Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hal yang Bikin Move On Berat, Sulit Melepas Versi Diri saat Bersama

ilustrasi seseorang merasa sedih (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi seseorang merasa sedih (pexels.com/Antoni Shkraba)

Move on sering kita anggap soal melepaskan seseorang. Padahal, yang lebih sulit dari itu adalah melepaskan versi diri kita yang hadir saat bersama dia. Versi diri yang mungkin terasa lebih utuh, lebih dicintai, atau lebih hidup.

Kita seringnya tidak menyadari bahwa kehilangan seseorang juga berarti kehilangan tempat kita tumbuh bersama. Kita merindukan cara kita tertawa, cara kita merasa berarti, dan cara kita mencintai. Berikut alasan di balik sulitnya move on karena berat melepaskan versi diri saat bersama mantan.

1. Mengingat bagaimana kita berada di sampingnya

ilustrasi perempuan murung (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi perempuan murung (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Seringnya, kita terjebak dalam kenangan akan perasaan yang muncul saat bersama dia. Momen-momen kecil yang membuat kita merasa dicintai atau diterima dengan sepenuh hati. Ketika hubungan itu berakhir, kita merasa kehilangan perasaan tersebut yang memberi kita rasa identitas dan kebahagiaan.

Dalam proses move on, kita cenderung merasa kesulitan menemukan kembali perasaan itu dalam diri. Tanpa sadar, kita mulai mengaitkan kebahagiaan dengan keberadaan dia. Hal itu yang menjadikan move on terasa lebih berat, karena kita bukan hanya kehilangan dia, tetapi juga perasaan yang kita rasakan saat bersamanya.

2. Ketergantungan pada versi diri yang terbentuk saat bersama dia

ilustrasi kehilangan diri sendiri (pexels.com/Angelica Reyn)
ilustrasi kehilangan diri sendiri (pexels.com/Angelica Reyn)

Saat bersama dia, kita mungkin merasa bahwa versi terbaik dari diri kita muncul. Kita merasa lebih percaya diri, lebih dicintai, atau lebih kuat karena dukungannya. Saat hubungan itu berakhir, kita merasa kehilangan bagian dari diri yang tumbuh dan berkembang berkat dia.

Ketergantungan pada versi diri yang terbentuk dalam hubungan tersebut menciptakan perasaan kosong yang sulit diisi oleh hal lain. Kita merasa seolah-olah bagian dari diri kita hilang. Hal itulah yang sering membuat proses move on menjadi sangat sulit, karena kita merasa tidak lengkap tanpa dia.

3. Kebiasaan yang terbentuk bersama dia

ilustrasi melalui proses move on yang tidak mudah (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi melalui proses move on yang tidak mudah (pexels.com/RDNE Stock project)

Setiap hubungan menciptakan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang menjadi bagian dari rutinitas. Ketika kebiasaan itu terputus, kita merasa kehilangan ritme dan kenyamanan yang selama ini dinikmati. Hal itu bukan hanya tentang kehilangan seseorang, tetapi kehilangan cara kita hidup dan berinteraksi.

Perubahan itu akan memicu perasaan hampa karena kita harus memulai kebiasaan baru yang tidak lagi melibatkan dia. Proses itu memerlukan adaptasi yang sering tidak mudah. Tanpa kebiasaan tersebut, kita merasa ada yang hilang, dan hal itulah membuat move on terasa lebih berat.

4. Kenangan yang menghantui di setiap sudut kehidupan

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Riccardo Mion)
ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Riccardo Mion)

Kenangan bersama dia selalu ada di sekitar, mulai dari tempat-tempat yang dikunjungi bersama hingga barang-barang yang mengingatkan kita pada momen tertentu. Setiap melihatnya, kenangan itu kembali hadir dan menambah beban dalam proses move on. Hal itu membuat kita merasa seolah-olah masa lalu selalu membayangi masa depan.

Terkadang, semakin kita mencoba untuk mengabaikannya, semakin kuat kenangan tersebut menghantui. Hal itu membuat kita sulit untuk sepenuhnya melepaskan diri dari masa lalu. Kenangan itu, meski tak selalu buruk, sering kali mengikat kita pada versi diri yang kita ciptakan bersama dia.

5. Ketakutan akan kehilangan versi diri saat bersamanya

ilustrasi perempuan murung (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi perempuan murung (pexels.com/RDNE Stock project)

Saat bersama dia, kita mungkin merasa menjadi versi diri yang lebih baik. Ketakutan terbesar datang ketika kita merasa bahwa tanpa dia kita tidak bisa menjadi lebih baik lagi. Kita khawatir kehilangan bagian dari diri yang telah tumbuh dari hubungan tersebut.

Namun perlu diingat bahwa setiap perjalanan hidup membawa kita pada versi diri yang lebih kuat. Kita hanya perlu memberi waktu untuk diri sendiri bertransformasi dan menemukan versi baru yang lebih baik. Move on bukan tentang menghapus siapa diri kita sebelumnya, tetapi tentang membangun siapa kita selanjutnya.

Kita bisa memilih untuk membawa pelajaran dari versi diri yang lama tanpa terus mengurung diri dalam kenangan. Perlahan, kita bisa menciptakan versi baru yang tetap hangat dan utuh, meski tanpa dia. Karena melepaskan bukan akhir, tetapi awal untuk menemukan kembali siapa kita sebenarnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Pinka Wima Wima
EditorPinka Wima Wima
Follow Us