Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Gen Z Gampang Baper Tapi Ragu Berkomitmen

ilustrasi hubungan yang serius (pexels.com/Jonathan Borba)
Intinya sih...
  • Terlalu banyak pilihan diera digital
    • Media sosial dan aplikasi kencan membuka peluang bertemu banyak orang
    • Mereka ragu berkomitmen karena takut kehilangan kesempatan menemukan yang lebih cocok
    • Sulit fokus pada satu hubungan dan mudah berpindah interaksi
    • Takut terjebak dalam hubungan tidak sehat
      • Gen Z sadar akan pentingnya kesehatan mental dan hubungan yang sehat
      • Ketakutan terjebak dalam hubungan toxic membuat mereka selektif memilih pasangan
      • Mereka lebih memilih menjaga jarak daripada mengambil risiko merugikan perasa

Gen Z dikenal sebagai generasi yang ekspresif dan terbuka dalam menunjukkan perasaan. Mereka tidak ragu untuk mengungkapkan ketertarikan, berbagi momen romantis, atau bahkan menunjukkan rasa sayang lewat media sosial. Namun, di balik sikap yang terlihat penuh perasaan, banyak dari mereka justru takut untuk berkomitmen dalam hubungan yang serius. Fenomena ini bukan sekadar tren, tetapi juga refleksi dari perubahan pola pikir dan pengalaman yang dialami Gen Z. Mereka tumbuh di era digital yang penuh dengan pilihan, ekspektasi sosial, dan ketidakpastian dalam hubungan.

Akibatnya, banyak dari mereka yang mudah terbawa perasaan tetapi ragu untuk melangkah lebih jauh. Takut komitmen bukan berarti mereka tidak ingin memiliki hubungan, tetapi lebih kepada kekhawatiran akan konsekuensi yang mungkin terjadi. Berikut lima alasan utama mengapa Gen Z gampang baper tapi takut komitmen!

1. Terlalu banyak pilihan diera digital

ilustrasi hubungan yang serius (pexels.com/SHVETS production)

Di zaman sekarang, hubungan tidak hanya terbatas pada lingkungan sekitar. Media sosial dan aplikasi kencan membuka peluang untuk bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang. Kemudahan ini membuat Gen Z lebih mudah tertarik pada seseorang, tetapi di sisi lain, mereka juga merasa bahwa selalu ada pilihan lain yang lebih baik. Akibatnya, mereka cenderung ragu untuk berkomitmen karena takut kehilangan kesempatan untuk menemukan seseorang yang lebih cocok. Selain itu, banyaknya pilihan juga membuat mereka lebih sulit untuk benar-benar fokus pada satu hubungan. Mereka bisa dengan mudah berpindah dari satu interaksi ke interaksi lain tanpa merasa terikat secara emosional.

2. Takut terjebak dalam hubungan tidak sehat

ilustrasi hubungan yang serius (pexels.com/Gary Barnes)

Gen Z lebih sadar akan pentingnya kesehatan mental dan hubungan yang sehat. Mereka melihat banyak contoh hubungan toxic di sekitar mereka, baik dari pengalaman pribadi maupun dari cerita yang beredar di media sosial. Ketakutan ini membuat mereka lebih berhati-hati sebelum berkomitmen. Mereka tidak ingin terjebak dalam hubungan yang penuh drama, manipulasi, atau ketidakpastian. Akibatnya, mereka lebih memilih untuk menjaga jarak daripada mengambil risiko yang bisa merugikan perasaan mereka. Selain itu, mereka juga lebih selektif dalam memilih pasangan. Mereka mencari seseorang yang benar-benar bisa memberikan kenyamanan dan keamanan emosional sebelum memutuskan untuk berkomitmen.

3. Terbiasa dengan hubungan yang singkat dan instan

ilustrasi hubungan yang serius (pexels.com/Dewey gallery)

Di era digital, komunikasi terjadi dengan cepat. Gen Z terbiasa dengan interaksi yang instan, mulai dari chatting, voice note, hingga video call. Kemudahan ini membuat mereka lebih mudah terbawa perasaan dalam waktu singkat. Namun, karena semuanya terjadi begitu cepat, mereka juga lebih mudah kehilangan ketertarikan jika hubungan tidak berjalan sesuai ekspektasi. Selain itu, mereka lebih terbiasa dengan hubungan yang fleksibel dan tidak terlalu mengikat. Mereka bisa dengan mudah menjalin interaksi tanpa harus merasa terikat dalam komitmen yang serius.

4. Takut kehilangan kebebasan

ilustrasi hubungan yang serius (pexels.com/RDNE Stock project)

Gen Z sangat menghargai kebebasan dan kemandirian. Mereka tumbuh dengan nilai-nilai yang menekankan pentingnya self-love dan personal growth. Banyak dari mereka merasa bahwa berkomitmen dalam hubungan bisa mengurangi kebebasan yang mereka miliki. Hubungan sering kali membutuhkan kompromi, waktu, dan perhatian yang lebih, sehingga mereka takut kehilangan ruang untuk diri sendiri. Selain itu, mereka juga melihat banyak contoh hubungan yang terlalu mengekang, di mana seseorang kehilangan identitasnya karena terlalu fokus pada pasangan. Ketakutan ini membuat mereka lebih memilih untuk menjaga jarak daripada terjebak dalam hubungan yang membatasi kebebasan mereka.

5. Ekspektasi sosial yang terlalu tinggi

ilustrasi hubungan yang serius (pexels.com/Gary Barnes)

Di era media sosial, ekspektasi terhadap hubungan semakin tinggi. Banyak pasangan yang terlihat sempurna di internet, dengan kehidupan romantis yang tampak ideal. Gen Z sering kali merasa tertekan oleh standar hubungan yang tidak realistis. Mereka takut bahwa hubungan mereka tidak akan seindah yang terlihat di media sosial, sehingga lebih memilih untuk menghindari komitmen daripada menghadapi ekspektasi yang sulit dipenuhi. Selain itu, tekanan dari lingkungan juga bisa menjadi faktor. Banyak orang yang menganggap bahwa seseorang harus memiliki pasangan untuk dianggap sukses dalam kehidupan sosial. Ketakutan akan penilaian orang lain membuat mereka lebih berhati-hati dalam memilih pasangan.

Gen Z bukan tidak ingin jatuh cinta, tetapi mereka lebih berhati-hati dalam memilih pasangan dan membangun hubungan. Terlalu banyak pilihan, ketakutan terhadap hubungan toxic, kebiasaan dengan interaksi instan, serta tekanan sosial membuat mereka lebih selektif dalam urusan hati. Meskipun begitu, cinta tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan. Dengan komunikasi yang sehat, kepercayaan, dan pemahaman yang baik, ketakutan ini bisa diatasi. Yang terpenting adalah menemukan keseimbangan antara cinta dan kehidupan pribadi agar hubungan bisa berjalan dengan baik tanpa mengorbankan kebahagiaan diri sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us