangan, niscaya ia malah gak pernah ada buat kamu. Dia tidak mau bergantian berkorban untukmu. Bahkan sering kali pengorbananmu sudah tidak masuk akal.

Contohnya, kamu memberikan seluruh tabunganmu untuk dia membangun usaha. Akan tetapi, ia sama sekali tak membantumu kalau kamu juga ingin punya usaha. Bahkan keuntungan dari usaha yang dimodali olehmu pun paling banyak masuk ke kantongnya.

Kekuasaan mutlak atas materi seperti ini amat berbahaya untuk masa depanmu dan anak-anak. Bayangkan seandainya pasanganmu berbuat sesuka hatinya sampai harta itu ludes. Bagaimana nasib kamu dan anak-anak?

Perlu dipahami oleh semua pasangan bahwa setiap orang perlu memegang uang atau bentuk harta lainnya. Bahkan jika dia yang mencari nafkah buat keluarga, sebagai pasangan kamu tetap berhak memegang sebagian uang itu untuk berjaga-jaga.

Jika kalian membeli sejumlah aset, nama pemilik seharusnya juga seimbang. Ada yang diatasnamakan pasangan, ada pula yang atas namamu. Kalau kalian sama-sama bekerja, kalian pun perlu punya tabungan dan aset masing-masing.

Ini yang membuat kamu akhirnya tidak berdaya dalam hubungan. Meski hatimu gak suka, dirimu mematuhi pasangan karena dia selalu mengancam seandainya kamu tak menurut. Dan ancaman itu menjadi kenyataan.

Kamu pernah melawannya kamudian dia menghukummu. Kamu mungkin mendapat perlakuan kasar atau tidak dinafkahi secara lahir maupun batin selama waktu tertentu. Hal ini dilakukannya agar kamu tak lagi berani melawanmu dan menjadi tambah tunduk.

Apa pun alasannya tidak menghormati keluargamu, sikapnya tak bisa dibenarkan. Kamu lahir dan besar dalam keluarga tersebut. Tidak menghargai keluargamu sama dengan merendahkan dirimu.

Apalagi kalau yang menjadi sasaran dari sikap meremehkannya adalah kedua orangtuamu. Bahkan bila orangtuamu punya kehidupan yang kurang baik, tiadanya mereka berarti tak adanya kamu.

Tambah memuakkan sebab ia justru memaksa kamu untuk sangat menghormati keluarganya. Tuntutannya ini seperti mendesak kamu agar mengakui bahwa kedudukan keluarganya lebih tinggi ketimbang keluargamu.

Terus berada dalam hubungan yang tidak setara akan membuatmu menderita. Makanya, mumpung kamu masih pacaran dengannya, gak usah melanjutkan hubungan ke pernikahan. Akan tetapi kalau kalian telanjur menikah, bangunlah kekuatan diri.

Termasuk dalam hal wawasan serta finansial agar kamu mampu berdiri sejajar dengannya sekalipun dia tidak menyukainya. Kamu insan yang mandiri dan bebas. Kamu tidak boleh dalam posisi merendahkan maupun direndahkan oleh siapa pun.