Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bikin Lelah Batin, Ini 5 Tanda Pasangan Senang Berlaku sebagai Korban!

ilustrasi pasangan (pixabay.com/Mojpe)
ilustrasi pasangan (pixabay.com/Mojpe)

Ada hubungan asmara yang membuat masing-masing individunya semakin bahagia. Tapi, ada pula hubungan cinta yang malah bikin pelakunya menderita, jadi capek batin!

Dan itulah yang bakal kamu rasakan bila kebetulan mendapatkan pasangan yang senang berlaku sebagai korban, atau istilahnya playing victim. Apakah pasanganmu seperti itu? Sebaiknya kamu cek tanda-tanda berikut ini!

1. Semua kemalangan yang terjadi padanya, adalah salahmu

ilustrasi tatapan pria (unsplash.com/Irene Strong)
ilustrasi tatapan pria (unsplash.com/Irene Strong)

Dia telat masuk kantor, itu semua salahmu. Dia gagal mendapat promosi di tempat kerja, itu juga salahmu, dan kamu dianggap pembawa sial. Duh!

Pasangan seperti ini memiliki victim mentality, yakni merasa kalau semua hal gak mengenakkan yang terjadi padanya, disebabkan faktor luar. Dan ia melihat dirinya gak punya kekuatan apa pun untuk mengubah atau mengendalikannya.

2. Hanya dia yang boleh menderita

ilustrasi wanita berbaju putih (pexels.com/Philip Justin Mamelic)
ilustrasi wanita berbaju putih (pexels.com/Philip Justin Mamelic)

Ciri lain dari pelaku playing victim, yakni sering kali membesar-besarkan masalah. Hidupnya dramatis! Cuma masalah kecil, dan itu bisa diselesaikan dengan mudah, direspons seolah-olah hal tersebut sebuah permasalahan pelik.

Gak hanya itu, ketika kamu mengeluhkan sesuatu padanya, gak mau kalah. Dia akan menceritakan kemalangan mirip denganmu, yang pernah dialami, tapi skalanya lebih besar. Orang seperti ini, benar-benar attention seeker.

3. Gengsi untuk minta maaf

ilustrasi pasangan bertengkar (pixabay.com/geralt)
ilustrasi pasangan bertengkar (pixabay.com/geralt)

Bagi orang yang berkepribadian dewasa, meminta maaf adalah wujud penyesalan dan kerendahan hati untuk menerima kenyataan, bahwa gak ada manusia yang sempurna. Konsep ini sangat asing bagi pasangan yang senang playing victim.

Saat melakukan kesalahan, pasanganmu itu gengsi sekali untuk minta maaf. Kalau sudah dicecar habis-habisan, baru deh mengakui kesalahannya. Hanya saja, maafnya gak tulus, karena disertai excuse.

4. Teguran, sama dengan menyudutkan

ilustrasi pasangan (pixabay.com/BigbrotherBB)
ilustrasi pasangan (pixabay.com/BigbrotherBB)

Orang yang senang berlaku sebagai korban, gak merasa kalau dirinya itu harus bertanggung jawab terhadap tindak-tanduknya. Ketika kamu menegur sikapnya yang buruk, dia malah menuduhmu sedang menyudutkannya.

Sikap seperti ini yang membuatmu lelah mental dan sering kali memilih diam. Membiarkan saja dia berlaku seenaknya. Habis, dibilangin bukannya ngerti, malah marah.

5. Senang mencari dukungan

ilustrasi wanita di padang bunga (unsplash.com/averie woodard)
ilustrasi wanita di padang bunga (unsplash.com/averie woodard)

Sejatinya dalam hubungan, ketika ada permasalahan, kalian bisa membicarakannya baik-baik untuk mencari penyelesaian. Hal itu hanya bisa dilakukan, apabila kamu dan pasangan punya mindset bahwa kalian adalah satu tim.

Sementara dia yang senang playing victim, melihat konflik sebagai ajang menentukan siapa yang menang dan kalah. Akibatnya, ketika terjadi masalah, bukan dicari solusi, dia malah sibuk mencari dukungan. Untuk membuktikan, bahwa pendapatnya itu benar, dan kamu yang keliru.

Miliki pasangan dengan mental seperti ini tampak gak “berbahaya”. Karena dia gak melakukan kekerasan, kan? Namun, dampaknya gak bisa diremehkan.

Selalu berinteraksi dengan pasangan yang hobi bertindak sebagai korban, akan membuang energi, dan menyebabkan pikiranmu selalu tertekan. Dan hal itu lambat laun akan mengganggu kondisi kesehatan mental. Maka dari itu, pertimbangkan kembali baik-baik, apakah terus melanjutkan hubungan dengannya cukup worth it dengan banyak rasa kesal yang sering kamu tahan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
L A L A .
EditorL A L A .
Follow Us