Banyak orang sudah menjalani kisah asmara dalam hidupnya. Bahkan sudah ada yang sedang mempersiapkan hubungan yang lebih lanjut untuk menyongsong masa depan bersama. Namun, banyak orang yang masih belum sadar tentang hubungan asmara yang sehat.
Rata-rata orang masih abu-abu mengenai hubungan yang toxic dan yang sehat. Untuk itu, berikut adalah enam ciri hubungan yang sehat dan bisa kamu refleksikan sendiri bersama pasangan. Apa saja? Yuk, simak pembahasannya.
Artinya kamu dan dia itu bisa mengkomunikasikan segala hal bersama, tanpa ada sungkan atau takutnya. Karena komunikasi yang baik adalah salah satu kunci hubungan asmara yang sehat. Ketika dirimu malah tidak nyaman berbicara sama pasangan, maka sebenarnya ada hal yang salah dalam hubungan.
Komunikasi yang sehat juga bukan artinya bisa gosip atau ngomongin orang lain saja. Tapi, kamu dan dia lancar membicarakan masalah hubungan dan apa yang di pikiran kalian juga.
Nilai yang rawan hilang ketika seseorang sudah merasa dekat adalah nilai penghargaan. Maka tak heran, ketika sudah sangat kenal baik sama seseorang, mereka cenderung sudah tak ada sungkan lagi sama kamu. Begitu pula dengan pasangan. Di awal ketemu pasti sopan. Ketika sudah dalam hubungan, malunya sudah berkurang.
Namun, kamu harus tetap menjaga nilai penghargaan ini bersama pasangan. Karena kalau tidak, maka hubungan yang akan jadi taruhannya.
Tetaplah menghargai pasangan. Apa pun salahnya, jangan suka marah-marah. Sopan juga dalam bertindak. Bukan berarti dia sudah jadi pacar, kemudian dirimu bebas melakukan hal yang tak senonoh.
Seberapa sibuk kalian, tapi pasti ada waktu khusus untuk bertemu dan quality time bareng. Apa enaknya punya pacar namun hanya chatting atau telponan terus? Tentunya hubungan asmara yang baik itu harus sering ngobrol dan bertemu. Chatting dan video call bukan sarana yang pas untuk menilai karakter seseorang.
Kamu harus punya waktu untuk quality time sesekali bersamanya. Kebiasaan ini pun harus dilanjutkan sampai kapan pun. Karena hal ini merupakan salah satu rahasia mendapatkan hubungan yang langgeng.
Artinya kamu dan pasangan itu mandiri. Walau statusnya pasangan, namun kalian sama-sama bisa menghidupi diri sendiri. Sehingga tidak menambah beban satu pihak. Coba bayangkan ketika dirimu harus menanggung hidup pasangan, sedangkan untuk hidup sendiri saja pas-pasan?
Membantu boleh, namun bukan lantas untuk selamanya. Karena sikap mandiri ini mutlak diperlukan supaya pasangan bisa tetap melanjutkan hidup walau tidak ada sosok dirimu nantinya.
Tak dapat dimungkiri, emosi itu selalu ada. Yang membedakan adalah bagaimana cara dalam menanganinya. Jika kamu dan pasangan bisa menangani emosi dengan baik, tidak main pukul saat kesal, maka hubungan masih dikatakan sehat.
Yang tidak baik adalah ketika dirimu atau pasangan sangat buruk dalam menangani emosi. Hal ini bisa memengaruhi hubungan. Apalagi jika sudah main fisik. Lebih baik, hubungannya dipikirkan kembali.
Yang terakhir adalah mendapatkan restu dari lingkungan sekitar, terutama orangtua. Karena restu orangtua itu merupakan cermin dari restu Tuhan. Ketika hubunganmu itu direstui, maka pastinya orangtua yakin bahwa kamu dan dia adalah orang yang baik dan mampu mengarungi hidup berpasangan.
Jadi, jangan pernah melawan orangtua kalau memang restu belum turun. Jika kamu yakin satu sama lain, maka kalian harus membuktikan. Jangan sampai terpikir untuk kawin lari.
Sekarang kamu bisa menilai sehat atau tidaknya hubungan kamu dan dirinya. Jadi, jika ada yang sekiranya belum pada jalur, perbaiki segera. Jika memang tidak bisa, lebih baik hubungan diakhiri saja.