Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Menyembunyikan Rahasia Kecil Termasuk Selingkuh?

ilustrasi selingkuh
ilustrasi selingkuh (pexels.com/Budgeron Bach)
Intinya sih...
  • Menyembunyikan hal kecil sering dimulai dari niat yang tidak mau ribut
  • Rasa bersalah adalah tanda ada yang tidak seimbang
  • Keterikatan emosional bisa jadi bentuk selingkuh yang tidak disadari
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam hubungan, topik tentang selingkuh selalu jadi pembahasan yang sensitif. Banyak orang menganggap selingkuh berarti pengkhianatan besar, padahal kadang hal kecil seperti menyimpan pesan tertentu atau menutupi alasan pulang terlambat juga bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Pertanyaannya, apakah menyembunyikan rahasia kecil termasuk selingkuh?

Beberapa orang mungkin merasa mereka melakukannya demi kebaikan, supaya hubungan tetap tenang. Namun di sisi lain, ada yang melihatnya sebagai tanda bahwa kejujuran sudah mulai terkikis. Situasi ini memang tidak hitam putih, karena setiap hubungan punya batas yang berbeda soal privasi dan keterbukaan. Berikut lima hal yang bisa membantu memahami di mana sebenarnya garis halus antara rahasia kecil dan bentuk selingkuh.

1. Menyembunyikan hal kecil sering dimulai dari niat yang tidak mau ribut

ilustrasi selingkuh
ilustrasi selingkuh (vecteezy.com/bestyy38105321)

Tidak semua rahasia kecil berawal dari niat buruk. Kadang seseorang memilih menutupinya karena takut pasangan salah paham atau tersinggung. Misalnya, menyembunyikan pesan dari teman lama, atau tidak bercerita soal ajakan ngopi bareng rekan kerja lawan jenis. Sekilas terlihat sepele, tapi ketika hal itu dilakukan berulang, lama-lama bisa menciptakan jarak yang sulit dijelaskan.

Masalahnya bukan pada rahasia itu sendiri, tapi pada kebiasaan merasa tidak perlu jujur. Dari sini, pasangan mulai saling menebak dan kehilangan rasa aman. Hubungan yang tadinya hangat perlahan berubah jadi tempat penuh pertanyaan. Kalau kejujuran mulai diganti dengan alasan, rahasia sekecil apa pun bisa jadi bibit ketidakpercayaan.

2. Rasa bersalah adalah tanda ada yang tidak seimbang

ilustrasi pasangan yang selingkuh
ilustrasi pasangan yang selingkuh (pexels.com/RDNE Stock project)

Perasaan bersalah biasanya muncul ketika seseorang sadar sedang menutupi sesuatu. Walau kecil, seperti tidak bilang sedang chatting dengan seseorang, hati tetap terasa tidak tenang. Itu artinya, ada bagian diri yang tahu kalau hal tersebut sebenarnya tidak sepenuhnya benar. Rasa bersalah ini bisa jadi sinyal awal bahwa ada batas yang sudah terlewati.

Menariknya, banyak orang memilih menekan perasaan itu dengan alasan “kan tidak melakukan apa-apa.” Padahal, jika terus dibiarkan, rasa bersalah itu bisa menumpuk dan berubah menjadi jarak emosional. Kejujuran dalam hubungan tidak hanya soal apa yang diucapkan, tapi juga tentang kenyamanan hati ketika melakukannya. Kalau sebuah tindakan perlu disembunyikan, mungkin sudah saatnya dipertanyakan maknanya.

3. Keterikatan emosional bisa jadi bentuk selingkuh yang tidak disadari

ilustrasi selingkuh
ilustrasi selingkuh (vecteezy.com/wosunan241346)

Selingkuh tidak selalu tentang tubuh, tapi juga tentang keintiman emosional. Ada kalanya seseorang merasa lebih nyaman curhat ke orang lain daripada ke pasangannya sendiri. Mulai dari obrolan ringan, perhatian kecil, hingga kebiasaan berbagi cerita, lama-lama tumbuh rasa terhubung yang melebihi batas wajar. Tanpa disadari, hubungan emosional ini bisa lebih dalam dari sekadar kedekatan biasa.

Masalahnya, hal seperti ini sering dianggap tidak berbahaya karena tidak ada kontak fisik. Padahal, saat seseorang mulai mencari kenyamanan di luar hubungan, itu menandakan ada kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. Keterikatan seperti ini justru lebih sulit diakhiri, karena melibatkan rasa, bukan hanya tindakan. Dalam banyak kasus, justru bentuk selingkuh emosional ini yang paling sulit dimaafkan.

4. Privasi dan kejujuran harus memiliki batas yang jelas

ilustrasi selingkuh
ilustrasi selingkuh (vecteezy.com/dao_kp20226443)

Tidak semua hal harus dibuka ke pasangan. Setiap orang tetap berhak memiliki ruang pribadi. Namun yang penting, batas antara privasi dan rahasia harus disepakati bersama. Privasi berarti ruang untuk diri sendiri, sementara rahasia sering kali tentang sesuatu yang disembunyikan karena takut diketahui. Perbedaan inilah yang sering kabur dalam hubungan.

Ketika batasnya jelas, transparansi tidak lagi terasa mengganggu. Misalnya, menyimpan kontak teman kerja lawan jenis bukan masalah, asal tidak disembunyikan dengan niat tertentu. Sebaliknya, kalau sesuatu perlu disembunyikan agar tidak menimbulkan reaksi, mungkin itu bukan lagi privasi, tapi bentuk penghindaran. Hubungan yang sehat justru tumbuh dari rasa aman, bukan dari rasa diawasi atau dibatasi.

5. Keterbukaan jauh lebih baik daripada sekadar cari-cari alasan

ilustrasi selingkuh
ilustrasi selingkuh (vecteezy.com/bestyy38105321)

Banyak orang merasa sudah jujur hanya karena tidak berbohong, padahal kejujuran juga soal keberanian mengungkap perasaan. Kadang seseorang jujur, tapi menutup diri dalam emosi. Misalnya, berkata “aku habis makan bareng teman,” tapi tidak bercerita bahwa sebenarnya merasa senang atau nyaman dengan obrolan itu. Di sinilah celah kecil mulai terbentuk.

Keterbukaan emosional membantu pasangan memahami konteks di balik tindakan. Dengan begitu, kejujuran tidak terasa seperti laporan, melainkan bentuk kedekatan. Saat dua orang saling memahami tanpa harus menebak-nebak, kepercayaan pun tumbuh dengan alami. Rahasia kecil sering lahir dari ketakutan disalahpahami, dan cara paling ampuh mengatasinya bukan dengan pengakuan berlebihan, melainkan keberanian untuk jujur pada perasaan sendiri.

Pada akhirnya, menyembunyikan rahasia kecil termasuk selingkuh atau tidak, itu semua tergantung niat dan konteksnya. Tidak semua hal yang disembunyikan adalah tanda selingkuh, tapi juga tidak bisa dianggap sepele. Hal yang terpenting adalah bagaimana dua orang sepakat membangun kejujuran yang sehat tanpa kehilangan ruang pribadi. Karena kalau kejujuran sudah jadi hal yang menakutkan, masihkah hubungan itu bisa disebut aman?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Life

See More

5 Pola Pikir yang Sering Jadi Pemicu Selingkuh, Waspada!

26 Okt 2025, 14:58 WIBLife