ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/Anastasia Shuraeva)
Batasan yang kabur tentang pekerjaan dan urusan rumah tangga membuat pikiran seseorang terus berpindah-pindah antara 2 hal tersebut. Akibatnya, orang itu akan mengalami kelebihan beban kognitif. Menurut psrikolog, hal ini akan membuat seseorang sulit fokus, terkuras secara emosional, serta kesulitan dalam terkoneksi secara bermakna dengan orang lain.
Peran yang saling tumpang tindih ini akhirnya akan berpengaruh pada pernikahan dan keluarga. Jika salah satu pasangan megalami role blurring dan kelelahan, maka hal ini juga akan berdampak bagi hubungan romantisnya. Karena pasangannya pasti juga merasakan kelelahan orang tersebut dan memungkinkan terjadinya masalah.
“Dengan menjadi lebih tertekan, individu dapat mengalami kepuasan hubungan yang lebih rendah, baik karena kurang mampu berinvestasi dalam hubungan romantis mereka atau menjadi lebih pesimis, tidak sabaran, dan mudah tersinggung,” jelas Travers seperti dikutip Psychology Today.
Sayangnya, peneliti menyebutkan bahwa golongan yang paling rentan mengalami kelelahan emisional adalah perempuan bekerja, apalagi yang sudah berperan sebagai ibu. Dilansir ABC News, penelitian terkini dari Leah Ruppanner di The Future of Work Lab di Universitas Melbourne menemukan ibu menanggung 70 persen beban mental di rumah. Beban mental tersebut berpotensi mengurangi kepuasan dalam kehidupan pernikahan jika tidak dikomunikasikan dan dicari solusinya.