5 Tanda Stockholm Syndrome dalam Hubungan, Ada Cara Menanganinya Juga!

Suka membela perilaku buruk pasangan

Stockholm syndrome dalam hubungan mengacu pada situasi di mana seseorang mengembangkan ikatan emosional, empati, atau bahkan kesetian pada pasangan/pelaku yang melakukan kekerasan dan menimbulkan kerugian, juga bahaya. Ikatan ini bisa saja sangat kuat hingga membuat korban menyangkal dan selalu membela pelaku, sehingga sulit buat dikenali dan diatasi.

Kondisi tersebut bisa muncul karena adanya faktor psikologis dan situasional. Beberapa penyebabnya adalah ketidakseimbangan kekuasaan di mana pelaku sering melakukan kontrol kepada korban dan memanipulasi emosi, pikiran, juga tindakannya. Lalu, dia juga mungkin mengisolasi korban dari orang-orang terdekatnya, hingga melakukan pelecehan yang diikuti periode tindakan kasih sayang.

Agar gak terjebak di dalamnya, kamu perlu tahu tanda dari stockholm syndrome, juga cara menanganinya. Nah, di bawah ini ada penjelasan lengkapnya!

1. Membela pasangan yang melakukan kekerasan

5 Tanda Stockholm Syndrome dalam Hubungan, Ada Cara Menanganinya Juga!ilustrasi perempuan menolak laki-laki (pexels.com/RDNE Stock project)

Tanda pertama dan yang paling terlihat adalah pelaku sering dan secara konsisten membela pasangannya. Dikutip Marriage, Banks Dylan, penulis yang punya wawasan luas tentang hubungan dan cinta, menyebut, meskipun dihadapkan dengan bukti jelas adanya kesalahan, korban tetap membela dan membenarkan tindakan pelaku.

Meskipun bisa tampak jelas di pandangan orang lain, tapi umumnya korban mungkin akan sangat sulit mengenali tanda ini. Jadi, salah satu cara mengatasi yang bisa dipilih adalah dengan berhubungan kembali bersama orang-orang terdekat seperti, keluarga dan teman dekat.

"Pelaku kekerasan sering kali mengisolasi korbannya, sehingga membangun kembali hubungan ini dapat memberikan sistem dukungan yang sangat dibutuhkan. Orang-orang terkasih dapat memberikan validasi, dukungan emosional, dan perspektif berbeda terhadap situasi," kata Dylan.

2. Takut untuk pergi

5 Tanda Stockholm Syndrome dalam Hubungan, Ada Cara Menanganinya Juga!ilustrasi perempuan ketakutan (pexels.com/RDNE Stock project)

Meskipun hubungan berjalan gak baik dan toxic, tetapi korban merasakan ketakutan untuk mengakhirinya. Sehingga, gak heran jika kamu melihat banyak orang mungkin akan memilih terus bertahan dalam hubungan meski dia kerap merasakan rasa sakit secara fisik atau mental.

Dylan menyebut, ketakutan tersebut bisa saja berasal dari ancaman yang dibuat oleh pelaku. Bisa juga korban punya keyakinan dalam dirinya bahwa dia gak akan bisa bertahan jika gak dalam hubungan ini. Kamu mungkin pernah melihat kutipan, "Bareng kamu sakit, tapi tanpa kamu jauh lebih sakit", yang sedikit banyak menggambarkan kondisi korban saat ini.

3. Gak bisa atau sulit sadar

5 Tanda Stockholm Syndrome dalam Hubungan, Ada Cara Menanganinya Juga!ilustrasi perempuan memikirkan sesuatu (pexels.com/Ron Lach)

Stockholm sydrome dalam hubungan bisa juga menghilangkan kesadaran diri korban jika dibiarkan dalam waktu yang lama. Ini disebabkan karena manipulasi emosi dan gaslighting yang terus menerus dilakukan oleh pelaku kepada korban.

Dikutip Good Therapy, Sharon Stines, konselor profesional, menjelaskan, secara sederhana ini seperti strategi bertahan hidup untuk korban. Sebab, cara ini diyakini bisa mempertahankan diri sendiri secara psikologis dan fisik terhadap hubungan yang toxic.

Cara yang bisa dilakukan agar gak terus terjebak adalah dengan melakukan perawatan diri, seperti melakukan aktivitas yang meningkatkan relaksasi dan kesejahteraan. Misalnya, meditasi, olahraga, atau membuat jurnal. Lama kelamaan praktik-praktik ini bisa cukup membantu kamu lebih sadar.

Baca Juga: Apa itu Stockholm Syndrome? Ini 5 Fakta Menariknya

4. Mewajarkan pelecehan

5 Tanda Stockholm Syndrome dalam Hubungan, Ada Cara Menanganinya Juga!ilustrasi laki-laki marah kepada perempuan (pexels.com/Timur Weber)

Tanda berikutnya, korban dari stockholm syndrome kerap mewajarkan atau meremehkan pelecehan yang dialaminya. Dylan mengungkapkan, ini disebabkan karena dia percaya bahwa situasinya gak seburuk yang orang lain kira. Bisa juga korban merasa bahwa dialah yang bertanggung jawab atas tindakan pelaku.

Untuk mengatasinya, Stines, menyarankan, "Jangan memberinya nasihat. Sebab, korban pelecehan perlu diberdayakan untuk membuat keputusan sendiri. Jika kamu datang dan memberitahu dia apa yang harus dilakukan karena kamu “jelas lebih tahu”, maka kamu gak membantu korban membangun kekuatan pribadinya. Ingat, jalan menuju penyembuhan dari pelecehan sering kali adalah dengan memberdayakan korban untuk membuat keputusan sendiri, mengetahui hal ini, dan memulainya".

5. Alami kecemasan

5 Tanda Stockholm Syndrome dalam Hubungan, Ada Cara Menanganinya Juga!ilustrasi seseorang mengalami stres (pexels.com/David Garrison)

Meskipun korban sulit sadar atas hal buruk yang menimpanya, bukan berarti dia gak mengalami kondisi tertentu. Dylan menyebutkan, korban stockholm syndrome mungkin akan alami tanda-tanda kecemasan, depresi, atau bahkan trauma yang akan muncul di kemudian hari.

Sehingga, untuk mengatasinya perlu bimbingan dan arahan langsung dari tenaga profesional, seperti konselor yang terlatih dalam bidang trauma. Seorang konselor dapat memberikan alat dan strategi untuk mengatasi perasaan yang terkait dengan sindrom tersebut. Selain itu, konselor juga akan membantu dalam memproses trauma dan membangun kembali kesadaran diri seseorang.

Itu dia beberapa tanda stockholm syndrome dalam hubungan yang perlu diketahui. Dengan begitu, kamu jadi bisa menilai dan segera melakukan tindakan-tindakan untuk mengatasinya sesegera mungkin. Semoga bermanfaat!

Baca Juga: Dugaan Lesti Kejora Kena Stockholm Syndrome, Apa Itu?

Nurkorida Aeni Photo Verified Writer Nurkorida Aeni

Hai

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Muhammad Tarmizi Murdianto

Berita Terkini Lainnya