Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasangan saling memaafkan (unsplash.com/Anastasia Sklyar)

Intinya sih...

  • Mengakui kesalahan sebagai langkah awal untuk memulihkan kepercayaan pasangan setelah cushioning terungkap.
  • Bertanggung jawab dengan sikap dewasa dan siap menerima konsekuensi dari tindakan cushioning yang dilakukan.
  • Memberi ruang pada pasangan untuk memproses perasaannya, namun tetap tunjukkan kehadiran ketika pasangan siap berbicara.

Dalam sebuah hubungan, kepercayaan adalah fondasi utama yang harus dijaga dengan baik. Namun, ketika cushioning terungkap, hubungan dapat mengalami guncangan yang serius. Cushioning merupakan tindakan menjaga opsi romantis lain sebagai cadangan sambil tetap berada dalam suatu hubungan utama.

Praktik ini dapat menimbulkan rasa dikhianati, ketidakpastian, dan luka emosional yang mendalam bagi pasangan yang mengalaminya. Mengembalikan kepercayaan setelah cushioning bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti mustahil.

Bagi kamu yang berada dalam fase serupa, yuk simak ketujuh langkah mengembalikan kepercayaan setelah cushioning terungkap berikut ini. Let's scroll!

1. Mengakui kesalahan dan bertanggung jawab

ilustrasi pasangan saling memaafkan (unsplash.com/Nathan McBride)

Mengakui kesalahan merupakan langkah awal yang harus dilakukan untuk memulihkan kepercayaan. Menyangkal atau mencari alasan hanya akan memperburuk keadaan dan membuat pasangan semakin sulit untuk memaafkan. Dengan mengakui kesalahan secara jujur, akan menunjukkan bahwa ada kesadaran akan dampak negatif dari cushioning terhadap hubungan.

Selain itu, bertanggung jawab juga berarti siap menghadapi konsekuensi dari tindakan yang telah dilakukan. Ini mencakup menerima kemarahan atau kekecewaan pasangan tanpa bersikap defensif. Tanggung jawab yang diambil dengan sikap dewasa dapat menjadi langkah awal untuk membangun kembali rasa aman dalam hubungan.

2. Memberikan ruang untuk pasangan

ilustrasi pasangan saling memaafkan (unsplash.com/Priscilla Du Preez)

Setelah cushioning terungkap, pasangan mungkin membutuhkan waktu untuk memproses perasaannya. Rasa sakit dan kekecewaan yang dialami tidak akan hilang dalam semalam, sehingga memberi ruang untuk pasangan sangat penting. Memaksa untuk segera memperbaiki keadaan justru bisa memperburuk situasi, karena pasangan mungkin masih merasa belum siap untuk membahas masalah tersebut lebih dalam.

Memberikan ruang bukan berarti mengabaikan pasangan, tetapi lebih kepada menghormati emosinya. Jika pasangan membutuhkan waktu sendiri, biarkan ia memilikinya. Namun, tetap tunjukkan bahwa kehadiran selalu ada ketika pasangan siap untuk berbicara dan berdiskusi mengenai hubungan ke depannya.

3. Membangun komunikasi yang lebih jujur dan terbuka

ilustrasi pasangan saling memaafkan (unsplash.com/freestocks)

Kepercayaan yang rusak akibat cushioning hanya dapat dipulihkan dengan komunikasi yang jujur dan terbuka. Hindari menyembunyikan hal-hal yang bisa kembali memicu perasaan curiga atau sakit hati. Jika sebelumnya ada kebiasaan tidak jujur dalam hubungan, ini adalah saat yang tepat untuk mengubahnya.

Membangun komunikasi yang lebih baik juga mencakup mendengarkan perasaan pasangan dengan penuh perhatian. Biarkan pasangan mengungkapkan kemarahannya tanpa merasa dihakimi atau diredam. Ketika komunikasi berjalan dengan baik, perlahan-lahan rasa aman dalam hubungan bisa tumbuh kembali.

4. Menunjukkan konsistensi dalam perubahan

ilustrasi pasangan saling memaafkan (unsplash.com/Rendy Novantino)

Permintaan maaf saja tidak cukup untuk mengembalikan kepercayaan. Perubahan nyata dalam sikap dan perilaku jauh lebih berarti. Jika sebelumnya sering berinteraksi dengan orang lain secara berlebihan, kurangi atau hentikan sepenuhnya jika itu membuat pasangan tidak nyaman. Jika sebelumnya sulit untuk terbuka mengenai interaksi sosial, mulai biasakan untuk lebih transparan.

Konsistensi dalam perubahan adalah kunci utama. Perubahan yang hanya berlangsung sementara tidak akan membuat pasangan merasa yakin bahwa hubungan bisa kembali seperti semula. Jika ada janji untuk berubah, tepati janji tersebut tanpa pengecualian.

5. Meningkatkan kualitas waktu bersama

ilustrasi pasangan saling memaafkan (unsplash.com/LaShawn Dobbs)

Salah satu cara untuk memperkuat kembali hubungan setelah cushioning adalah dengan meningkatkan kualitas waktu bersama. Ini bukan hanya sekadar menghabiskan waktu berdua, tetapi benar-benar menikmati kebersamaan tanpa gangguan dari hal lain.

Melakukan aktivitas bersama yang menyenangkan dapat membantu membangun kembali koneksi emosional yang mungkin telah melemah akibat cushioning. Mulai dari pergi berlibur, menonton film bersama, atau sekadar berbincang santai tanpa gangguan ponsel bisa menjadi langkah kecil yang berarti.

6. Menjaga batasan dalam interaksi dengan orang lain

ilustrasi pasangan saling memaafkan (unsplash.com/Candice Picard)

Salah satu penyebab cushioning adalah adanya hubungan yang terlalu dekat dengan orang lain di luar pasangan. Untuk mencegah hal serupa terjadi di masa depan, penting untuk mulai menetapkan batasan dalam interaksi dengan orang lain.

Menjaga batasan ini bukan berarti harus membatasi pergaulan secara ekstrem, tetapi lebih kepada memiliki kesadaran akan batasan yang wajar dalam sebuah hubungan. Jika sebelumnya mudah untuk berbagi hal-hal pribadi dengan orang lain, sekarang saatnya untuk lebih menjaga privasi hubungan agar tidak memberikan celah bagi kesalahpahaman.

7. Membangun kembali komitmen dalam hubungan

ilustrasi pasangan saling memaafkan (unsplash.com/Lauren Richmond)

Komitmen bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Jika hubungan ini memang dianggap berharga, maka upaya untuk memperbaiki dan mempertahankannya harus dilakukan dengan serius.

Menunjukkan bahwa hubungan ini lebih penting daripada opsi lain yang sempat ada adalah cara terbaik untuk meyakinkan pasangan bahwa cushioning tidak akan terulang kembali. Dengan komitmen yang kuat, kepercayaan yang sempat goyah bisa perlahan-lahan diperbaiki.

Mengembalikan kepercayaan setelah cushioning terungkap memang bukan proses yang instan. Dibutuhkan kesabaran, ketulusan, dan usaha nyata untuk memperbaiki hubungan yang telah terluka

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRifai