Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Hati-hati, 6 Kecemasan yang Berakibat Fatal Menjelang Pernikahan

simplifai.com

Persiapan pernikahan pastinya menguras tenaga dan pikiran, dan salah satu tantangannya adalah menghadapi godaan. Salah satu godaan terbesar bukan hanya datang dari faktor eksternal namun juga internal. Seiring perkenalan, pasangan dan keluarga besar akan saling mengetahui karakter masing-masing. Hal inilah yang kadang menimbulkan kecemasan.

Bahaya, perasaan cemas seringkali diabaikan dan memilih dipendam agar tidak terjadi pertikaian. Jangan salah, hal ini justru menjadi "tumpukan sampah emosi" yang menggunung dan siap meledak kapan saja di masa depan. Nah, bagi kamu yang akan melangsungkan pernikahan, sudahkah kamu berdamai dengan dirimu sendiri dan lingkungan? Coba cek lagi, apakah 5 kecemasan berikut sudah bisa kamu atasi. 

1. Penerimaan dan penyesuaian diri dengan keluarga baru

pexels/sheila-teixeira-872283

 Apakah aku diterima di keluarga pasanganku? Akankah aku akan diperlakukan baik oleh mereka?

Saat menikah, pihak perempuan maupun laki-laki harus siap berada di tempat baru, minimal di keluarga inti pasangan. Salah satu yang dirasakan adalah kekhawatiran tentang penerimaan diri di keluarga tersebut. Hal ini wajar, sebab pola asuh dan juga kebiasaan di keluarga sudah pasti berbeda.

Tentunya hal yang perlu dilakukan adalah memberikan afirmasi positif kepada diri bahwa saat menikah nanti harus siap menyesuaikan diri dan tidak gampang menaruh hati setiap perlakuan yang diterima. Kalaupun memang kekhawatiran itu terus menghantui, komunikasikan dengan pasangan dan saling menanyakan bagaimana sikap keluarga jika berada pada kondisi-kondisi yang dikhawatirkan. 

2. Penerimaan antar keluarga besar

pexels/deathless
pexels/deathless

Apakah keluargaku dan keluarganya bisa saling menerima? Ataukah hanya demi kebahagiaanku mereka menutupinya?

Kebahagiaan anak tentulah yang utama bagi orang tua, tak jarang hal ini membuat orang tua enggan mengutarakan uneg-uneg dalam hatinya agar tidak merusak suasana. Namun, tak jarang calon mempelai dapat merasakan apa yang dirasa orang tuanya, entah terpancar dari wajah maupun tutur kata. Gaya hidup yang berbeda antar keluarga juga menjadi salah satu penyebabnya.

Hal ini yang membuat sang anak saling bertanya, apakah orang tuanya dan keluarga pasangan dapat saling menerima? Lagi-lagi, konflik batin ini harus segera diselesaikan sebelum hari H tiba, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan setelah pernikahan nanti.

3. Tentang kebahagiaan diri

pexels/leah-kelley-50725
pexels/leah-kelley-50725

Apakah dia bisa membahagiakanku nantinya? Pun apakah aku juga bisa menjadi alasan bahagianya?

Jalannya rumah tangga juga tak semanis yang diimpikan sebelumnya. Pasti ada suka duka yang harus dihadapi berdua. Jika terjadi kecemasan akankah bisa saling membahagiakan, mengingat pernikahan adalah fase panjang kehidupan yang harapannya sampai maut memisahkan.

Nah, untuk mengantisipasi kegalauan ini, pastikan saling memahami karakter pasangan agar nantinya tidak saling mengecewakan, ataupun jika ada pertikaian, akan cepat kembali dan memahami apa yang harus dilakukan. 

4. Insecure terhadap hubungan dengan pasangan

pexels.com/@pixabay
pexels.com/@pixabay

Apakah nanti dia bisa menerima semua kekuranganku dan tidak meninggalkanku selamanya?

Meski telah saling mengenal, tak jarang pertanyaan hati tentang penerimaan pasangan terus berlanjut hingga menjelang pernikahan. Meski janji sehidup semati kadang masih saja ada kekhawatiran tentang hal ini. Baiknya memang dimantapkan sebelum pernikahan dilangsungkan agar saat berjalan bahtera rumah tangga tidak gampang tergoyah dengan ujian yang ada. Apalagi perihal kekurangan pasangan yang harusnya sudah dari awal disepakati untuk saling memahami dan memaklumi. 

5. Perihal orang terdekat di masa lalu

unsplash.com/@alexisrbrown

Bagaimana kalau masa lalu datang dan lebih baik dari pasanganku? Apakah aku bisa tidak membandingkannya?

Nah, permasalahan orang di masa lalu yang kadang datang menjelang pernikahan ini juga tidak boleh disepelekan. Manusiawi jika ada perasaan galau memilih yang terbaik, namun yang menjadi kesalahan adalah saat sudah memantabkan hati harusnya tidak tergoyah lagi dengan kehadiran yang lain.

Apalagi sampai membandingkan dan tidak mensyukuri pasangan yang saat ini sedang melangkah ke jenjang keseriusan. Tentu, kuncinya yakinkan hati bahwa pilihan yang terbaik adalah yang saat ini mendampingi. Perihal "mantan" ataupun yang pernah dekat di masa silam, hanyalah sebatas ujian agar hati lebih memantapkan pilihan.

6. Tentang mencintai yang belum seutuhnya

pexels/dtanpt

Mengapa aku masih belum bisa terbuka dengan pasangan? Apalagi berbagi duniaku dengannya?

Jika belum bisa terbuka dengan pasangan mungkin ada sesuatu hal yang mengganjal dan perlu diselesaikan. Sebab, dalam rumah tangga, keterbukaan merupakan salah satu kunci keharmonisan.

Alangkah baiknya ditanyakan lagi apa yang membuat diri belum percaya kepada pasangan, agar nantinya tak ada yang disembunyikan lagi. Jika belum juga percaya dan saling terbuka, coba duduk berdua untuk membahasnya. Mumpung hari H belum tiba dan bisa memperbaikinya.

Itu dia 6 kecemasan yang dirasakan calon pengantin menjelang hari H pernikahan. Agar pernikahan berjalan tanpa ganjalan, alangkah baiknya untuk diselesaikan sebelum hari H datang. Selamat memantapkan hati, dear!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vita Ayu Kusuma Dewi
EditorVita Ayu Kusuma Dewi
Follow Us